Fenty Zahara Nasution
Universitas Potensi Utama Medan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dengan Metode Membaca Buku Dongeng Pada Anak di Panti Asuhan Al Kahfi Medan Fenty Zahara Nasution
JUDIMAS Vol 3, No 1 (2022): JUDIMAS
Publisher : STMIK Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30700/jm.v3i1.1299

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan cerita dongeng dan melihat kemampuan Kognitifnya,  dengan memberikan metode membaca buku dongeng pada anak di Panti Asuhan Al Kahfi Medan adalah sautu kegiatan yang sangat menarik bagi anak-anak, Ada beberapa anak yang sudah dikelompokan atara lain anak-anak di fase usia 7 sampai 12 tahun, Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase pra-operasional, fase operasi konkret, dan fase operasi formal Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun) Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan mampu memecahkan masalah. Anak sudah lebih mampu berfikir, belajar, mengingat dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme dan lebih logis.Anak diajak bermain dongeng untuk melatih kemampuan kognitifnya, karena  Dongeng adalah cerita yang dituturkan bersifat hiburan yang biasanya ceritanya tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan. Dongeng merupakan sebuah bentuk karya sastra yang ceritanya fiktif atau tidak benar-benar terjadi dan bersifat untuk menghibur dan dalam cerita dongeng terdapat ajaran moral.Dengan mendengar dongeng anak-anak menyukai permainan yang menghibur sambil mengasah kemampuan kognitif ketika si pendongeng bertanya kembali tentang isi ceita. JenisnDongeng binatang (animal tales), merupakan sebuah dongeng dengan tokoh dalam cerita adalah binatang liar dan binatang peliharaan. Binatang-binatang tersebut diibaratkan dapat berbicara dan berperilaku seperti layaknya manusia. Bentuk khusus dari dongeng binatang adalah fabels. Fabels sendiri merupakan sebuah dongeng binatang yang mengandung pesan moral didalamnya, yakni perilaku baik dan perilaku buruk, cerita Sikancil dari sipendongeng yang sudah di konsep dengan tema, alur dan latar belakang yang sesuai maka anak-anak sebenarnya sudah  melakukan proses kognitif.
Penanganan Dampak Sosial Psikologis Korban Bencana Merapi Gunung Sinabung Fenty Zahara Nasution
JUDIMAS Vol 3, No 2 (2022): JUDIMAS
Publisher : STMIK Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30700/jm.v3i2.1426

Abstract

Tidak ada manusia yang bisa menolak bencana, bahkan takdir pun tetap harus diterima dengan lapang dada. Ketika terjadi bencana maka akan mucul berbagai dampak yang dirasakan oleh pengungsi. Hidup di tempat pengungsian yang penuh dengan keterbatasan sering menimbulkan ketidakpastian sampai kapan mereka akan tinggal. Hal ini berkaitan pada kemampuan pemerintah dalam menyediakan pengganti tempat tinggal yang permanen, di samping kemampuan dari korban bencana itu sendiri.Lokasi pengungsian kurang memadai ditinjau dari kepadatan hunian, asupan gizi, sarana MCK, sanitasil ingkungan, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Kondisi ini dapat menyebabkan pengungsi terutama anakanakdan lansia rawan terhadap penyakit. Ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan seringkali tidakseimbang dengan jumlah korban bencana yang membutuhkan penanganan kesehatan. Penanganannyaharus dilakukan secara terkoordinir dan terpadu dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, LSM,dunia usaha dan pemerintah terkait. Pada intinya dari hasil wawancara dan observasi pada informan dapat disimpulkan bahwa para pengungsi telah ditangani secara fisik, psikis dan sosial. Pemenuhan kebutuhan fisik meliputi pemenuhan kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, pelayanan kesehatan, airbersih dan sarana MCK. Pemenuhan kebutuhan psikis dengan menghilangkan trauma (trauma healing) seperti menghibur, memberikan pembinaan mental psikologis agar tidak jenuh, pelayanan penguatanmental keagamaan, pendidikan dan informasi. Pemenuhan kebutuhan sosial dengan menerima kunjungan tamu, dan fasilitasi kegiatan sangat dibutuhkan,adanya kunjungan relawan untuk membantu, adanya kegiatan yang diberikan dari berbagai fihak seperti LSM atau para ilmuan psikologi serta psikolog dalam  memberikan kebutuhan psikologis mereka, mendengarkan keluhan mereka dan memberi kegiatan yang bersifat menambah pendapatan mereka seperti belajar buat kue, meronce gelang dan kalung yang smuanya bisa di berdayakan hasilnya, kemudian mengadakan kegiatan mendongeng, membaca buku-buku cerita yang semua buku diabwa oleh relawan. Melakukan acara cerdas cermat pada anak-anak di lokasi serta mewarwai dan bermain yang bersifat  penuh edukasi. Pemenuhan kebutuhan sosial psikologis di pengungsian dapat dikatakan terpenuhi meskipun serba terbatas. Oleh karena itu disarankan kepada pemerintah khususnya Kementerian Sosial dan lembaga terkait, dalam memberikan bantuan kepada korban perlu melakukan analisis kebutuhan agar tepat sasaran. Kepada masyarakat di daerah rawan bencana perlu peningkatan kesadaran tentang risiko bencana melalui sosialisasi dan simulasi siaga bencana, agar masyarakat berdaya menghadapi bencana dan risikonya.