Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Effect of Tannin on Carbon Steel Corrosion in Nitric Acid Solutions Anna Sonya Asoka; Listiani Artha; Isdiriayani Nurdin; Hary Devianto
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.304 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v5i1.53

Abstract

Carbon steel is commonly used as construction material of processing equipment due to its strength, ease of fabrication, and low cost. Nevertheless, carbon steel is susceptible to corrosion by process fluid, like nitric acid. However, corrosion effect can be reduced by inhibitor addition. Tannin is one of carbon steel corrosion inhibitors in acidic solution. Tannin is an organic compound which has hidroxyl and carboxyl functional groups, decomposed easily, and non-toxic. The aim of this research is to determine the effectiveness of tannin as a corrosion inhibitor for carbon steel in nitric acid solutions. The corrosion rate is determined using the Tafel method, whereas the corrosion mechanism is predicted by cyclic voltammetry. The results showed that tannin is ineffective to inhibit carbon steel corrosion in nitric acid solution. The carbon steel corrosion reaction in nitric acid solution, with or without tannin addition, is reversible, involving single step oxidation-reduction reaction, resulting stable corrosion product, and not forming any passivation. Baja karbon merupakan bahan konstruksi yang sering digunakan untuk peralatan proses karena kuat, mudah difabrikasi, dan harganya relatif murah. Namun, baja karbon tidak tahan terhadap korosi oleh fluida proses seperti asam nitrat. Pencegahan korosi peralatan proses oleh asam nitrat dapat dilakukan dengan cara penambahan inhibitor. Salah satu inhibitor yang dapat menurunkan laju korosi baja karbon adalah tanin. Tanin merupakan senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil dan karboksil, mudah terurai, tidak beracun, dan dapat menginhibisi korosi baja karbon di dalam larutan asam. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keefektifan tanin sebagai inhibitor korosi baja karbon di dalam larutan asam nitrat, mengetahui mekanisme inhibisi korosi, serta mengetahui dosis tanin yang diperlukan untuk menurunkan laju korosi baja di dalam larutan asam nitrat hingga suatu nilai yang dianggap tidak berbahaya. Penentuan laju korosi dilakukan dengan metoda Tafel, sedangkan mekanisme korosi diprediksi dengan metoda voltametri siklik. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental, dengan variabel yang dimanipulasi adalah konsentrasi asam nitrat, dosis tanin, dan temperatur operasi. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan bahwa tanin tidak efektif digunakan sebagai inhibitor korosi baja karbon di dalam larutan asam nitrat. Proses korosi baja di dalam larutan asam nitrat dengan ataupun tanpa tanin berlangsung dalam satu tahap, secara reversibel, membentuk produk korosi yang stabil, dan tidak cenderung pasif. Penambahan tanin sebanyak 80 ppm hanya sedikit menurunkan arus korosi baja di dalam larutan asam nitrat.
Pemanfaatan Sistem Hibrid Fotovoltaik – PLN pada Elektrolisis Kontinyu untuk Menghasilkan Hidrogen Pramujo Widiatmoko; Tatto Bustomi; Muhammad Mara Ikhsan; Rizky Eka Ahmad; Isdiriayani Nurdin; Hary Devianto
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37209/jtbbt.v10i2.184

Abstract

Produksi hidrogen melalui elektrolisis menggunakan energi matahari sangat potensial di Indonesia, namun terkendala oleh ketidakstabilan penyinaran matahari. Penggunaan sumber listrik konvensional sebagai komplementer dapat mengatasi ketidakstabilan tersebut. Dalam penelitian ini, elektrolisis air dilakukan dalam sel dengan ruang ganda dengan elektrolit larutan KOH 3 M. Variasi dilakukan terhadap jenis dan bentuk elektroda serta laju alir elektrolit. Sumber energi listrik divariasikan dengan sumber listrik konvensional dari PLN, modul fotovoltaik, serta hibrid dari kedua sistem tersebut. Kinerja elektrolisis dianalisis dengan mengukur volum hidrogen yang terbentuk, rapat energi yang dibutuhkan, serta efisiensi arus listrik. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan sistem hibrid dapat menstabilkan produksi hidrogen untuk elektrolisis pada tegangan 15 V selama 7 jam operasi. Dibandingkan dengan penggunaan listrik PLN sepenuhnya, sistem hibrid memberikan peluang penghematan energi hingga 81,64%.