Wilda Febriani
UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

AKTIVITAS BADUNIA-DUNIA PADA PESTA PERNIKAHAN DI NAGARI PEMATANG PANJANG TAHUN 1961-2017 Wilda Febriani
Nazharat: Jurnal Kebudayaan Vol. 28 No. 1 (2022): NAZHARAT: Jurnal Kebudayaan
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/nazharat.v28i1.64

Abstract

Tulisan ini fokus membahas mengenai aktivitas badunia-dunia pada pesta pernikahan di Nagari Pematang Panjang. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Aktivitas badunia-dunia, dan proses perubahan yang terjadi dalam Aktivitas badunia-dunia pada tahun 1961-2017, serta makna yang terkandung dalam Aktivitas badunia-dunia tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah  metode penelitian sejarah dengan melalui empat tahapan yaitu: 1) Heuristik atau pengumpulan sumber, 2) Kritik Sumber, 3) Interpretasi, 4) Historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Aktivitas badunia-dunia sudah ada semenjak zaman nenek moyang, kemudian pada tahun 1961 aktivitas badunia-dunia sudah mulai marak dalam kalangan masyarakat di Nagari Pematang Panjang. Pada tahun 1961-1970 hiburan sebelum baralek adalah randai dan saluang dendang. Kemudian saat arak-arakkan, hiburannya berupa penampilan orang berpakaian kampua ijuak, kaisiak daun pisang, dan kain panjang.  Saat pesta hiburannya randai, musik talempong. Kemudian pada tahun 1980 an, keberadaan mereka dalam arak-arakkan badunia-dunia sudah tidak terlihat lagi. Pada tahun 2011 sebelum pesta maupun saat pesta masyarakat sudah menggunakan orgen sebagai media hiburannya. Dalam proses pelaksanaan aktivitas badunia-dunia mengalami perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi dan globalisasi. Dalam aktivitas badunia-dunia juga terdapat makna bagi masyarakat, bahwasannya dalam penampilan randai terkandung makna kato jo baso, dan saluang dendang terkandung nasehat-nasehat. Adapun nilai-nilai yang terkandung adalah mempererat hubungan kekeluargaan, silaturahmi, berfoya-foya, dan disebabkan badunia-dunia ini harta dapat tergadai.
PPTI di Nagari Dilam: Masyarakat Muslim di Tengah Krisis Politik (1958-1961) Melia Afdayeni; Wilda Febriani
Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 27 No. 1 (2023): Majalah Ilmiah Tabuah: Ta'limat Budaya, Agama, dan Humaniora
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Peran Partai Politik Tarekat Islam (PPTI) Pada Masa Krisis Politik di Nagari Dilam Sumatera Barat (1958-1961 M). Meletusnya perang PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada tahun 1958 dan berakhir tahun 1961 merupakan sejarah kelam bagi masyarakat Minangkabau secara umum dan masyarakat Nagari Dilam secara khusus. Pada masa perang PRRI sampai terusirnya PKI dari negeri ini tahun 1965 masyarakat hidup di bawah kendali PKI, ada masyarakat yang memilih bergabung dengan PKI dan ada juga masyarakat yang tidak mau terlibat dalam partai ini. Di Nagari Dilam sendiri masyarakat yang tidak mau ikut campur dengan PKI berusaha untuk merapat pada Partai Politik Tarekat Islam (PPTI) yang telah ada di nagari ini semenjak lama. Untuk mengetahui alasan masyarakat Nagari Dilam bergabung dengan PPTI, serta apa saja peranan PPTI dalam masyarakat Nagari Dilam, dilakukanlah penelitian dengan menggunakan metode penelitian sejarah yaitu: Heuristik (Pengumpulan Sumber), Kritik Sumber (Kritik Internal dan Eksternal), Interpretasi dan terakhir Historiografi (Penulisan). Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa alasan masyarakat bergabung dengan PPTI adalah demi keamanan hidup mereka di dalam nagari dan pada saat itu PPTI sangat berperan dalam bidang agama yaitu dengan menampung seluruh masyarakat yang mau untuk belajar serta mengamalkan ajaran tarekat Naqsyabandiyah dengan bimbingan ketua PPTI sekaligus khalifah Naqsyabandiyah yaitu Angku Mudo Jahidin, kedua Angku Mudo Jahidin sebagai ketua PPTI membuka kesempatan selebar- lebarnya bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan diri sebagai anggota PPTI. Kata Kunci: PPTI, Krisis Politik, Nagari Dilam