Tita Ratya Utari, Tita
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perawatan Crossbite Anterior Pada Masa Gigi Bercampur Menggunakan Incline Plane Lepasan (Laporan Kasus) Ratya Utari, Tita; Abdillah, Nova
Insisiva Dental Journal Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Crossbite anterior adalah keadaan dimana terdapat hubungan labiolingual yang tidak normal antara satu atau lebih gigi insisivus maksila dengan mandibula. Problem pada masa tumbuh kembang ini seringkali terjadi pada masa gigi bercampur dan perawatan dini sangat disarankan karena maloklusi ini tidak dapat terkoreksi dengan pertumbuhan dan bertambahnya usia. Beberapa tekhnik yang berbeda telah digunakan untuk koreksi crossbite anterior.Seorang anak perempuan berusia 10 tahun mengeluhkan kondisi gigi depannya dan ketidaknyamanan dalam menggigit. Didiagnosa maloklusi angle klas II dental dengan crossbite anterior (over jet : - 2 mm, overbite 5 mm) dan gigi anterior bawah yang berjejal. Pasien dirawat dengan removable inclined plane. Dataran yang miring (inclined plane) akan menstimulasi gerakan ke depan dari insisivus maksila yang crossbite. Gaya dari otot otot memberikan tekanan yang cukup untuk pergerakan insisivus maksila.Setelah 4 bulan perawatan crossbite anterior telah terkoreksi dan perawatan masih dilanjutkan untuk mencapai tujuan perawatan selanjutnya.
Perawatan Maloklusi Klas III Dento-Skeletal Pada Masa Pertumbuhan Menggunakan Alat Cekat (Straight Wire Appliance) (Laporan Kasus) Ratya Utari, Tita
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.v5i1.3711

Abstract

AbstrakPendahuluan: Perawatan maloklusi kelas III sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada saat pasien dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga pertumbuhan dapat diarahkan. Penatalaksaan lebih awal akan memberikan hasil yang lebih baik dari profil maupun oklusinya dan dapat mencegah terjadinya kelainan yang lebih berat. Tujuan: memperbaiki gigitan silang (crossbite) yang terjadi pada gigi anterior dan posterior sehingga terbentuk relasi gigi rahang atas dan rahang bawah yang normal, dengan overjet dan overbite normal, koreksi gigi yang berjejal dan memperbaiki garis median sehingga diperoleh estetik penampilan yang lebih baik. Penatalaksanaan Kasus: Menggunakan alat cekat dengan sistem straight wire, tahap pertama perawatan dilakukan levelling dan unravelling untuk koreksi crowding gigi anterior. Pasien masih berusia 14 tahun sehingga pemakaian elastik intermaksiler klas III sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan rahang bawah dan memacu pertumbuhan rahang atas sehingga terbentuk overjet positif. Kesimpulan: Untuk kasus kelas III yang dilakukan lebih dini dapat dilakukan perawatan ortodontik tanpa dilakukan pembedahan. Hasil perawatan relatif memuaskan dengan terkoreksinya crowding dan crossbite di anterior maupun posterior. Profil pasien menjadi lebih baik, semula cekung terkoreksi menjadi lurus.
Perawatan Crossbite Anterior Pada Masa Gigi Bercampur Menggunakan Incline Plane Lepasan (Laporan Kasus) Ratya Utari, Tita; Abdillah, Nova
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.v1i1.522

Abstract

Crossbite anterior adalah keadaan dimana terdapat hubungan labiolingual yang tidak normal antara satu atau lebih gigi insisivus maksila dengan mandibula. Problem pada masa tumbuh kembang ini seringkali terjadi pada masa gigi bercampur dan perawatan dini sangat disarankan karena maloklusi ini tidak dapat terkoreksi dengan pertumbuhan dan bertambahnya usia. Beberapa tekhnik yang berbeda telah digunakan untuk koreksi crossbite anterior.Seorang anak perempuan berusia 10 tahun mengeluhkan kondisi gigi depannya dan ketidaknyamanan dalam menggigit. Didiagnosa maloklusi angle klas II dental dengan crossbite anterior (over jet : - 2 mm, overbite 5 mm) dan gigi anterior bawah yang berjejal. Pasien dirawat dengan removable inclined plane. Dataran yang miring (inclined plane) akan menstimulasi gerakan ke depan dari insisivus maksila yang crossbite. Gaya dari otot otot memberikan tekanan yang cukup untuk pergerakan insisivus maksila.Setelah 4 bulan perawatan crossbite anterior telah terkoreksi dan perawatan masih dilanjutkan untuk mencapai tujuan perawatan selanjutnya.
Orthodontic Treatment Needs in Adolescents Aged 13-15 Years Using Orthodontic Treatment Needs Indicators Ratya Utari, Tita; Kurnia Putri, Median
Journal of Indonesian Dental Association Vol 2 No 2 (2019): October
Publisher : Indonesian Dental Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.82 KB)

Abstract

Introduction: The prevalence of malocclusion in Indonesia is still very high, which is about 80% of the population and is one of the major dental and oral health problems. Based on the research result by the Health Research and Development Department, Ministry of Health Republic Indonesia, the highest malocclusion prevalence in children aged 12-15 years is 15.6%. Problems in adolescents aged 13-15 oral cavity, such as disruption of tooth eruption, can cause malocclusion, related function, aesthetics, and quality of life. Objective: To assess orthodontic treatment need in adolescents aged 13-15 years in Muhammadiyah 3 Junior High School of Yogyakarta using Orthodontic Treatment Needs Indicators, the description of malocclusion classification and their correlation. Method: This research is an analytical observational study with cross-sectional design. Samples are 100 students aged 13-15 years in Muhammadiyah 3 Junior High School of Yogyakarta. Each sample fills out an IKPO questionnaire to assess the need for orthodontic treatment needs, examination, and intraoral photographs were taken to determine the malocclusion classification. Results: The results showed 61% of subjects required orthodontic treatment, and 63% had Class I malocclusion, 28% had Class II malocclusion, and 9% had Class III malocclusions. There was a correlation between the questionnaire of orthodontic treatment needs on age with a significant value, 0.037 (p<0.05). Conclusion: More than 50% of adolescents aged 13-15 years at Muhammadiyah 3 Junior High School of Yogyakarta need orthodontic treatment with the highest malocclusions is Class I Angle malocclusion, and there is a correlation between age and orthodontic treatment needs.