Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Nilai norma masyarakat dalam permainan Jawa “Kuda Lumping” Kiki Sri Rezeki; Elly Prihastuti Wuriyani; Rosmawaty Harahap
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v27i1.50074

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai norma masyarakat dalam permainan Jawa Kuda Lumping. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan model studi kasus dengan melakukan observasi terhadap pertunjukan Kuda Lumping dan wawancara dengan pihak terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma-norma kemasyarakatan yang terdapat dalam praktik kesenian Kuda Lumping pada masyarakat Jawa pada umumnya dan Indonesia pada khususnya antara lain: pertama, norma agama, yang bertentangan karena ritual tersebut dianggap syirik. Kedua, norma kesopanan kelompok kesenian Kuda Lumping dalam pertunjukan selalu memperhatikan kepentingan yang ada di masyarakat. Ketiga, norma kesusilaan terlihat dari hubungan penari kuda lumping dengan penontonnya. Keempat, kesenian Kuda Lumping masih diperbolehkan jika dilihat dari norma hukum sejauh pada saat dipentaskan tidak melanggar aturan hukum yang ada di negara Indonesia pada khususnya. Oleh karena itu, temuan empat norma masyarakat dalam permainan Jawa Kuda Lumping merepresentasikan budaya Indonesia yang masih hidup dalam masyarakat.Community norms in the traditional Javanese game “Kuda Lumping”This study aimed to describe the community norms contained in the traditional Javanese game named Kuda Lumping. This qualitative descriptive research used a case study model by observing Kuda Lumping show and interviews with some related parties. The results of the study show that the social norms contained in the practice of Kuda Lumping include: First, regarding religious norms (which are predominantly Muslim), this game is considered contradictory because the ritual is considered Shirk or the sin of idolatry or polytheism. Second, in the norm of decency, the Kuda Lumping art group in performances always pays attention to the interests of the community. Third, in the moral norm, there is a close relationship between the Kuda Lumping dancers and the audience. Fourth, judging from legal norms, if there are no acts that violate legal norms, performances are still permitted. From the four societal norms, it can be concluded that Kuda Lumping represents Indonesian culture that is still alive in society.
Rebu: Tradisi pantangan suku Karo (Studi etnografi pada suku Karo di kota Medan) Susanto Ginting; Rosmawaty Harahap; Elly Prihastuti Wuriyani
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v27i1.50073

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor penyebab pergeseran tradisi rebu pada suku Karo di Kota Medan. Lokasi penelitian adalah Kota Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan etnografi. Teori yang digunakan sebagai alat analisis dan dasar pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah teori dekonstruksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab pergeseran tradisi rebu disebabkan dua faktor. Pertama faktor dari dalam masyarakat sendiri yakni: kurangnya pemahaman terhadap tradisi rebu, kurangnya sosialisasi dalam masyarakat, hilangnya nilai-nilai budaya. Kedua, faktor dari luar masyarakat yakni adanya arus modernisasi dan globalisasi yang mengubah pola pikir, faktor lingkungan yang harus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal, perkawinan antarsuku atau perkawinan campur, faktor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan  hidup, dan faktor politik untuk mencapai sesuatu kepentingan politik.Rebu: Tradition of avoiding the Karo tribe (Ethnographic Study of the Karo Tribe in Medan City) The purpose of this study was to describe and analyze the factors causing the shift in the rebu tradition in the Karo Tribe, Medan. This research was conducted in Medan. The method used in this study is an ethnographic approach. The theory used as an analytical tool and the basis for discussing the problem in this study is the theory of deconstruction. Data collection techniques are observation, in-depth interviews, and documentation. The data were then analyzed using a qualitative descriptive analysis with an ethnographic approach. The results showed that the factors causing the shift in the rebu tradition were caused by two factors. First, factors from within the community itself, namely: lack of understanding of the rebu tradition, lack of socialization in society, and loss of cultural values. Second, factors from outside the community, namely the currents of modernization and globalization that change mindsets, environmental factors that must adapt to the environment in which they live, inter-ethnic marriages or mixed marriages, economic factors to meet the needs of life, and political factors to achieve political interests.