This Author published in this journals
All Journal Jurnal Pertambangan
R. Syaputra
Institut Teknologi Bandung

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

KARAKTERISTIK PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG PADA ENDAPAN HIGH SULPHIDATION EPITHERMAL R. Prihartini; R. Syaputra; G. J. Kusuma
Jurnal Pertambangan Vol 6 No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jp.v6i3.1306

Abstract

Kegiatan penambangan meliputi aktivitas penggalian dan penimbunan batuan sisa pada tambang emas dengan tipe endapan high sulphidation epithermal (HSE), memungkinkan terdedahnya material sulfida kontak dengan udara dan air berpotensi untuk menimbulkan air asam tambang (AAT). Tujuan penelitian untuk mengetahui studi pembentukan AAT dengan meninjau karakteristik laju oksidasi mineral sulfida dengan pendekatan mol besi total, mol sulfat, dan mol pirit dari hasil pemodelan geokimia PHREEQC. Sebanyak empat sampel batuan yang digunakan dan dikelompokkan berdasarkan domain geologi tingkat oksidasi sempurna (COX) dan tidak teroksidasi (UOX). Metode penelitian menggunakan uji mineralogi dan unsur, serta uji geokimia (statik dan kinetik). Pemodelan geokimia menggunakan PHREEQC dilakukan untuk mensimulasikan perubahan pH dan konsentrasi zat terlarut yang dihasilkan selama uji kinetik. Hasil air lindian memiliki pH relatif rendah yang diiring oleh peningkatan konsentrasi sulfat, besi, aluminium, dan konstituen lainnya. Laju oksidasi pembentuk AAT berdasarkan mol sulfat (1,172 x 10-10 – 5,453 x 10-10 mol/m2s) lebih mendekati nilai transfer mol pyrite hasil pemodelan geokimia (4,260 x 10-11 – 5,561 x 10-10 mol/m2s), dibandingkan laju oksidasi mol besi total (3,102 x 10-18 – 9,090 x 10-09 mol/m2s). Kondisi ini disebabkan oleh kandungan besi dalam air lindian yang lebih banyak mengendap dibandingkan sulfat. Laju reaksi pyrite pada sampel COX jauh lebih rendah dari UOX, hal ini disebabkan oleh sampel COX yang lebih sedikit mengalami laju reaksi oksidasi dibandingkan UOX.