Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMBENTUKAN INDEKS KEMISKINAN MULTIDIMENSI ANAK DAN PEMANFAATANNYA UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA TAHUN 2017 Lalu Ardani Aulia; Ika Yuni Wulansari
Seminar Nasional Official Statistics Vol 2019 No 1 (2019): Seminar Nasional Official Statistics 2019
Publisher : Politeknik Statistika STIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.516 KB) | DOI: 10.34123/semnasoffstat.v2019i1.222

Abstract

Pengukuran kemiskinan yang hanya melihat aspek moneter sudah sejak lama mendapat kritik. Kemiskinan merupakan fenomena multidimensi, sehingga pengukurannya seharusnya dilakukan secara multidimensi, terutama kemiskinan anak. Ukuran kemsikinan anak di Indonesia selama ini masih diturunkan dari ukuran kemiskinan rumah tangga tempat anak tersebut tinggal. Dalam kenyataannya, kebutuhan anak-anak berbeda dengan orang dewasa dan distribusi pendapatan di dalam rumah tangga tidak selalu merata. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kemiskinan anak di Indonesia secara multidimensi melalui pembentukan Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) Anak berdasarkan metode Alkire-Foster. Indeks tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pembuat kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan anak sehingga potensi mereka dapat dikembangkan secara maksimal agar mampu memutus rantai kemiskinan di masa mendatang. Beberapa dimensi yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain dimensi perumahan, fasilitas, makanan dan nutrisi, pendidikan, perlindungan anak, dan kesehatan. Data yang digunakan adalah data Susenas 2017 dan beberapa data publikasi BPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,63 persen anak di Indonesia miskin multidimensi dengan rata-rata deprivasi yang dialami adalah 40,70 persen dari 13 indikator pembentuk IKM Anak yang digunakan. Dimensi yang paling berkontribusi terhadap kemiskinan anak di Indonesia adalah dimensi pendidikan. Provinsi Papua, NTT, Maluku, dan beberapa provinsi di daerah timur Indonesia memiliki IKM Anak dan persentase penduduk miskin yang tinggi sehingga perlu menjadi prioritas utama dalam upaya pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan.
KAJIAN KARAKTERISTIK PEKERJA MISKIN Arif Rahman; Lalu Ardani Aulia
Seminar Nasional Official Statistics Vol 2020 No 1 (2020): Seminar Nasional Official Statistics 2020
Publisher : Politeknik Statistika STIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.259 KB) | DOI: 10.34123/semnasoffstat.v2020i1.681

Abstract

Fenomena kemiskinan seringkali dikaitkan dengan masalah pengangguran. Orang yang menganggur dianggap akan menambah jumlah penduduk miskin. Padahal, pada negara berkembang termasuk Indonesia, orang yang miskin akan bekerja apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Fenomena adanya orang yang telah bekerja namun masih tergolong miskin ini disebut sebagai pekerja miskin. Pada Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kalimantan Barat sebesar 4,14 persen. Namun, di sisi lain BPS juga mencatat persentase kemiskinan di Kalimantan Barat pada Maret 2019 mencapai 7,49 persen dan menjadi yang tertinggi di Pulau Kalimantan. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa masalah pekerja miskin juga terjadi di Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran umum karakteristik pekerja miskin, mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh serta menganalisis kecenderungannya terhadap status pekerja miskin di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, pekerja miskin di Provinsi Kalimantan Barat banyak ditemukan pada pekerja yang berjenis kelamin laki-laki, berstatus kawin/pernah kawin, berusia menengah, hanya berpendidikan maksimal sekolah dasar, tinggal di perdesaan, bekerja di lapangan pekerjaan pertanian, berstatus pekerja informal, dan pekerja penuh. Selanjutnya, variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pekerja miskin di Provinsi Kalimantan Barat di antaranya status perkawinan, umur, tingkat pendidikan.