Anisatul Khanifah
Universitas Negeri Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS TINGKAT LITERASI GENDER TERHADAP KONSTRUKSI KESETARAAN GENDER PADA PEMUDA DI KOTA TANGERANG SELATAN Anisatul Khanifah; Martinus Legowo
EGALITA Vol 17, No 2 (2022): December
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/egalita.v17i2.17802

Abstract

Budaya patriarki yang subur di tengah masyarakat hingga keberadaanya masih eksis dan menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Budaya patriarki ini tentu keberadaanya merugikan bagi individu karena melalui budaya ini menyebabkan laki-laki dengan sistem sosialnya lebih tinggi dibanding perempuan sehingga disini tumbu sebuah ketiakadilan peran atau ketimpangan gender, ketimpangan gender menunjukkan adanya ketidakdilan dalam pembagian peran yang terus menerus dikontruksikan oleh masyarakat dan “sesuatu” yang berlaku dan yang masih dipegang oleh lapisan masyarakat tak terkecuali generasi muda di indonesia yang masih dibelenggu atas ketidakadilan Gender dan menjadi belenggu bagi pendobrak ketidakadilan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui  penyebaran angket secara online yang ditujukan pada generasi muda berusia 16-25 tahun di kota tangerang selatan tepatnya di kecamatan setu dan serpong yang dikaji dengan teori konstruksi sosial Peter L berger. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat literasi gender terhadap konstruksi kesetaraan gender pada pemuda di kota tangerang selatan. Penelitian ini menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat literasi gender dengan konstruksi kesetaraan gender pada pemuda di kota tangerang selatan. Dengan demikian, keberadaan literasi gender atau pengetahuan gender perlu eksis di masyarakat untuk memerangi budaya patriarki tersebut.
Kajian Literatur: Kebudayaan dan Kearifan Lokal Suku Badui dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Anisatul Khanifah; Sugeng Harianto
Journal Social and Humaniora Vol 23 No 1 (2023)
Publisher : Udayana University Press bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/PJIIB.2023.v23.i01.p04

Abstract

Eksistensi virus covid-19 memberikan dampak negatif yang merugikan, korban jiwa akibat virus covid-19 di indonesia menunjukkan bahwa virus covid-19 sangat berbahaya, beberapa kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah demi menekan penyebaran covid-19. Tetapi sampai saat ini masih ada kawasan dengan 11.800 penduduk dimana hanya ada dua orang yang terpapar covid-19 yaitu Suku Badui. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana suku badui dengan kebudayaan dan kearifan lokalnya mampu menghadapi pandemi covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode studi Literatur. Kajian literatur dijadikan sebagai dasar dalam membangun konsep bahasan. Data yang digunakan berasal dari data sekunder seperti jurnal, artikel, laporan penelitian, buku dan situs-situs internet terpacaya yang relevan terhadap topik bahasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Masyarakat adat badui memilki dua sisem pemerintahan yakni nasional dan adat (2) Masyarakat adat badui menyebut tetua adat suku badui dengan sebutan Pu’un, pu’un memiliki kekuasaan dan kewenangan yang sangat tinggi (3) Pu’un memberikan arahan untuk taat terhadap protokol kesehatan. Sehingga Masyarakat adat badui sangat patuh terhadap anjuran Pu’un untuk mematuhi protokol kesehatan sebagai salah satu faktor berhasilnya suku badui menghadapi covid-19
The Transformation of the Baduy Tourism Village as a Public Space and Provincial Support Area Anisatul Khanifah; Pambudi Handoyo
Forum Ilmu Sosial Vol 50, No 1 (2023): June 2023
Publisher : Faculty of Social Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/fis.v50i1.44834

Abstract

The Baduy tribe is a tribe that still adheres closely to the rules of their ancestors, they live in the village of Kanekes, Lebak Regency which has been designated as a tourist village since 1990 by the Lebak Government. Every year, tourists visiting is increasing. because of this, negative impacts are also increasingly visible, one of which is the violation of Baduy pikukuh (rules). The method used in this study is descriptive qualitative with literature studies which are analyzed using Mac Iver's Concept of Social Change. This research was conducted to determine the impact of the existence of a Baduy tourism village as a provincial buffer area against the rejection of the population and the surrounding environment. The results of this study indicate that there is a clash between the Baduy people and tourists caused by violations such as littering, the use of chemicals such as soap, and the use of electronic goods by tourists which are used to document the Baduy tribe. The existence of this tourist village has a negative path that has emerged so that changing the term to become Saba Baduy Culture is considered a suitable term to represent the Baduy tribe because the meaning of Baduy cultural saba leads to visits to Baduy culture meaning that there are those who "visit" and those who "visit". So there is a need for integration between tourism, culture, and customs. Thus cultural ethnicity is not a tourist object, this is what is trying to be emphasized through the term Baduy Cultural Saba