This Author published in this journals
All Journal bionature
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Juvenil Udang Windu, (Penaeus monodon Fabr) pada Intervensi Densitas Pemeliharaan Tinggi ., Hartinah
bionature Vol 16, No 1 (2015): April
Publisher : Fakultas MIPA UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.545 KB) | DOI: 10.35580/bionature.v16i1.1567

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran tekanan densitas pemeliharaan tinggi sebagai  stressor untuk memicu pertumbuhan juvenil udang windu pada bobot berbeda dalam wadah terkontrol. Percobaan terdiri dari 3 perlakuan yaitu densitas pemeliharaan 10, 15 dan 20 ekor/aquarium setara dengan densitas 60, 90 dan 120 ekor/m2, dengan menggunakan juvenil udang windu bobot 5-7g dan 10g sebagai hewan uji, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Pemantauan bobot dan jumlah juvenil udang windu yang hidup dilakukan  pada awal,  hari ke lima dan akhir hari ke 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi densitas tinggi dapat menyebabkan terjadinya stres dan bagi juvenil udang windu. Terbukti pada densitas pemeliharaan 90 dan 120 ekor/m2 dapat memicu pertumbuhan juvenil udang windu pada bobot berbeda, karena ternyata stres yang dialami juvenil udang windu yang mampu mencapai adaptasi pada densitas ini, diduga memicu kerja organ y untuk memproduksi stimulating moulting hormone yang dapat merangsang  terjadinya moulting. Moulting atau ganti kulit merupakan salah satu indikator terjadinya pertumbuhan. Namun sifat kanibalisme meningkat, sehingga berpengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup juvenil udang windu.  Mortalitas juvenil udang windu yang terjadi sampai pemantauan 120 jam karena stres yang dialami berlangsung secara terus menerus, sedangkan mortalitas yang terjadi setelah 120 jam hingga 20 hari terjadi karena pemangsaan.
Performa Jumlah dan Diferensiasi Sel Hemosit Juvenil Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr.) pada Pemeliharaan dengan Tingkat Teknologi Budidaya yang Berbeda ., Hartinah; La Sennung, La Paturusi; Hamal, Rimal
bionature Vol 15, No 2 (2014): Oktober
Publisher : Fakultas MIPA UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.075 KB) | DOI: 10.35580/bionature.v15i2.1556

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji performa jumlah hemosit dan diferensiasi sel hemosit juvenil udang windu, pada pemeliharaan dengan tingkat teknologi yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel langsung ke lokasi tambak intensif dan tambak tradisional. Frekuensi pengambilan sampel 2 kali dengan interval waktu 15 hari pada saat juvenil udang windu berumur ± 2 bulan. Parameter hemolimfe yang diamati adalah jumlah hemosit, persentase diferensiasi hemosit berdasarkan tipe selnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah hemosit juvenil udang windu pada pemantauan pukul 16:30, masing-masing naik dari 30×106 sel/ml pada tambak tradisional, dan 34.8×106 sel/ml pada tambak intensif. Pada pemantauan pukul 12:00, menjadi 68.7×106 sel/ml tambak tradisional dan 64,8 ×106 sel/ml pada tambak intensif. Selanjutnya menurun menjelang pukul 4:30 menjadi 29,6×106 sel/ml pada tambak intensif dan 33.6×106 sel/ml pada tambak tradisional. Selanjtunya, persentase sel hyalin lebih tinggi (54-61%) pada tambak tradisional dibandingkan sel globular (33–35%) dan sel semiglobular (7-14%), namun pada tambak intensif sel globular lebih tinggi dibandingkan sel hyalin dan sel globular pada setiap pemantauan selama 24 jam. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kondisi vitalitas juvenil udang windu yang dipelihara pada tambak tradisional lebih prima dibandingkan pada tambak intensif yang diduga rentan terhadap stress terutama menjelang subuh (pukul 4:30).