Rasmianto Rasmianto
Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

INTERRELASI KIAI, PENGHULU DAN PEMANGKU ADAT DALAM TRADISI ISLAM WETU TELU DI LOMBOK Rasmianto Rasmianto
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 11, No 2 (2009): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.288 KB) | DOI: 10.18860/el.v0i0.429

Abstract

Islam Wetu Telu includes Islam, although different from traditional activities. This paper discusses the history of Islam Wetu Telu and its philosophy. Selan was also described the collaboration of the social role of kiai Sasak customary stakeholders. Islam Wetu Telu is heavily influenced by the implementation of Islamic teachings, Hinduism, and transitional tradition. These three things are closely related to the history of Islam Wetu Telu as proposed by Jalaluddin Arzaki, director of natural and tourism development agencies. Another version states that Wetu Telu Islam emerged after the Dutch colonization in Lombok in 1980 in relation to the strategy to oppose Islam followed by Sasak people. In everyday life, Wetu Telu Islamic society still adheres to the rules and values of the old tradition which is a hereditary heritage of its ancestors. So high they hold the ancestral heritage custom, has made the scholars difficult to enter his world. In fact, in many cases, scholars also have difficulty in influencing this society. Islam Wetu Telu termasuk Islam, meski berbeda dengan kegiatan tradisional. Tulisan ini membahas sejarah Islam Wetu Telu dan falsafahnya. Selan itu dijabarkan pula kolaborasi peran sosial kiai pemangku adat Sasak. Islam Wetu Telu banyak diwarnai implementasi ajaran Islam, Hinduisme, dan tradisi transisi. Ketiga hal ini sangat terkait dengan sejarah Islam Wetu Telu sebagaimana yang dikemukakan oleh Jalaluddin Arzaki, direktur lembaga pengembangan alam dan pariwisata. Versi lain menyatakan bahwa Islam Wetu Telu muncul setelah penjajahan Belanda di Lombok pada tahun 1980 dalam kaitannya dengan strategi untuk menentang Islam yang diikuti orang Sasak. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Islam Wetu Telu masih tetap berpegang pada tata aturan dan nilai-nilai tradisi lama yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Begitu tingginya mereka memegang adat istiadat warisan leluhur, telah membuat para ulama kesulitan untuk memasuki dunianya. Bahkan, dalam banyak hal, ulama juga kesulitan menanamkan pengaruhnya pada masyarakat ini. 
Kepemimpinan Kepala Sekolah Berwawasan Visioner-Transformatif dalam Otonomi Pendidikan Rasmianto Rasmianto
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 5, No 1 (2003): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.862 KB) | DOI: 10.18860/el.v5i1.5146

Abstract

Leadership of the principal has an active role in improving the quality of education so that he is required to have good leadership skills Because good school leadership is capable and able to manage all educational resources to achieve educational goals both in terms of learning and human resource development. So that the principal is also required to be able to create a good organizational climate so that all components of the school can portray themselves together to achieve the goals and objectives of the school organization. The principal must be able to provide the role of an inspiring, inspiratory, participatory, and motivator to teachers, students and employees to create synergicity to improve the institution's performance in achieving the expected goals and objectives  Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran aktif dalam meningakatkan kualitas pendidikan sehingga ia diharuskan memiliki kemampuan memimpin yang baik Sebab, kepemimpinan sekolah yang baik adalah yang mampu dan dapat mengelola semua sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan baik dari sisi pembelajaran maupun pengembangan sumber daya manusia. Sehingga kepala sekolah juga dituntut untuk mampu menciptakan iklim organisasi yang baik agar semua komponen sekolah dapat memerankan diri secara bersama untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi sekolah.  Kepala sekolah harus mampu memberikan peran sebagai seorang insiator, inspiratosr, partisipator, dan motivator kepada guru, siswa, dan karyawan untuk sama-sama menciptakan sinergisitas untuk meningkatkan kinerja lembaga dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan
Mengurai Problem Dikotomik Eksistensial Manusia Dalam Perspektif Agama Dan Teori Evolusi Rasmianto Rasmianto
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 6, No 2 (2004): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.033 KB) | DOI: 10.18860/el.v6i2.4669

Abstract

In 1960s, one Ahmadiyah figure, Saleh A. Nahdi tried to prove that evolution theory is even better to interpret Alquran’s ayah. Furthermore, he stated that the theory was indeed written in Alquran. Some of them are in surah Nuh (71), ayah 13 to 17. “What is (the matter) with you that you do not attribute to Allah grandeur? While He has created you in stages (evolution)? Do you not consider how Allah has created seven heavens in layers”. In a big scope, this article discusses the evolution theory in some religions’ perspectives and a classical debate about ‘Adam’ mystery. Some scholars of religion oppose the theory based on their religion’s beliefs, but some other are positive. They even use the theory to explain their religion’s doctrine written in the bible. In a further discussion, the experts are classified into two groups over Adam (as the first human) discussion. By explaining the proofs, some experts stated that Adam is not the first human as people believe. Some others believe that the descending of Adam is an indication that God delegates human as the caliph on earth. Pada 1960an seorang tokoh Ahmadiyah, Saleh A. Nahdi berusaha memberikan bukti bahwa teori evolusilah yang lebih tepat menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia malah mengatakan, teori evolusi itu justru terdapat dalam Alquran, umpamanya pada ayat ke-13 hingga ke-17 surat Nuh (71). Yang artinya mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal, Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian (evolusi)? Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Secara garis besar, artikel ini membahas teori evolusi dalam perspektif agama dan perdebatan klasik tentang misteri ‘Adam’. Sebagian ahli agama menentang berdasarkan ajaran agama mereka, tetapi sebagian lain menerima teori evolusi. Bahkan menggunakan teori tersebut untuk menjelaskan ajaran di kitab sucinya. Sedangkan, dalam pembahasan Adam sebagai manusia pertama di bumi pun para ahli terbagi menjadi dua golongan. Dengan beberapa bukti, sebagian berpendapat bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Tafsiran lain juga menyatakan bahwa turunnya Adam ialah pertanda Tuhan mengutus manusia sebagai khalifah di muka bumi.