Minyak dedak padi merupakan salah satu minyak yang bukan berbahan dasar kelapa sawit yang berpotensi sebagai pengganti minyak kelapa sawit. Di Indonesia, minyak yang tidak dibuat dari kelapa sawit masih langka karena masih diimpor dari negara lain. Minyak dedak padi dihargai lebih tinggi daripada minyak paling umum seperti minyak kelapa sawit dan kelapa tetapi masih dengan harga yang wajar. Minyak harus memiliki kandungan asam lemak bebas yang rendah untuk dianggap sebagai minyak goreng. Minyak dedak padi berpotensi untuk menjadi pengganti minyak kelapa sawit karena dedak padi adalah sebuah produk sampingan dari proses penggilingan padi menjadi beras. Pada tahun 2020, 9.944.538 ton dedak padi diproduksi di Jawa Timur dan menunjukkan bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk menghasilkan minyak dedak padi Proses produksi terdiri dari 3 proses utama yaitu pre-treatment, ekstraksi dan pemurnian. Pabrik tersebut akan dibangun di Lamongan, Jawa Timur karena kabupaten tersebut menghasilkan dedak padi yang paling banyak dan juga faktor-faktor lainnya. Pembangunan pabrik diperkirakan dimulai pada tahun 2026. Pabrik tersebut memiliki kapasitas 11.000 ton/tahun dengan 24 jam operasi per hari dan 330 hari per tahun. Produk minyak dari pabrik ini mengandung 0,05% asam lemak bebas. Dari analisa ekonomi, dengan harga jual minyak dedak padi 2000 US$/ton, de-oiled rice bran 85 U$/ton, sekam 50 US$/ton dan distilat asam lemak dedak padi 350 US$/ ton, Internal Rate of Return (IRR) untuk pabrik adalah 25,23% dengan tingkat bunga 7,95% dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp. 22.848.823,8/ton. Selain itu, Pay Out Time (POT) dihitung pada 4 tahun 6 bulan dengan Break Even Point (BEP) 33%. Oleh karena itu, pabrik ini dianggap menguntungkan.