Wahiduddin Wahiduddin
FKM Universitas Hasanuddin

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK PADA PASIEN RSUD KOTA MAKASSAR: Risk Factors of Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Patients of Makassar City Hospital Sri Hartina; Wahiduddin Wahiduddin; Rismayanti Rismayanti
Hasanuddin Journal of Public Health Vol. 2 No. 2: JUNE 2021
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/hjph.v2i2.13139

Abstract

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kesakitan kronik dan kematian individu di seluruh dunia dengan angka mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi. PPOK saat ini berisiko untuk semua kalangan, terutama usia dewasa dan lansia. Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan PPOK adalah genetik, riwayat penyakit infeksi pernapasan, jenis kelamin, usia, gizi, asap rokok, polusi udara dalam dan luar ruangan, serta gaya hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian PPOK pada pasien poli paru RSUD Kota Makassar tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional menggunakan rancangan case control study. Penelitian ini dilaksanakan di Poli paru RSUD Kota Makassar pada Desember 2020–Januari 2021. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien Poli Paru RSUD Kota Makassar dengan jumlah sampel 105 yakni 35 kasus dan 70 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko kejadian PPOK yakni jenis kelamin diperoleh nilai OR=2,82 (95% CI=1,08-7,35), penghasilan diperoleh nilai OR= 1,25 (95% CI=0,55-2,83), paparan asap rokok diperoleh nilai OR= 4,31 (95% CI=1,59-11,6), paparan asap obat nyamuk bakar diperoleh nilai OR=2,74 (95% CI=1,16-6,45), serta konsumsi minuman ringan diperoleh nilai OR=1,15 (95% CI=0,46-2,86). Jenis kelamin, penghasilan, paparan asap rokok, paparan asap obat nyamuk bakar dan konsumsi minuman ringan merupakan faktor risiko kejadian PPOK tetapi penghasilan dan konsumsi minuman ringan berisiko tidak bermakna. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat menghindari risiko tersebut yang menyebabkan PPOK.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI SEKITAR WILAYAH TPA SAMPAH: Factors Associated with the Incidence of ARI in Toddlers Around Waste Disposal Muh. Arman Nyomba; Wahiduddin Wahiduddin; Rismayanti Rismayanti
Hasanuddin Journal of Public Health Vol. 3 No. 1: FEBRUARY 2022
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/hjph.v3i1.19796

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama tingkat kesakitan dan kematian akibat penyakit menular di dunia yang memiliki gejala seperti demam, batuk kurang dari dua minggu, pilek atau hidung tersumbat dan sakit tenggorokan. WHO menyatakan pada tahun 2016 insiden ISPA di negara berkembang sekitar 15%-20% kematian pada anak balita, pada tahun 2017 sekitar 24%-49% kematian dan tahun 2018 sekitar 21,7%- 40% kematian pada balita akibat ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di sekitar wilayah TPA sampah Antang Kota Makassar. Desain penelitian cross sectional. Besar sampel penelitian sebanyak 251 sampel. Penelitian berlangsung selama 1 bulan yaitu 6 Desember 2021-9 Januari 2022 di Kelurahan Tamangapa Kota Makassar, sekitar wilayah TPA sampah Antang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner penelitian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa BBLR (p=0,016), status imunisasi (p=0,031), dan kebiasaan merokok keluarga (p=0,001) memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Sedangkan jenis kelamin (p=0,648), pemberian ASI eksklusif (p=0,096), penggunaan obat anti nyamuk (p=0,169), pengeluaran rumah tangga (p=0,746), dan paparan bau sampah (p=0,068) menunjukkan tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA pada balita. BBLR, status imunisasi, dan kebiasaan merokok keluarga memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Ibu sebaiknya melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental ibu sehingga dapat melahirkan bayi dengan normal dan selalu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan balita seperti rutin melakukan imunisasi dan menjauhkan dari asap rokok keluarga.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENDALI GLIKEMIK PADA PENDERITA DMT2 DI PUSKESMAS: Factors Associated with Glycemic Control of Patients DMT2 at Health Center Lilmawati Lilmawati; Wahiduddin Wahiduddin; Rismayanti Rismayanti
Hasanuddin Journal of Public Health Vol. 3 No. 3: OCTOBER 2022
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/hjph.v3i3.22552

Abstract

Diabetes melitus adalah penyakit kronis berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal dan merupakan salah satu penyebab kematian dini di dunia. Tipe yang paling umum adalah diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Kendali glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien dan mencegah komplikasi. WHO menyatakan diabetes menjadi penyebab dari 1,5 juta kematian secara langsung tahun 2019. Indonesia berada pada peringkat ke-7 dari 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak yaitu 10,7 juta pada tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kendali glikemik pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kabupaten Bulukumba. Desain penelitian cross sectional. Besar sampel penelitian sebanyak 103 sampel. Penelitian berlangsung selama 1 bulan yaitu 7 Juli-7 Agustus 2022 di Puskesmas Bonto Bangun dan Puskesmas Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner penelitian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin (p=0,001), pengetahuan (p=0,005), dan pola makan (p=0,042) memiliki hubungan dengan kendali glikemik. Durasi penyakit (p=1,000), kepatuhan minum obat (p=0,070), konsumsi obat herbal (p=0,399) dan dukungan keluarga (p=0,290) menunjukkan tidak ada hubungan dengan kendali glikemik. Jenis kelamin dan pengetahuan memiliki hubungan yang lebih kuat daripada pola makan dengan kendali glikemik pada penderita diabetes melitus tipe 2.  Jenis kelamin, pengetahuan dan pola makan memiliki hubungan dengan kendali glikemik pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penderita sebaiknya meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan dan pengendalian diabetes melitus agar tidak mengalami keparahan dan komplikasi lebih lanjut.