Teori Multiple Intelligences (MI) muncul sebagai bentuk krtitik terhadap teori Intellectual Quotient (IQ) yang membatasi kecerdasan hanya pada kecerdasan Logis-Matematis dan Linguistik saja. Sementara dalam teori MI terdapat Sembilan kecerdasan manusia yakni: (1) Kecerdasan Liguistic, (2) Kecerdasan Logis-Matematic, (3) Kecerdasan Visual-Spasial, (4) Kecerdasan Kinestetik, (5) Kecerdasan Musik, (6) Teori Multiple Intelligences (MI) muncul sebagai bentuk krtitik terhadap teori Intellectual Quotient (IQ) yang membatasi kecerdasan hanya pada kecerdasan Logis-Matematis dan Linguistik saja. Sementara dalam teori MI terdapat Sembilan kecerdasan manusia yakni: (1) Kecerdasan Liguistic, (2) Kecerdasan Logis-Matematic, (3) Kecerdasan Visual-Spasial, (4) Kecerdasan Kinestetik, (5) Kecerdasan Musik, (6) Kecerdasan Interpersonal, (7) Kecerdasan Intrapersonal, (8) Kecerdasan Naturalis, (9) Kecerdasan Eksistensialis. Teori ini memahami bahwa setiap anak yang lahir ke dunia adalah unik dan patut mendapat pengakuan dan penghargaan dalam kehidupan pendidikan dasarnya. Karena pendidikan adalah tempat anak didik membentuk dan mengembangkan potensinya, sehingga mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Pembelajaran berbasis MI merupakan bentuk pembelajaran inovatif yang dapat menjadi pilihan bagi guru pendidikan agama Islam di Indonesia. Menerapkan pembelajaran berbasis MI berarti menggunakan pendekatan interdisipliner dalam pengembangan materi pembelajaran, pembelajaran multi-model dan penilaian dunia nyata dalam penilaian pembelajaran. Hal ini untuk mengakomodir keragaman intelektual yang dimiliki siswa.