This Author published in this journals
All Journal e-CliniC
Jose M. Mandei, Jose M.
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gambaran hasil pemeriksaan fungsi hati pada anak dengan infeksi dengue periode Januari 2011-Oktober 2016 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Saudo, Rindah M.; Rampengan, Novie H.; Mandei, Jose M.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14476

Abstract

Abstract : Dengue infection still one of the global health problem. Hepatic dysfunction is common in dengue infection and the spectrum of liver dysfunction in children with dengue infection is wide and has been associated with disease severity. Hepatic dysfunction can be measured with aminotransferase levels. Significant rise of aminotransferase level helps in recognition of severe form of dengue infection. This study aimed to obtain the profile of aminotransferase levels of children diagnosed with dengue infection. This was a descriptive retrospective study using medical record data of patients in Pediatrics Department Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital Manado. There were 432 patients with dengue infection during the period 2011-2016. Patients performed liver function test were 222 patients, however, only 183 patients that meet the inclusion criteria. All cases were grouped into Dengue Fever (DF), Dengue hemorrhagic fever (DHF) and Dengue shock syndrome (DSS) according to WHO criteria. Most patient diagnosed with DSS. Aminotransferase levels rise more significant in DSS and DHF group compared to DF group. AST was elevated more than ALT.Keywords: dengue infection, children, liver function, AST, ALT Abstrak: Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan global. Disfungsi hati umum ditemukan pada infeksi dengue dan spektrum disfungsi hati pada anak dengan infeksi dengue luas dan berkaitan dengan keparahan penyakit. Disfungsi hati dapat diukur dengan kadar aminotransferase. Peningkatan signifikan kadar enzim transaminase dapat membantu mengenali infeksi berat virus dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan fungsi hati pada anak dengan infeksi dengue. Penelitian ini adalah penelitian deskritif retrospektif dengan menggunakan data rekam medik pasien di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sebanyak 432 pasien infeksi virus dengue periode 2011-2016 dan yang diperiksa fungsi hati sebanyak 222 pasien, namun hanya 183 pasien yang memenuhi kriteri inklusi. Semua kasus dikelompokkan menjadi Demam Dengue (DD), Demam berdarah dengue (DBD), dan Sindroma Syok Dengue (SSD). Pasien terbanyak adalah pasien SSD. Peningkatan kadar enzim aminotransferase lebih signifikan pada kelompok SSD dan DBD dibandingkan DD. SGOT meningkat lebih tinggi dibandingkan SGPT. Kata kunci: infeksi dengue, anak, fungsi hati, AST, ALT
HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DAN PERKEMBANGAN BAYI DI POLI BAYI & TUMBUH KEMBANG RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU Thezar, Dennis; Masloman, Nurhayati; Mandei, Jose M.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11001

Abstract

Background: Around 10% of the world’s children have delayed development. Head circumference is used as one of the indicator to identify neurological impairment and to detect the cause of developmental delay. Yet, microcephaly or macrocephaly are not always indicated a delayed development on children. Objectives: To find out the overview of head circumference and child’s development in the Child Development Center of Kandou Public Hospital and to determine the relation between both of it. Methods: This study is an analytical cross-sectional study. Data were collected with head measurement and KPSP (Kuesioner praskrining perkembangan) to assess development in the Growth and Development Clinic of Kandou Public Hospital from November 2015 to January 2016. The data were analyzed using Fisher’s exact statistical test. Results: From 34 subjects who qualified the inclusion criteria: 50% of the subjects are male, most subjects were using the third month KPSP, there are 97.1% subjects with normal head circumference, 88.2% with normal development, and the study is not statistical significant with Fisher’s exact test (p = 0.882). Conclusions: There is no significant relation between head circumference and development. Most of the infants have normal head circumference and development.Keywords: Head circumference, development, KPSPLatar Belakang: Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan secara umum meliputi 10% anak-anak di seluruh dunia. Ukuran lingkar kepala adalah salah satu indikator yang umum diperiksa untuk mengidentifikasi kelainan neurologis dan menyingkirkan penyebab keterlambatan perkembangan. Namun, mikrosefali atau makrosefali belum tentu menandakan penyimpangan perkembangan pada anak. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran lingkar kepala dan perkembangan bayi di Poli Bayi & Tumbuh Kembang RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou serta hubungan antara keduanya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik potong lintang. Data dikumpulkan dengan cara pengukuran lingkar kepala dan KPSP (Kuesioner praskrining perkembangan) untuk penilaian perkembangan di Poli Bayi & Tumbuh Kembang RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou dari November 2015 hingga Januari 2016. Analisa data menggunakan uji statistik Fisher’s exact. Hasil: Dari 34 subjek yang memenuhi kriteria inklusi: 50% berjenis kelamin laki-laki, terbanyak menggunakan KPSP 3 bulan, 97,1% dengan lingkar kepala normal, 88,2% dengan perkembangan normal, dan penelitian ini tidak signifikan secara statistik dengan uji Fisher’s exact (p = 0,882). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar kepala dan perkembangan. Sebagian besar bayi memiliki ukuran lingkar kepala dan perkembangan yang normal.Kata kunci: Lingkar kepala, perkembangan, KPSP
Profil Anak Dengan Sepsis dan Syok Sepsis yang dilakukan Kultur Darah Periode Januari 2010-Juni 2015 DI RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Supit, Prily; Mandei, Jose M.; Rampengan, Novie H.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10982

Abstract

Abstract: Sepsis and septic shock is a medical emergency that needs to be treated immediately in order to reduce mortality. Both of these circumstances are often found in the hospitals. The gold standar of diagnosis is the finding of bacteria in the blood through a blood culture examination. Clinicians need to ensure that antibiotics are used effectively against the germ that causes sepsis. This study aimed to obtain the profile of blood cultures of children diagnosed as sepsis or septic shock. This was a descriptive retrospective study using medical record data of patients in Pediatrics Department Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. There were 146 patients with sepsis and septic shock during the period of 2010-2015. Patients performed blood culture examination on them were as many as 33 children, however, the data only showed the results of 21 patients. Most patient aged <1 year , male gender. The types of germs frequently found were Citrobacter difesus, Staphylococcus aureus, and Enterobacter aerogenes. Most germs were sensitive to antibiotics ampicillin sulbactam and levofloxacin.Keywords: sepsis, septic shock, children, blood culture  Abstrak: Sepsis dan syok sepsis merupakan kedaruratan medik yang perlu mendapatkan penanganan yang segera untuk dapat menurunkan angka kematian. Kedua keadaan ini merupakan hal yang sering ditemukan dirumah sakit. Standar baku diagnosis sepsis ialah ditemukannya bakteri dalam darah melalui pemeriksaan kultur darah. Dalam terapi, klinisi perlu memastikan bahwa antibiotik yang digunakan efektif dalam mengatasi kuman penyebab sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kultur darah pada anak yang di diagnosis sepsis dan syok sepsis sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan sepsis. Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif. Sebanyak 146 pasien sepsis dan syok sepsis periode tahun 2010 – tahun 2015 dan yang dilakukan pemeriksaan kultur sebanyak 33 anak, namun hasil kultur yang tercantum dalam rekam medik hanya 21 pasien. Pasien terbanyak berusia <1 tahun, jenis kelamin laki-laki. Jenis kuman penyebab yang paling sering yaitu Citrobacter difersus , Staphylococcus aureus, dan Enterobacter aerogenes, dan umumnya sensitif terhadap antibiotik ampicillin sulbactam, dan levofloxacin.Kata kunci: sepsis, syok sepsis, anak, kultur darah