Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Ruang Publik Digital dalam Diskusi Agama dan Kepercayaan: Analisis Konten Siniar “Berbeda Tapi Bersama” Episode Ke 20 Inti Ajaran Aliran Kebatinan Perjalanan Nuha Fidaraini
IPTEK-KOM : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi Vol 24 No 2 (2022): Jurnal IPTEK-KOM (Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi)
Publisher : BPSDMP KOMNFO Yogyakarta, Kementerian Komunikasi dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17933/iptekkom.24.2.2022.117-134

Abstract

Aliran Kebatinan Perjalanan is one of the minority beliefs in Indonesia. The two figures from that belief were invited as guest stars in the 20th episode of the podcast Berbeda Tapi Bersama. Through the podcast, the two figures voiced their views and experiences as a minority group in a country that actually already has rules for its citizens to be free to choose the religion and belief they believe in. Based on the three dimensions of Dahlgren's online public sphere, structural, representational and interactional, the 20th episode of Berbeda Tapi Bersama reveals that the podcast has the capability to manifest a communicative public sphere by combining the structure of digital and traditional public sphere, the participants have several different views so it makes the discussion to be the representation of diversity and the interaction of the participants produced exchange of views and common goals. Overall, through those findings, podcast is one of the digital media that can be expected to be used more as part of the digital public sphere.
Agama Yang Termediasi Di Media Sosial: Analisis Semiotika Komik "Habib 'n Friends" Pada Instagram Husein Jafar Al Hadar Fidaraini, Nuha
Jurnal Dakwah Vol. 23 No. 1 (2022)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jd.23.1.22.5

Abstract

Media sosial menjadi salah satu produk dari media digital yang saat ini mendominasi praktik komunikasi di masyarakat. Aktor agama pun tidak luput menggunakan media sosial sebagai media interaksi dengan para jamaahnya. Husein Ja’far Al Hadar menjadi salah satu aktor agama yang dikenal masyarkat sebagai Da’i millennial karena metode dakwah yang dibawakannya. Ia membawa praktik dakwah ke dalam aktivitas media sosial Instagram pribadinya, salah satunya dengan mengunggah konten komik bertema agama. Tema komik yang diangkat berasal dari fenomena yang terjadi di masyarakat, termasuk fenomena informasi palsu atau hoaks yang sampai saat ini masih dapat ditemukan keberadaannya. Analisis semiotika akan digunakan sebagai pisau analisis pada episode hoaks Komik Habib ‘n Friends untuk mengetahui pesan yang ada di dalamnya sekaligus penelitian ini juga akan melihat transformasi praktik dakwah di media sosial. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa masuknya agama ke ranah media digital menjadikan agama semakin termediasi, namun di sisi lain penggunaan media sosial dalam praktik dakwah merupakan upaya dalam mengikuti perkembangan teknologi dan bentuk dari resistensi diri.
REPRESENTASI DIRI DISABILITAS TULI @AMANDA_FARLIANY DI INSTAGRAM: ANALISIS SISTEM MENTAL DAN BAHASA Fidaraini, Nuha
Lektur: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 8, No 3 (2025): Lektur: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/lektur.v8i3.25398

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi makna mengenai identitas penyandang disabilitas Tuli yang direpresentasikan melalui konten Instagram. Dengan fokus pada akun Amanda Farliany, seorang konten kreator Tuli, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis konten. Sampel dipilih secara purposive dari lima video pendek (Reels) yang merepresentasikan tema edukasi, aspirasi, dan interaksi keluarga. Sebagai pisau analisis, penelitian ini menerapkan teori representasi Stuart Hall, khususnya dengan menelaah dua sistem utamanya: sistem representasi mental dan sistem bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi sarana krusial bagi individu Tuli untuk secara aktif merekonstruksi stigma sosial yang selama ini dilekatkan oleh media konvensional. Melalui kontennya, Farliany secara sadar memproduksi makna dan menyajikan konsep diri yang tegas: individu yang tidak butuh dikasihani, produktif dan percaya diri. Konsep ini diekspresikan melalui bahasa multimodal yang kaya, memanfaatkan gestur, ekspresi, teks dan audio untuk menjembatani kesenjangan komunikasi. Konten yang ia produksi tidak hanya mengubah persepsi publik, tetapi juga menjadi sarana bagi Farliany untuk menegaskan dan membangun identitas Tuli yang berdaya.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa media sosial berfungsi sebagai ruang vital untuk pembentukan identitas dan advokasi diri.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi makna mengenai identitas penyandang disabilitas Tuli yang direpresentasikan melalui konten Instagram. Dengan fokus pada akun Amanda Farliany, seorang konten kreator Tuli, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis konten. Sampel dipilih secara purposive dari lima video pendek (Reels) yang merepresentasikan tema edukasi, aspirasi, dan interaksi keluarga. Sebagai pisau analisis, penelitian ini menerapkan teori representasi Stuart Hall, khususnya dengan menelaah dua sistem utamanya: sistem representasi mental dan sistem bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi sarana krusial bagi individu Tuli untuk secara aktif merekonstruksi stigma sosial yang selama ini dilekatkan oleh media konvensional. Melalui kontennya, Farliany secara sadar memproduksi makna dan menyajikan konsep diri yang tegas: individu yang tidak butuh dikasihani, produktif dan percaya diri. Konsep ini diekspresikan melalui bahasa multimodal yang kaya, memanfaatkan gestur, ekspresi, teks dan audio untuk menjembatani kesenjangan komunikasi. Konten yang ia produksi tidak hanya mengubah persepsi publik, tetapi juga menjadi sarana bagi Farliany untuk menegaskan dan membangun identitas Tuli yang berdaya.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa media sosial berfungsi sebagai ruang vital untuk pembentukan identitas dan advokasi diri.