R. Garsetiasih, R.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KARAKTERISTIK VEGETASI HABITAT BANTENG (Bos javanicus d’Alton 1832) DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, JAWA TIMUR Garsetiasih, R.; Heriyanto, N.M.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (994.896 KB)

Abstract

Penelitian habitat banteng di Resort Malangsari, Seksi Konservasi Kalibaru, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2010. Tujuan  penelitian untuk memperoleh informasitentang kondisi  habitat banteng, terutama vegetasi yang berfungsi sebagai cover dan pakan. Pengumpulan data dengan metode jalur berpetak, teknik penarikan contoh bertingkat, pemilihan satuan contoh tingkat pertama dilakukan secara sengaja dan satuan contoh tingkat kedua secara sistematik. Jumlah jalur pengamatan tiga jalur, lebar jalur 20 m, dan panjang  500 m, diletakkan memotong lereng. Hasil penelitian menunjukkan jenis yang mendominasi tegakan yaitu bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) dengan indeks nilai penting(INP) 85,9%,  kemundu (Garcinia dulcis Kurtz.) INP 37,05%, dan gondang (Ficus variegata Blume) INP 34,87%. Jenis pohon dengan tinggi > 30 m didominasi oleh L. speciosa dan Ficus septica Burm.L, tinggi antara 20-30 m didominasi oleh Pangium edule Reinw., Pterocybium javanicum R. Br., dan Artocarpus elasticus Reinw., tinggi < 20 m didominasi oleh A. elasticus, P. edule. dan L. speciosa. Jenis yang mendominasi tingkat pohon yaitu L. speciosa, INP 85,9%, belta L. speciosa, INP 41,4%, dan semai yaitujenis F. variegata, INP 40,66%. Struktur dan komposisi vegetasi  masih dapat memenuhi kebutuhan cover bagi banteng tetapi tidak  memenuhi kebutuhan pakan karena  rumput tidak tumbuh di bawah tegakan.
PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN TNMB DAN TNAP YANG TERGANGGU SATWALIAR TERHADAP KONSERVASI BANTENG (Bos javanicus d’Alton 1823) Garsetiasih, R.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2993.796 KB)

Abstract

Populasi banteng (Bos javanicus d’Alton 1823) di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan Taman Nasio- nal Alas Purwo (TNAP) semakin terancam dengan meningkatnya konflik akibat gangguan banteng pada lahan pertanian dan perkebunan. Pengelola taman nasional perlu memahami situasi dan kondisi sosial masya- rakat setempat, khususnya yang berkonflik dengan banteng. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang karakteristik sosial, ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar kawasan TNAP dan TNMB terhadap manfaat taman nasional dan konservasi banteng. Penelitian dilakukan bulan Desember 2010 sampai Desem- ber 2011 menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui wawancara dengan masyarakat desa sekitar kawasan dan tokoh masyarakat. Wawancara menggunakan panduan secara terstruktur dan mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden masuk katagori umur produktif dan tingkat pendidikannya rendah. Gangguan banteng tertinggi di Desa Kalipait (TNAP) dengan persentase 31,91%, Desa Curah Nongko dan Andongrejo (TNMB)  masing-masing 16,22% dan 29,73%. Kondisi ekonomi masyarakat petani sekitar TNAP tergolong lebih baik dibanding petani sekitar TNMB dengan pendapatan rata-rata per bulan berkisar Rp 885.500,- sampai Rp 1.445.000,-. Pendapatan petani sekitar TNMB berkisar Rp 332.500,- sampai Rp 614.000,- termasuk katagori miskin. Petani umumnya memiliki persepsi positif terhadap taman nasional, sebaliknya persepsi terhadap banteng cenderung negatif karena statusnya dilin- dungi, sehingga tidak dapat dimanfaatkan dan keberadaannya menyebabkan kerusakan tanaman pertanian dan perkebunan masyarakat. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan banteng
HABITAT DAN POPULASI PUNAI (Columbidae) DI MEMPAWAH DAN SUAKA MARGASATWA PELAIHARI Sawitri, Reny; Garsetiasih, R.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kalimantan Barat dan Selatan termasuk wilayah sebaran burung punai di Indonesia. Aktivitas perburuan yang intensif di kedua provinsi dan kerusakan habitat dikhawatirkan semakin mengancam populasi burung punai di alam, untuk itu dilakukan penelitian habitat, jenis, populasi serta perilaku burung suku Columbidae ini. Metode penelitian adalah index preferensi Jacobs dan jenis pohon pakan, penghitungan populasi dengan metode Zippin dan pengamatan perilaku sosial dan perkembangbiakan. Daerah sempadan sungai merupakan habitat paling disukai sebagai tempat makan dan minum, bertengger dan bersarang pada pohon tinggi 3-4 m dan bertajuk rapat. Populasi burung di Mempawah, Kalimantan Barat, sekitar 7.056-7.344 individu tahun 2009 dan di SM Pelaihari, Kalimantan Selatan, sekitar 2.500-2.800 individu tahun 2010. Perilaku yang paling menonjol adalah perilaku sosial diantaranya adalah berkelompok, perkawinan monogamous dan berkomuni - kasi pada saat perkawinan dan mempertahankan teritorinya 
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK TERHADAP PRODUKSI RUMPUT SULANJANA (Hierochloe horsfieldii Kunth Maxim) SEBAGAI PAKAN RUSA DI PENANGKARAN HAURBENTES, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT Garsetiasih, R.; Heriyanto, N. M.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 6 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang besarnya respon dosis pemupukan terhadap produksi rumput sulanjana (Hierochloe horsfieldii Kunth Maxim). Penelitian dilakukan dari bulan November2004  sampai  Maret  2005  di  Laboratorium Flora  dan  Fauna  Langka,  Haurbentes,  Kecamatan  Jasinga, Kabupaten Bogor. Perlakuan terdiri dari empat tingkat dosis pemupukan NPK yang diberikan satu kali. Dosis yang digunakan yaitu : T 0  = 0 (kontrol), T 1  = 1,5 g/rumpun, T 2  = 3 g/rumpun, dan T 3  = 4,5 g/rumpun. Rumput ditanam dengan jarak 0,5 m pada satuan contoh berbentuk guludan dengan panjang 10 m, lebar 0,5 m, dan tinggi guludan 0,4 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi rumput sulanjana (Hierochloe horsfieldii Kunth Maxim) untuk pemotongan pertama umur 3 bulan diperoleh pada perlakuan T 2 (848,75 g/rumpun), sedangkan untuk pemotongan kedua umur 5 bulan diperoleh pada  perlakuan T 2   (421,50 g/rumpun).
KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DAN POTENSI KANDUNGAN KARBONNYA PADA HUTAN AGATHIS DI BATURRADEN Garsetiasih, R.; Heriyanto, N.M.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan potensi kandungan karbonnya. Penelitian  dilakukan pada bulan Juli 2005 sampai bulan April 2006 di hutan agathis Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Pengumpulan data tumbuhan bawah menggunakan metode plot bujur sangkar berukuran 1 m x 1 m dan penentuan plot dilakukan secara acak. Dari penelitian ditemukan 23 jenis tumbuhan bawah. Tegakan agathis tua didominasi oleh pacing (Costus speciosus Smith) dengan indeks nilai penting/INP = 43,03 %,   rumput pait (Coelachene pulchella R.BR.) INP = 36,42 %, dan harendong (Clidemia hirta Don.) INP = 7,82 %. Tumbuhan bawah yang mendominasi tegakan agathis muda yaitu kaliandra (Calliandra callothyrsus Benth.) dengan INP = 50,99 %, pacing (Costus speciosus Smith)  INP =42,81 %, dan rumput pait (Coelachene pulchella R.BR.) INP = 31,06 %. Derajat keragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan agathis tua dan tegakan agathis muda adalah sebesar 0,9640 dan 0,9591 dengan jumlah jenis masing-masing 19 jenis dan 16 jenis. Kandungan karbon paling tinggi yaitu berturut-turut pacing (0,7932 ton C/ha), kaliandra (0,159 ton C/ha), dan rumput pait (0,0413 ton C/ha). Berat kering total tum- buhan bawah per hektar yaitu sebesar 2,1554 ton, kandungan karbonnya rata-rata sebesar 1,0759 ton C/ha atau setara dengan 3,94 ton CO 2 /ha.
STATUS POPULASI DAN HABITAT BURUNG DI BKPH BAYAH, BANTEN Heriyanto, N.M.; Garsetiasih, R.; Setio, Pujo
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 5, No 3 (2008): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  mendapatkan  informasi  tentang  status  populasi,  tipe  habitat,  dan keragaman jenis burung di BKPH Bayah, KPH Banten. Metode pengamatan dilakukan dengan meletakkan plot sepanjang satu km lebar 50 m pada masing-masing habitat. Hasil penelitian menunjukkan, burung yang dijumpai di lokasi penelitian berjumlah 104 jenis yang tercakup dalam 31 famili, 21 jenis di antaranya dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999. Satu jenis burung yaitu  Pitta guajana Muller termasuk dalam Appendix II CITES. Habitat burung di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bayah, Banten ada empat tipe yaitu hutan alam, hutan mahoni, hutan jati, dan hutan campuran, di mana hutan campuran mempunyai keragaman jenis burung dan keseimbangan  paling tinggi (H = 3,54 dan E = 0,90). Kepadatan dan keragaman burung di lokasi penelitian didominasi oleh jenis walik jambu (Ptilinopus jambu Gmelin)  sebanyak  240  ekor/km2   dan  0,33,  anis  hutan  (Zoothera  andromedae  Latham)  sebanyak  150 ekor/km2  dan 0,20, walet serang hitam (Collocalia maxima Linnaeus) sebanyak 120 ekor/km2  dan 0,24, cinenen pisang (Orthotomus sutorius Pennant) 120 ekor/km2  dan 0,23, cica daun sayap biru (Chloropsis cochinchinensis Gmelin) sebanyak 120 ekor/km2 dan 0,17. Pengelolaan secara in-situ telah dilakukan oleh Perhutani dengan mempertahankan hutan alam sebagai hutan lindung, dan   meningkatkan kesadaran masyarakat mencegah perburuan liar.
SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH SERTA KOMPOSISI VEGETASI DI TAMAN WISATA ALAM TANGKUBAN PARAHU, PROVINSI JAWA BARAT Pratiwi, Pratiwi; Garsetiasih, R.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 5 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu merupakan salah satu taman wisata alam yang memiliki kekhasan berupa kawah Gunung Tangkuban Parahu dengan tipe vegetasi hutan dataran tinggi, sehingga dalam suatu kesatuan sebagai panorama yang khas. Panorama yang khas ini memiliki daya tarik yang tinggi, sehingga taman wisata alam ini banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik asing maupun dalam negeri.  Tipe vegetasi yang ada merupakan hasil interaksi dari komponen-komponen yang ada di dalam ekosistem tersebut. Salah satu komponen ekosistem adalah tanah.  Sifat-sifat tanah erat hubungannya dengan komposisi vegetasi yang ada di atasnya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sifat-sifat tanah dan komposisi vegetasi yang ada di Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu. Penelitian dilakukan dengan membuat plot-plot penelitian untuk pengamatan sifat-sifat tanah dan topografi, serta vegetasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian termasuk jenis tanah Andosol, dengan tipe vegetasi khas daerah pegunungan. Â