Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENGARUH KONDISI CUACA PENERBANGAN TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PILOT Saputra, Abadi Dwi; Muthohar, Imam; Priyanto, Sigit; Bhinnety, Magda
Jurnal Transportasi Vol 15, No 3 (2015)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.872 KB)

Abstract

Abstract In modes of transportation, air transportation is the mode that is very dependent on weather conditions, either the aircraft will take off and on the cruise, weather phenomena which are beyond the control of human existence are often inserted into the factors which may be the cause of a accident. This study was conducted to determine whether the differences as a pilot mental workload in the weather phenomenon condition that occurs when operating the aircraft in terms of differences pilot age. Mental workload measurements performed using the Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) method, this method using combine of three dimensions with their levels. The dimensions are time load, mental effort load, and psychological stress load. The results of studies showed that for overall, the level of the highest relative importance is the dimension of time, then all subjects have an agreement and assume that the time load is the most important factor in determining the level of pilot mental workload on the face weather conditions  were influential in the world of aviation, while for the most burdened condition or pilot mental workload in the highest level either for both group is when aircraft face of changing wind conditions. Keywords: mental workload, pilot age, weather condition, air transportation  Abstrak Transportasi udara merupakan moda yang sangat bergantung pada keadaan cuaca. Fenomena cuaca merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya suatu kecelakaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan beban kerja mental seorang pilot jika dihadapkan pada fenomena cuaca yang terjadi pada saat mengoperasikan pesawat udara berdasarkan faktor usia pilot. Pengukuran beban kerja mental dilakukan dengan menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique. Metode ini menggunakan tiga kombinasi dimensi dengan tingkatannya. Dimensi-dimensi tersebut adalah beban waktu, beban usaha mental, dan beban tekanan psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tingkatan kepentingan relatif yang paling tinggi adalah dimensi beban usaha waktu sehingga semua subyek mempunyai kesepakatan dan menganggap bahwa faktor beban waktu merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan tingkat beban kerja mental pilot pada saat menghadapi kondisi cuaca. Sedangkan beban kerja mental pilot berada pada level tertinggi pada saat pesawat udara menghadapi perubahan kondisi angin. Kata-kata kunci: beban kerja mental, usia pilot, kondisi cuaca, transportasi udara
ANALISIS PENGARUH WAKTU TERBANG (PHASES OF TIME) TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PILOT PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT) Saputra, Abadi Dwi; Priyanto, Sigit; Munthohar, Imam; Etsem, Magda Bhinnety
Prosiding Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi Vol 2 No 2 (2015): Prosiding Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi
Publisher : FSTPT Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The difference of flying time condition can affect a pilot's psychological condition. Regardless of the factors which the human body has a habit of working time and rest so that will affect the physical condition, and ultimately also affect the psychological condition and vice versa. The study was conducted to determine whether such a difference in mental workload on the pilot to fly a different phases of time in operating the aircraft. Mental workload measurements performed using the Subjective Workload Assessment Technique method (SWAT), this method using combine of three dimensions with their levels. The dimensions are time load, mental effort load, and psychological stress load. The results of studies shows that the condition of mental workload experienced by pilots refers to phases of time is in general (on average) in the high category (overload). While the overall showed that more pilots emphasize time factor in considering the factors of mental workload. The most burdensome conditions of a flight when the pilot was conducted in the morning (06.am - 11:59 am)), on weekends and during peak seasons.
PENGARUH KONDISI CUACA PENERBANGAN TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PILOT Saputra, Abadi Dwi; Muthohar, Imam; Priyanto, Sigit; Bhinnety, Magda
Jurnal Transportasi Vol 15, No 3 (2015)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.872 KB) | DOI: 10.26593/jt.v15i3.1752.%p

Abstract

Abstract In modes of transportation, air transportation is the mode that is very dependent on weather conditions, either the aircraft will take off and on the cruise, weather phenomena which are beyond the control of human existence are often inserted into the factors which may be the cause of a accident. This study was conducted to determine whether the differences as a pilot mental workload in the weather phenomenon condition that occurs when operating the aircraft in terms of differences pilot age. Mental workload measurements performed using the Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) method, this method using combine of three dimensions with their levels. The dimensions are time load, mental effort load, and psychological stress load. The results of studies showed that for overall, the level of the highest relative importance is the dimension of time, then all subjects have an agreement and assume that the time load is the most important factor in determining the level of pilot mental workload on the face weather conditions  were influential in the world of aviation, while for the most burdened condition or pilot mental workload in the highest level either for both group is when aircraft face of changing wind conditions. Keywords: mental workload, pilot age, weather condition, air transportation  Abstrak Transportasi udara merupakan moda yang sangat bergantung pada keadaan cuaca. Fenomena cuaca merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya suatu kecelakaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan beban kerja mental seorang pilot jika dihadapkan pada fenomena cuaca yang terjadi pada saat mengoperasikan pesawat udara berdasarkan faktor usia pilot. Pengukuran beban kerja mental dilakukan dengan menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique. Metode ini menggunakan tiga kombinasi dimensi dengan tingkatannya. Dimensi-dimensi tersebut adalah beban waktu, beban usaha mental, dan beban tekanan psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tingkatan kepentingan relatif yang paling tinggi adalah dimensi beban usaha waktu sehingga semua subyek mempunyai kesepakatan dan menganggap bahwa faktor beban waktu merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan tingkat beban kerja mental pilot pada saat menghadapi kondisi cuaca. Sedangkan beban kerja mental pilot berada pada level tertinggi pada saat pesawat udara menghadapi perubahan kondisi angin. Kata-kata kunci: beban kerja mental, usia pilot, kondisi cuaca, transportasi udara
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pilot Dan Kecelakaan Pesawat Terbang Dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS) Saputra, Abadi Dwi
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 28 No. 2 (2016): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.72 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v28i2.689

Abstract

Transportasi udara terselenggara apabila ada interaksi antar faktor manusia dengan faktor lainnya demikian pula dengan kecelakaan pesawat terbang terjadi karena adanya interaksi antar faktor manusia dan faktor penyebab kecelakaan lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini ingin dilakukan perhitungan terhadap kondisi operasional penerbangan yang terdiri dari dimensi waktu terbang, fase terbang, lokasi, dan cuaca terhadap terjadinya kecelakaan pesawat terbang secara langsung (direct effect) dan juga pengaruhnya terhadap pilot itu sendiri dalam hal ini adalah pengaruh terhadap kinerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pesawat terbang (indirect effect). Analisis penelitian menggunakan metode Partial Least Square (PLS). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa H1 (waktu terbang dengan kinerja), H4 (fase terbang dengan kecelakaan), H5 (lokasi dengan kinerja), H7 (cuaca dengan kinerja) dan H8 (cuaca dengan kecelakaan) terbukti berpengaruh positif dan signifikan. Pada H3 (fase terbang dengan kinerja), H6 (lokasi dengan kecelakaan) dan H9 (kinerja dengan kecelakaan) berpengaruh negatif dan tidak signifikan, sedangkan H2 (waktu terbang dengan kecelakaan) berpengaruh positif namun tidak signifikan. Kata kunci: Kecelakaan Pesawat Terbang, Kinerja, Partial Least Square.
Studi Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di Indonesia Berdasarkan Data KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) dari Tahun 2007-2016 Saputra, Abadi Dwi
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 29 No. 2 (2017): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.346 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v29i2.557

Abstract

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Pada penelitian ini akan dibahas masalah kecelakaan lalu lintas jalan yang diinvestigasi oleh KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) selama kurun waktu 2007-2016. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisa karakteristik kecelakaan lalu lintas jalan yang diinvestigasi oleh KNKT. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif data sekunder dari laporan kecelakaan lalu lintas jalan yang dihimpun oleh KNKT  dan hasilnya dianalisa secara deskriptif. Gambaran komposisi karakteristik kecelakaan dari pengolahan data diketahui berdasarkan jenis kecelakaan lalu lintas jalan, tabrakan merupakan jenis kecelakaan yang paling banyak sebesar 65,6%. Wilayah yang paling sering terjadi kecelakaan adalah pulau Jawa sebesar 70,35 % dengan persentase terbesar terjadi di propinsi Jawa Barat dengan kejadian sebanyak 22 kasus, dari aspek waktu paling sering terjadi kecelakaan lalu lintas jalan adalah pada pukul 12:00-19:00 (44%). Hasil analisa juga menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan (rate of accident) tertinggi terjadi pada tahun 2007, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2010.
Analisis Beban Kerja Mental Pilot dalam Pelaksanaan Operasional Penerbangan dengan Menggunakan Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) Saputra, Abadi Dwi; Priyanto, Sigit; Muthohar, Imam; Bhinnety, Magda
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 27 No. 3 (2015): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.461 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v27i3.783

Abstract

Beban kerja yang dialami oleh seorang pekerja dapat berupa beban fisik serta beban mental yang timbul dari lingkungan kerja. Beban kerja dirancang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan baik fisik maupun mental pekerja. Pengukuran beban kerja mental dilakukan menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), metode ini menggunakan tiga deskriptor, yaitu dimensi beban waktu (time), beban usaha mental (effort), dan beban tekanan psikologis (stress) dan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan skala dan tahap pemberian nilai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja mental pilot pesawat terbang terhadap dimensi-dimensi dalam penerbangan yaitu waktu, fase terbang, lokasi, dan cuaca, dan menidentifikasikan faktor apa yang paling dominan membentuk beban kerja mental. Hasil penelitian menunjukkan kondisi beban kerja mental pilot akan meningkat apabila dihadapkan pada kondisi penerbangan yang dilakukan pada dini hari (00.00.am–05.59 am), saat hari libur dan memasuki periodepeak season, serta pada saat pesawat terbang akan melakukan prosedur pendaratan, dan juga apabila terjadi perubahan kondisi angin dalam penerbangannya, yang akan semakin bertambah beban kerja mental seorang pilot jika dihadapkan pada kondisi pengoperasian pesawat (route condition ) dengan kondisi permukaan daratan yang memiliki kontur pegunungan. Secara keseluruhan pilot lebih mementingkan faktor waktu dalam mempertimbangkan faktor beban kerja mental.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tanggapan Pengemudi Terhadap Kebijakan Peniadaan Penggunaan Pintu Samping Pengemudi pada Bus Saputra, Abadi Dwi
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 30 No. 1 (2018): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v30i1.376

Abstract

Salah satu rekomendasi yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam rangka meningkatkan bentuk tanggung jawab pengemudi bus dalam mengemudikan kendaraannya guna meningkatkan keselamatan dan keamanan penumpang, yaitu ditiadakannya keberadaan pintu pengemudi. Hal ini juga tertera pada Surat Edaran Dirjen Perhubungan Darat Tentang Peniadaan Pintu Keluar Bagi Pengemudi No.: AJ.403/4/14/DRJD/2007. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa faktor-faktor yang memempengaruhi tanggapan pengemudi terhadap kebijakan peniadaan pintu samping pengemudi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil analisa menunjukkan bahwa koefisien regresi dari ketiga variabel independen bertanda negatif yang menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan motivasi yang baik akan diikuti menurunnya tanggapan pengemudi terhadap kebijakan peniadaan penggunaan pintu samping pengemudi pada bus
Studi Tingkat Kecelakaan Pesawat Terbang di Indonesia dari Tahun 1988-2012 Saputra, Abadi Dwi; Priyanto, Sigit; Muthohar, Imam; Bhinnety, Magda
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 27 No. 4 (2015): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v27i4.790

Abstract

Kecelakaan adalah peristiwa diluar kemampuan manusia yang terjadi di dalam pesawat udara dari Bandar udara keberangkatan sampai Bandar udara tujuan dimana terjadi kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh gesekan atau sentuhan antara badan pesawat udara dengan orang yang mengalami kerugian atau terjadinya kerusakan struktural pesawat udara atau ada komponen pesawat udara yang perlu diganti atau pesawat udara hilang sama sekali. Pada penelitian ini akan dibahas masalah kecelakaan pesawat terbang yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu 1988-2012 (per Agustus 2012). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisa karakteristik kecelakaan pesawat terbang yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif data sekunder dari laporan kecelakaan pesawat terbang yang dihimpun oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)  dan hasilnya dianalisa secara deskriptif. Gambaran komposisi karakteristik kecelakaan dari pengolahan data diketahui berdasarkan jenis kecelakaan pesawat terbang accident merupakan jenis kecelakaan yang paling banyak sebesar 77%, jenis operasi pesawat padaAircraft Operation Certificate (AOC) 121 merupakan jenis yang paling besar keterlibatannya yakni 45%, Jenis pesawat terbang terbanyak yang mengalami kecelakaan adalah pesawat terbang bertipe mesin baling-baling (propeller) sebesar 70%, dari aspek waktu paling sering terjadi kecelakaan pesawat terbang adalah pada pukul 06.00-11.59 (58%), persentase terbesar kecelakaan pesawat terbang terjadi pada hari Kamis sebesar (17,15%), sementara untuk bulan  tingkat kecelakaan tertinggi terjadi pada bulan Januari  serta Desember yakni sebesar 46 kejadian atau masing-masing sebesar (11,11%). Hasil analisa juga menunjukkan bahwa laju kecelakaan (rate of accident) tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 9,01, sedangkan laju kecelakaan (rate of accident) terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 1,11
Sistem Penanganan Keluhan Pada Moda Transportasi Kereta Api Studi Kasus: PT. Kereta Api Indonesia Dan Statens Järnvägar Ab, Sweden Saputra, Abadi Dwi; Priyanto, Sigit
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 27 No. 6 (2015): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v27i6.943

Abstract

Kereta api sebagai moda angkutan massal memiliki karakteristik yang unik. Angkutan ini memiliki kapasitas besar, tingkat keamanan yang tinggi, dan bebas dari kemacetan lalu lintas. Karakteristik tersebut membuat kereta api sebagai angkutan umum utama. Meskipun transportasi kereta api memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat tetapi mereka masih dihadapi oleh masalah. Saat ini operasional kereta api masih diwarnai dengan keterlambatan, kondisi kereta yang tidak baik, dan informasi perjalanan kereta api tidak jelas yang sering merugikan penumpang, dan banyak layanan yang ditawarkan gagal untuk menarik penumpang. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kualitas pelayanan dan pengoperasian kerta api tidak memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kepuasan konsumen terhadap layanan yang disediakan dengan keinginan untuk melakukan keluhan dan untuk mencari faktor dari kualitas layanan yang memiliki pengaruh yang signifikan antara kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PT KAI. Dari data, dan juga studi perbandingan antara PT Kereta Api Indonesia dan Statens Järnvägar AB, Swedia, dapat direkomendasikan desain sistem penanganan pengaduan yang perlu disesuaikan dengan kepentingan konsumen. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, ada enam faktor atribut kualitas layanan yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PT KAI untuk kelas komuter (Information, Appearances, Service coverage, Tangible, Safety dan security, and Cost). Untuk kelas bisnis memiliki tujuh faktor, (Travel time, Information, Scheduling, Comfort, Tangible, Safety dan security, and Service coverage). Dan untuk kelas eksekutif, juga memiliki tujuh faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, (Appearances, Safety dan security, Information, Comfort, Tangible, Travel time, and Cost). Untuk hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa untuk kelas komuter atribut Safety dan security dan untuk kelas bisnis atribut Information adalah atribut yang memiliki pengaruh signifikan pada keinginan untuk melakukan keluhan. Sementara untuk kelas eksekutif, sebagian besar penumpang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI. Untuk pertanyaan penelitian ketiga, untuk mengurangi jumlah keluhan, maka harus mengambil beberapa mekanisme yang efektif untuk menangani pengaduan tersebut belajar dari sistem yang diterapkan oleh SJ. AB.Kata kunci: Pelayanan keluhan penumpang, PT Kereta Api Indonesia, Statens Järnvägar ABRead phonetically
Studi Kecelakaan Kapal di Indonesia dari Tahun 2003-2019 Berdasarkan Data Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi Saputra, Abadi Dwi
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 33 No. 2 (2021): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v33i2.1502

Abstract

Kecelakaan kapal merupakan kejadian yang dialami oleh kapal yang dapat mengancam keselamatan kapal dan/atau jiwa manusia berupa kapal tenggelam, terbakar, tubrukan dan kandas. Pada penelitian ini akan dibahas masalah kecelakaan kapal yang diinvestigasi oleh KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) selama kurun waktu 2003-2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa karakteristik kecelakaan kapal yang diinvestigasi oleh KNKT. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif data sekunder dari laporan kecelakaan kapal yang telah selesai diinvestigasi oleh KNKT dan hasilnya dianalisa secara deskriptif. Gambaran komposisi karakteristik kecelakaan dari pengolahan data diketahui berdasarkan jenis kecelakaan kapal, kapal terbakar merupakan jenis kecelakaan yang paling banyak terjadi yaitu sebesar 37%, sedangkan lokasi/perairan yang paling sering terjadi kecelakaan adalah laut Jawa sebesar 36,7% dengan kejadian sebanyak 44 kasus, dari aspek waktu paling sering terjadi kecelakaan kapal adalah pada pukul 12:00-17:59 (31%).