p-Index From 2020 - 2025
0.751
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Filsafat
Redaksi Jurnal Filsafat, Redaksi
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PANDUAN PENULIS Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 16, No 3 (2006)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.811 KB) | DOI: 10.22146/jf.23910

Abstract

INDEKS SUBJEK Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.732 KB) | DOI: 10.22146/jf.34337

Abstract

In Memoriam Dr. Antonius Bakker, SJ Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Jurnal Filsafat Seri 20 Desember 1994
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.076 KB) | DOI: 10.22146/jf.31431

Abstract

Romo Anton Bakker lahir di Amsterdam, 20 Desember 1931 di tengah sebuah keluarga besar. Pendidikannya dimulai dengan masuk Kolese St. Ignatius di Amsterdam, dan pada usia, 19 tahun (1950) menjalani tahun novisiat pertama sampai dengan tahun 1951. Romo Bakker datang ke Indonesia tanggal 13 September 1951 untuk menjalani tahun novisiat kedua di Giri Sonta Semarang. Selama menjalani dua tahun Yuniorat Romo dengan tekun belajar Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Kebudayaan Jawa.
INDEKS SUBJEK Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 26, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4694.734 KB) | DOI: 10.22146/jf.34343

Abstract

Pengantar Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 29, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.538 KB) | DOI: 10.22146/jf.43872

Abstract

Pembaca yang Budiman,Artikel pertama pada Jurnal Filsafat Volume  29  Nomor 1 Februari  2019 ini  ditulis oleh  Dian Dwi Jayanto, yang membahas  tentang fenomenapopulisme Islam di Indonesia, yang belakangan  ini menarik perhatian publik.Melalui tulisan ini, Jayanto menawarkan sebuah pembacaan terhadap fenomena populisme di Indonesia dalam perspektif diskursif, dengan memilih studi kasus  pada kontestasi  wacana politik antara Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) dan Nahdlatul Ulama (NU).Artikel kedua, memaparkan hasil analisis tentang implementasi keadilan sosial Pancasila pada populasi anak penyandang HIV/AIDS  di Yogyakarta, yang dilakukan oleh tim peneliti: Moch Najib Yuliantoro, Rizky Ananda Sigit Nugraha,Aisyah Abbas, Rona Utami, dan Supartingsih.Melalui tulisan ini, para penulisnya berupaya  untuk memberikan informasi ilmiah tentangkonstruksi teoritik konsep keadilan sosialPancasila, peta persoalan implementasi keadilan sosial Pancasila pada anak penderita HIV/AIDS  di Yogyakarta, serta pandangan anak penderita HIV/AIDS  terhadap apa yang dianggap berkeadilan sosial.Penulis ketiga, Mulyadi, menyajikan hasil risetnya terhadap pemikiran  Abdul Karim Sorosh tentang pemerintahan, demokrasi, dan interpretasi agama. Mulyadi, menyimpulkan bahwa  Abdul Karim Soroush berusaha menawarkan solusi dan memulihkan filsatat-keagamaan, pemerintahan dan demokrasi di tengah pergulatan identitas dan wacana pemikiran di dunia Islam khususnya di kancah peradaban dan kebudayaan Iran, dari kritis identitas, keterpurukan psikologis, hingga dislokasi ontologis yang telah mengaburkan otentisitas eksistensial masyarakat. Mulyadi juga  menjelaskan mengapa Abdul Karim Soroush menghendaki adanya arah baru dalam diskursus teologi dan politik Islam, khususnya di Iran, yang ditopang oleh pelbagai wacana filosofis. Pada artikel keempat  disajikan  tulisan Ricardo Freedom Nanuru  yang bertajuk “Orom Sasadu:Hakikat dan Maknanya Bagi Masyarakat Suku Sahu di Halmahera Barat, Maluku Utara. Di sini Nanuru  menyimpulkan bahwa tradisi Orom Sasadupaling tidak memiliki 5 (lima) makna, yaitu: menjadi ajang penegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam aturan yang berujung kedamaian; mempertegas relasi sosial persaudaraan; mempertegas struktur sosial yang mengayomi; ajang pendidikan nilai moral bagi masyarakat; serta mempertegas pola hubungan manusia khususnya masyarakat suku Sahu dengan lingkungan alamnya.Penulis selanjutnya, Syarif Hidayatullah,  memaparkan hasil kajiannya tentang  pola-pola relasi dan  aspek metodologis  dalam  diskursus relasi agama dan sains di era modern. Menurut Hidayatullah,  kendatipun antara sains dan agama merupakan dua entitas yang berbeda sebagai sumber pengetahuan dan  sumber nilai bagi kehidupan manusia, namun hubungan keduanya sangatlah dinamis, dari model  relasi yang serba konflik dan kontras, saling independen, berdialog dan saling bertitik-sentuh (conversation) serta bersesuaian (compatible), hingga saling konfirmasi dan integrasi serta  harmonis. Sedangkan dari aspek motodologis, keduanya memiliki kemiripan pada hal-hal tertentu, seperti yang berkaitan dengan pengalaman dan interpretasi, peran komunitas dan analogi serta model, yang tentu saja akan selalu ada perbedaan-perbedaan unik di antara keduanya. Zummy  Anselmus Dami, yang menjadi penulis artikel keenam pada edisi ini, memaparkan hasil  analisisnya tentang pedagogi shalom dengan menggunakan  perspektif pedagogi kritis Henry A. Giroux untuk dikaji bagaimana relevansinya bagi pendidikan kristen di Indonesia. Menurut simpulan Dami, kehadiran pedagogi shalom untuk memperkuat fondasi dan memperkaya dasar teori pedagogi kritis agar tidak  terkesan keberpihakan kepada aktivisme, tanpa ada rekonsiliasi dan juga agar terkesan arogan sebagai gerakan sosial dan kritik kepada kekuasaan tapi tanpa didasarkan kasih. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah perubahan sosial dan politik yang lebih baik, sehingga masyarakat dapat menikmati kehidupan yang adil, bebas, merata dan makmur. Akhirnya, selamat  membaca dan menuai manfaat dari artikel-artikel yang tersaji pada edisi ini (ESHA).
Indeks Volume 30 Tahun 2020 Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 30, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.60241

Abstract

Indeks Volume 29 Tahun 2019 Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 29, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.60242

Abstract

PENGANTAR REDAKSI VOL 31 NO 1 FEBRUARI 2021 Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 31, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.65441

Abstract

Pembaca Yang Budiman,Jurnal Filsafat Volume 31 Nomor 1 Februari 2021 menyajikan enam artikel dengan tema beragam. Artikel pertama ditulis oleh Armaidy Armawi dan Raharjo yang berjudul “Evaluasi Program Sosialisasi Civic Literacy dalam Pembentukan Etika Warganegara Muda”. Dalam artikel ini  Armaidy Armawi dan Raharjo menunjukkan bahwa sosialisasi civic literacy dilakukan secara informal dengan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran secara berkelanjutan memiliki tujuan untuk membentuk etika warganegara berperspektif ketahanan pribadi. Sebagai hasil kajiannya, kedua penulis menawarkan suatu model civic literacy sebagai perencanaan dalam proses pembelajaran yang berisi informasi tentang bagaimana menjadi warganegara yang beretika, paham hak dan kewajibannya, memiliki rasa tanggung jawab dan rasa cinta tanah air yang diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Artikel kedua berjudul “Panic Buying: Konsumerisme Masyarakat Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19 Perspektif Psikoanalisis Jacques Lacan”, yang ditulis oleh Astrid Veranita Indah dan Awal Muqsith. Menurut kedua penulis, perkembangan teknologi di era kontemporer menimbulkan berbagai masalah krisis kemanusiaan, yang salah satu penyebabnya adalah perkembangan ideologi, teknologi, dan sains kapitalis yang terlalu pesat. Pembelian massal dalam kurun waktu singkat di tengah pandemi Covid-19 membuat subjek mengonsumsi barang yang tidak dibutuhkan. Subjek mengalami perpecahan dalam memahami kenyataan. Psikoanalisis Lacan menjadi penting dalam memahami gaya hidup masyarakat konsumerisme di tengah pandemi Covid-19. Trilogi Lacan mampu menganalisis manusia sebagai subjek. Kedua penulis menyimpulkan bahwa subjek yang saat ini hadir adalah subjek dalam interaksi dengan realitas murni yang diterjemahkan ke dalam kode simbolis. Subjek yang mencari kebahagiaan dengan keinginan untuk menjadi orang lain dan untuk menenangkan kecemasan dalam ketidakstabilan keadaan. Subjek menganggap pembelian panik adalah jawaban atas gejala kecemasan di tengah pandemi Covid-19.Penulis selanjutnya, Dian Agung Wicaksono, menyajikan artikel berjudul “Penormaan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Indonesia Ditinjau Dari Ajaran Teologi Hukum Thomas Aquinas. Menurut Wicaksono,  justifikasi penormaan substansi hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia memiliki pijakan yang kuat karena tertuang dalam Pancasila Sila “Ketuhanan yang Maha Esa” dan Pasal 29 UUD NRI Tahun 1945. Adapun penormaan substansi hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia bila ditinjau dari ajaran teologi hukum Thomas Aquinas menunjukkan bahwa penormaan substansi hukum Islam dalam peraturan perundang-undangan tidak serta merta menurunkan derajat hukum Islam, karena penuangan substansi hukum Islam dalam peraturan perundang-undangan tidak kemudian mentransformasikan lex aeterna menjadi lex humana.Artikel keempat, berjudul “Runtuhnya Marxisme-Leninisme di Uni Soviet dalam Teori Ashabiyah Ibnu Khaldun”, ditulis oleh Emil Dwi Febrian, Susanto, dan Sri Kusumo Habsari. Artikel ini menyimpulkan bahwa runtuhnya Marxisme-Leninisme di Uni Soviet dikarenakan pendogmaan terhadap ajaran filosofis ini yang dilakukan untuk menciptakan hak istimewa Partai Komunis yang menjadi rezim otoriter, yang akhirnya dianggap tidak relevan dan ditentang oleh masyarakat. Otoritarianisme di Uni Soviet terjadi karena eksklusivisme dan kultus. Simpulan lainnya, bahwa otoritarianisme bisa terjadi di negara non-komunis, termasuk Indonesia di era Orde Baru, hal ini menunjukkan bahwa bukan ideologi yang berpengaruh dalam terciptanya rezim otoriter, tetapi praktik politik di negara tersebut.Penulis kelima,  Kosmas Sobon dan Timoteus Ata Leu Ehaq, menghadirkan artikel berjudul “Implikasi Etika Solidaritas Knud Ejler Løgstrup terhadap Korban Virus Covid-19 di Indonesia”. Dalam kajiannya, Kosmas Sobon dan Timoteus Ata Leu Ehaq, menunjukkan bahwa pemikiran solidaritas Løgstrup menjadi dasar untuk solider terhadap korban Covid-19, solidaritas atas korban Covid-19 bukan sekedar perasaan, tidak bersifat normatif, selalu bersifat asimetris, sebuah fenomena moral dan ciri khas dari cinta.Artikel terakhir, keenam, berjudul “Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya d Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0)”, oleh  Muhammad Rijal Fadli.  Menurut  Fadli, filsafat dan ilmu pengetahuan sangat diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai dengan menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab, dengan mempelajari filsafat, para ilmuwan diharapkan akan dapat menyadari atas keterbatasan dirinya agar tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Counter discourse terhadap perkembangan IPTEK tidak dapat dilakukan, melainkan untuk dapat mengurangi dampak negatif dari adanya teknologi itu sendiri. Sementara itu, era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 memiliki karakter kelompok masyarakatnya heterogen, sehingga menyebabkan timbul masalah-masalah sangat kompleks yang terkait berkembangnya teknologi dan dapat mengubah pola pikir kehidupan manusia ke pola kehidupan yang lebih canggih dengan tenaga teknologi seperti robot dan internet. Penulis artikel meyakini, bahwa  keilmuan yang dijadikan sebagai tonggak aksiologis dalam mengarahkan, mengendalikan perkembangan IPTEK secara positif untuk kepentingan umat manusia dan lingkungannya adalah filsafat dan ilmu pengetahuan {ESHA}. 
[JF] Pengantar Redaksi Vol. 31 No. 2 Agustus 2021 Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 31, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.69143

Abstract

Pembaca Yang Budiman,Di tengah situasi yang belum normal seperti sediakala sebelum pandemi Covid-19, redaksi Jurnal Filsafat tetap berupaya untuk tetap menjaga kontinuitas penerbitan jurnal yang telah memperoleh kembali akreditasi nasional peringkat Sinta 2 ini untuk terbit dua kali dalam 1 tahun, Pada edisi volume 31 nomor 2 Agustus 2021, Jurnal Filsafat menyajikan enam artikel, dengan jumlah penulis 12 orang.Penulis pertama, Abdul Rokhmat Sairah, menyajikan artikel berjudul “Prinsip-Prinsip Kemunculan Disiplin Ilmiah Dalam Pemikiran Wilhelm Wundt (1832-1920) Tentang Psikologi”. Menurut Sairah, perkembangan ilmu merupakan sebuah keniscayaan. Perkembangan itu ditandai melalui proses kelahiran disiplin ilmiah. Banyak klaim menyertai proses kelahiran tersebut. Para ilmuwan atau komunitas ilmiah saling mengajukan klaim sebagai pihak otoritas bagi sebuah disiplin ilmiah. Berbagai klaim dalam kemunculan disiplin ilmiah membutuhkan prinsip sebagai kriteria keilmiahan. Prinsip-prinsip tersebut menjadi acuan dalam penentuan keabsahan sebuah disiplin ilmiah dan panduan pengembangan disiplin keilmuan. Salah satu model kelahiran disiplin ilmiah adalah kemunculan psikologi yang ditandai oleh pendirian laboratorium oleh Wilhelm Wundt di Universitas Leipzig. Hasil penelitian Sairah menunjukkan bahwa kemunculan psikologi sebagai disiplin ilmiah ditandai oleh beberapa prinsip yaitu: kebaruan, spesialisasi, kekhasan, heuristik, dan revolusioner.Artikel kedua, berjudul “Kontrak Sosial Menurut Immanuel Kant: Kontekstualisasinya dengan Penegakan HAM di Indonesia Kasus pelanggaran HAM masih sering terjadi di Indonesia” ditulis oleh Althien J Pesurnay. Dalam artikel ini Pesurnay menganalisis konsep kontrak sosial dari perspektif filsafat politik Immanuel Kant. Kebebasan dan kesetaraan yang merupakan prinsip dasar HAM dalam pemikiran Immanuel Kant merupakan hak alamiah yang perlu dilindungi dengan perangkat prosedur filsafat moral. Konsep kontrak sosial Kant linier dengan filsafat moralnya yang bersifat murni rasional. Kontrak bagi Kant merupakan penyatuan kehendak. Negara melalui pemerintah bertugas menjalankan kehendak publik untuk mengatur dan memberi kepastian hukum untuk menjamin kebebasan dan kesetaraan bagi setiap individu dalam kerangka HAM.Penulis selanjutnya, Johanis Putratama Kamuri, memaparkan artikel bertajuk “Konsep Worldview: Usaha Melengkapi Konsep Struktur Dalam Teori Strukturasi Giddens”. Kamuri menyatakan bahwa terbentuknya worlview sebagai medium bagi tindakan sosial, mengandung makna berarti bahwa konsep worldview menekankan korespondensi struktur objektif masyarakat dan stuktur kognitif. Dengan demikian konsep ini, bagi penulis artikel ini, dapat menunjukkan eksistensi struktur masyarakat dan pengaruh komponen-komponen kultural di dalamnya terhadap regularisasi praktik sosial dan pembentukan worlview. Ini adalah jawaban bagi pertanyaan yang tidak dapat diatasi oleh teori strukturasi Giddens.John Abraham Ziswan Suryosumunar dan Arqom Kuswanjono menulis artikel keempat berjudul “Kesempurnaan Sebagai Orientasi Keilmuan Dalam Teosofi Suhrawardi Al-Maqtul”. Kedua penulis artikel menyimpulkan bahwa konsep ilmu dalam pemikiran Suhrawardi al-Maqtul adalah hasil sinkretisme dari beragam pemikiran Timur sebelumnya. Suhrawardi memahami adanya pluralitas metode yang dapat digunakan, yaitu: metode burhani dengan rasio dan pembuktian, serta metode irfani yang bersumber dari intuisi. Metode harus selaras dengan objek kajiannya, yang dalam pemikiran Suhrawardi, tidak hanya melingkupi aspek dunia fisik tetapi juga yang non fisik supra-duniawi. Orientasi dari hal tersebut bukan hanya untuk mencapai validitas pengetahuan, tetapi untuk mencapai kesempurnaan ilmu atau perpindahan dari gelap menuju cahaya ilmu.Artikel kelima berjudul “Post-Secularism As A Basis Of Dialogue Between Philosophy And Religion” ditulis oleh Otto Gusti Ndegong Madung. Melalui tulisan ini, Madung menawarkan paradigma post-sekularisme dari Juergen Habermas solusi untuk membuka ruang bagi partisipasi publik agama. Lebih jauh, tulisan ini berargumentasi bahwa dalam masyarakat post-sekular di mana agama kembali muncul di ruang publik, perlu dibangun dialog yang rasional dan demokratis antara agama dan akal budi. Jembatan yang menghubungkan keduanya adalah nalar publik. Kondisi post-sekularisme ini membuka peluang bagi teologi untuk memajukan toleransi dalam masyarakat plural dan memperkuat keterlibatan agama atau Gereja di ruang publik, sehingga agama tidak direduksi kepada kesalehan privat minus pertanggungjawaban publik, melainkan terlibat secara sosial-politis dalam proses pembebasan kelompok marginal.Artikel keenam dari edisi ini, berjudul “Pandangan Buruh Gendong Di Yogyakarta Terhadap Peran Ganda Perempuan”, ditulis oleh Sri Yulita Pramulia Panani, Aris Novita Rahayu, Wahyu Alga Ramadhan, Fitri Alfariz, dan Sartini. Dalam artikel ini terungkap bahwa buruh gendong memandang perempuan Jawa sebagai individu yang tidak hanya bersifat halus dan penurut tetapi juga tangguh, kuat, dan berani dalam mengambil sebuah tindakan. Buruh gendong memandang peran ganda yang dijalani sebagai bagian hidup perempuan yang harus dijalani dengan kerelaan dan ikhlas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konflik peran ganda dapat diatasi dengan sikap pandai mengatur waktu dan berbagi peran dalam pekerjaan rumah tangga. Dekonstruksi gender diperlihatkan buruh gendong pada pandangan bahwa perempuan juga dapat mencari uang dengan apa yang mereka miliki dan mampu kerjakan. Baik perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan siapa pun. Melalui hasil penelitian ini didapatkan pengetahuan baru bahwa peran ganda tidak selalu menjadi sesuatu yang memberatkan tetapi bagian dari kerelaan perempuan dalam membantu kebutuhan keluarga terutama pada kasus buruh gendong.Mengakhiri kata pengantar ini, atas nama redaksi Jurnal Filsafat, saya mengaturkan terima kasih kepada para penulis, reviewer, editor dan staf redaksi yang telah berkontribusi dalam edisi ini. Kepada para pembaca, saya menyampaikan selamat membaca dan menikmati setiap artikel pada edisi ini!.Yogyakarta, 21 Agustus 2021Salam Hormat,Editor in Chief,                                                                                                Syarif Hidayatullah
[JF] Indeks Volume 31 Tahun 2021 Jurnal Filsafat, Redaksi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 31, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.69149

Abstract