Baharudin Abdul Rahman
STAIINDO Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Concept Of “Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamā‘Ah” Revisited Baharudin Abdul Rahman
Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam Vol. 2 No. 1 (2022): Hikamia
Publisher : Ma'had Aly Idrisiyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.462 KB) | DOI: 10.58572/hkm.v2i1.12

Abstract

Understanding about the meaning of “Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‘ah” in the hadith which reads: "sa-Taftariqu 'Ummatī' alā Tsalātsatin wa Sab'īna Firqatin al-Nājiyatun Minhā Wāhidatan wa al-Bāqūna halkā," Qāla wa Man al-Nājiyah? Qāla: "Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‘ah," Qīla wa Mā al-Sunnah wa al-Jamā‘ah ,? Qāla: "Mā Anā 'Alayhi wa Ashhābī" caused a polemic among Muslim scholars, not only among hadits scholars, but also among the kalām scholars. Using semantic analysis, this study found that the expression “ahl al-sunnah wa al-jamā‘ah” no longer refers to one of the groups of the kalām sect, it refers to those who follow the institutions of the prophet Muḥammad(may peace be upon him) and his shaḥābah. The breakers and heretics, they are no longer considered ahl al-sunnah wa al-jamā‘ah and gain salvation.
Syaikh Yusuf Makassar Penampakan Diri Tuhan Baharudin Abdul Rahman
Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam Vol. 1 No. 2 (2021): Hikamia
Publisher : Ma'had Aly Idrisiyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400 KB) | DOI: 10.58572/hkm.v1i2.14

Abstract

Di alam Melayu Indonesia, ide penampakan diri Tuhan (i.e., tajalli) dipadankan dengan martabat tujuh. Konsep iniberanjak dari sebuah prinsip ontologi (the principle of ontological movement) yang berasumsi bahwa pada diri Tuhan yang transenden (la ta'ayyun), terdapat sebuah "tekanan" (al-Karb) atau hasrat dan keinginan untuk diketahui. Tekanan ini kemudian terselesaikan melalui penampakan diri (ta'ayyun) yang terjadi dalam beberapa tahapan-tahapan manifestasi diri Tuhan (tajalliyat). Prinsip ontologi ini berpijak pada sebuah hadits qudsi yang berbunyi: "Aku adalah perbendaharaan tersembunyi. Tetapi, Aku ingin [karena cinta] untuk diketahui, maka Aku ciptakan ciptaan agar supaya Aku diketahui." Pijakan di atas menunjukkan adanya kesepadanan makna antara "penciptaan" (al-khalq) dengan "penampakan" (al-'ijtila) diri Tuhan, hal mana dapat dipahami bahawa segala sesuatu yang ada (maujud) atau totalitas semesta hanyalah merupakan agregasi dari manifestasi-manifestasi diri Tuhan. Penelitian ini menjadikan risalah al-MakassariTuḥfat al-Talib al-Mubtadi wa Minhat al-Salik al-Muhtadi sebagai literatur atau sumber utama dalam mengeksplor ide al-Makassari mengenai penampakan diri Tuhan ini. Yang demikian, karena karya tersebut lebih khusus membahas ide yang dimaksud.
Ma Siwa Allah Baharudin Abdul Rahman
Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam Vol. 2 No. 2 (2022): Hikamia
Publisher : Ma'had Aly Idrisiyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.769 KB) | DOI: 10.58572/hkm.v2i2.19

Abstract

Mā Siwā Allāh secara literal diterjemahkan sebagai segala sesuatu selain dari Allah.Tulisan berikut bertujuan untuk mengekspos kondisi keberadaan sesuatu menurutperspektif al-Makassarī. Menggunakan pendekatan kualitatif, tulisan menemukanbahwa segala sesuatu selain dari Allah memiliki kondisi keberadaan yang “ada dantiada”dalamsatumasaataudurasiwaktuyangbersamaan. Jika dikatakan ke”ada”anny adalam durasi tersebut dengan menafikan ke”tiada”annya, maka klaim gina(faqr) terhadapnya dapat diaffirmasi yang menyebabkan terjadinya kekafiran berfikir.