Novy Helena Catharina Daulima
Faculty of Nursing, Universitas Indonesia, Depok 16424

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Changes in The Signs, Symptoms, and Anger Management of Patients with A Risk of Violent Behavior After Receiving Assertive Training and Family Psychoeducation Using Roy’s Theoretical Approach: A Case Report Yanuar Fahrizal; Mustikasari Mustikasari; Novy Helena Catharina Daulima
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 23 No 1 (2020): March
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v23i1.598

Abstract

Mental disorders are predicted to increase every year. Patients with severe mental disorders, such as schizophrenia, often engage in violent behavior. The treatment of such patients can use general nursing treatments (anger management with physical therapy, taking medicines regularly, and verbal and spiritual methods) and specialist nursing interventions (assertive training and family psychoeducation). This case report involved 11 patients, with the majority aged between 26 and 60 years, unemployed, high school graduates, unmarried, and with previous inpatient history. Generalist and specialist nursing interventions (assertive training and family psychoeducation) use Roy’s adaptation theory and Stuart’s stress adaptation approach. Nursing interventions were conducted sequentially, starting with generalist nursing interventions, followed by specialist ones. The method used was a pre–posttest in which each patient received generalist and specialist nursing interventions, assertive training, and family psychoeducation, each consisting of five sessions. Results of assertive training therapy and family psychoeducation showed a decrease in the signs and symptoms of violent behavior as well as an improvement in the patient’s ability to overcome the risk of violent behavior. The application of Roy’s adaptation theory and Stuart’s stress adaptation approach is potentially appropriate for the treatment of patients with a risk of violent behavior. Abstrak Perubahan Tanda, Gejala, dan Manajemen Marah pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan Setelah Menerima Pelatihan Asertif dan Psikoedukasi Keluarga Menggunakan Pendekatan Teori Roy: Studi Kasus. Gangguan jiwa secara keseluruhan diprediksikan akan semakin meningkat setiap tahunnya. Pasien dengan masalah gangguan jiwa berat seperti skizofrenia seringkali melakukan perilaku kekerasan. Penanganan pasien dengan perilaku kekerasan dapat menggunakan tindakan keperawatan generalis (mengontrol marah dengan cara fisik, minum obat teratur, cara verbal dan cara spiritual) dan tindakan keperawatan spesialis (latihan asertif dan psikoedukasi keluarga). Laporan kasus ini melibatkan 11 pasien dengan karakteristik mayoritas usia 26–60 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, belum menikah, dan memiliki riwayat dirawat sebelumnya. Tindakan keperawatan yang diberikan adalah tindakan keperawatan generalis dan ners spesialis latihan asertif dan psikoedukasi keluarga dengan menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy dan adaptasi stress Stuart. Tindakan keperawatan dilakukan secara berurutan/ bertahap dimulai dengan tindakan keperawatan generalis kemudian dilanjutkan dengan tindakan keperawatan ners spesialis. Metode yang digunakan adalah pre-posttest dimana setiap pasien mendapatkan tindakan generalis serta tindakan ners spesialis latihan asertif dan psikoedukasi keluarga yang masing-masing terdiri dari 5 sesi. Hasil penerapan terapi latihan asertif dan psikoedukasi keluarga menunjukkan terjadinya penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan serta terjadinya peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan. Penggunaan pendekatan teori adaptasi Roy dan teori adaptasi stress Stuart berpotensi sesuai diterapkan pada penanganan pasien dengan risiko perilaku kekerasan. Kata Kunci: latihan asertif, psikoedukasi keluarga, risiko perilaku kekerasan, skizofrenia
Penurunan Kemampuan Kepala Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Keluarga: Studi Fenomenologi Pengalaman Orang dengan Gangguan Jiwa Paska Pasung Novy Helena Catharina Daulima; Rasmawati Rasmawati; Ice Yulia Wardani
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 22 No 2 (2019): July
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v22i2.873

Abstract

Kepala keluarga bertanggungjawab secara ekonomi memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Seorang kepala keluarga yang mengalami gangguan jiwa selepas dari pemasungan perlu menyesuaikan diri terhadap fungsi sosial yang meliputi kemampuan untuk bekerja dan terlibat dalam hubungan sosial. Tujuan penelitian adalah ini untuk mendeskripsikan pengalaman kepala keluarga paska pasung dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pendekatan fenomenologi diterapkan untuk mengekplorasi pengalaman kepala keluarga. Sejumlah enam orang berpartisipasi dalam penelitian ini yang dipilih melalui metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kemudian dianalisis dengan metode Colaizzi. Tiga tema dihasilkan dalam penelitian ini yaitu harga diri rendah sebagai respons perubahan peran paska pasung, penurunan kapasitas diri sebagai hambatan pemenuhan kebutuhan finansial keluarga, dan pemanfaatan dukungan sosial dan spiritual dalam pengembalian kepercayaan diri. Pasung berdampak pada penurunan kemampuan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) menjalankan peran sebagai kepala keluarga. Pemulihan kepercayaan diri dan peningkatan kualitas hidup ODGJ pasca pasung sebagai kepala keluarga dapat diperoleh dengan adanya penciptaan lapangan kerja serta dukungan dan penerimaan ODGJ di masyarakat.Abstract Decreasing the Capabilities of the Breadwinner in Meeting the Economic Needs of Families: A phenomenology Study of the Mental Illness Post-Pasung. The breadwinner of the family economically responsible for meeting the needs of all family members, including clothing, food, and housing needs. A breadwinner of the family with mental illness after pasung needs to adjust to social functions including the ability to work and be involved in social relations. Pasung is physical restraint and confinement by families of people with mental illness in the community. The study aimed to describe the experience of the breadwinner of family post-pasung to supply the economic needs of the family. This qualitative descriptive phenomenological study applied a purposive sampling in selecting the participants. Data were obtained through an in-depth interview with six participants. The data analyzed by Colaizzi’s method. Thefindings revealed that three themes, namely low self-esteem as a response to changes in the role after pasung, reduction of self-capacity as an obstacle the meeting family's financial needs, and utilization of social and spiritual support in returning confidence. Pasung has an impact on the decline of people with mental illness' ability to carry out the role of the breadwinner of the family. Restoring self-confidence and improving the quality of life for the breadwinner with mental illness after pasung can be obtained from creating employment opportunities, support, and accepting the people with mental illness in the community. Keywords: breadwinner of the family, mental illness, pasung, phenomenology