Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Wisata Batu Kuda, Kabupaten Bandung Kharisma Nurinsani Maulidinda; Eneng Nunuz Rohmatullayaly
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 20, No 2 (2022): BIOTIKA DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v20i2.41657

Abstract

Burung merupakan salah satu hewan penting dalam suatu ekosistem yang berperan sebagai spesies kunci, pollinator, dan agen penyebar biji sehingga kelestariannya harus dijaga agar terhindar dari ancaman kepunahan. Wisata Batu Kuda merupakan suatu kawasan hutan di Kabupaten Bandung yang menyimpan berbagai jenis keanekaragaman hayati, termasuk di antaranya burung. Namun, informasi mengenai keanekaragaman jenis burung yang terdapat di kawasan tersebut belum tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kelimpahan, dan persebaran jenis burung yang terdapat di Kawasan Wisata Batu Kuda. Penelitian dilakukan dengan metode Point Count di jalur Batu Kuda dengan panjang ± 750 m pada 5 titik hitung dengan 3 kali pengulangan. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari (06.00-09.00 WIB) dan sore hari (15.00- 18.00 WIB). Hasil pengamatan diperoleh data sebanyak 13 jenis burung yang terdiri dari 10 famili dengan status konservasi Least Concern menurut IUCN dan tidak termasuk dalam jenis burung yang dilindungi. Indeks keanekaragaman (H’) sebesar 2,37 yang termasuk dalam kategori sedang. Nilai kelimpahan relatif tertinggi sebesar 15,74% (Streptopelia chinensis) dan nilai frekuensi relatif tertinggi sebesar 11,76% (Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, dan Passer montanus). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Batu Kuda memiliki kondisi ekosistem yang cukup baik untuk mendukung keberlangsungan hidup berbagai jenis burung
Small But Healthy: An Adaptive Response in Baduy Children Rohmatullayaly, Eneng Nunuz; Shelvie Raffiza Nasihin; Kharisma Nurinsani Maulidinda; Sinta Septi Pangastuti; Tetri Widiyani
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 32 No. 1 (2025): January 2025
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4308/hjb.32.1.185-195

Abstract

Life history explains natural selection, resulting in phenotypic plasticity that can be studied through the growth pattern (growth rate and body size). The Baduy People, one of the indigenous peoples in Indonesia, exhibit prolonged growth, a slow growth rate, a low peak growth spurt, and small adult size as an adaptation to challenging biocultural conditions. The life history trade-offs of the Baduy People are demonstrated by ontogenetic allometry, which synchronizes between skeletal growth and future reproduction. The study aims to characterize the growth of Baduy children aged 0-5 years with more precise ‘tracking’ of developmental plasticity. We collected anthropometric data (body height-BH, body weight-BW, head circumference-HC, body mass index-BMI) using a cross-sectional method from 118 girls and 97 boys aged 0-5 years across 24 Baduy Luar hamlets. Data were analyzed with Generalized Additive Models for Location, Scale, and Shape (GAMLSS) in R version 4.2.1. Nutritional statuses were categorized based on the BMI z-score. The growth pattern showed a decline in growth rate after birth until 2 or 3 years, but the body size increased yearly. The body size (BH and BW) of Baduy children is lower than the Indonesian National Synthetic Growth Charts (INSGC), but most of them have a good nutritional status (>80%). This finding is consistent with the "small but healthy" hypothesis: a small body is an advantageous evolutionary strategy for energy efficiency and maximizing growth potential in challenging biocultural conditions.