Rian Ismail
STIKes Muhammadiyah Ciamis

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Gel Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia L.) Dengan Variasi Konsentrasi Carbopol 940 Anna L Yusuf; Davit Nugraha; Panji Wahlanto; Marlina Indriastuti; Rian Ismail; Farah A Himah
Pharmacogenius Journal Vol 1 No 1 (2022): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.913 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v1i01.149

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Jerawat merupakan penyakit kulit berupa peradangan pada lapisan polisebaseus yang dipicu oleh bakteri Propionibacterium acnes. Salah satu tanaman yang secara empiris dan berdasarkan data ilmiah memiliki khasiat antijerawat adalah buah pare (Momordica Charantia L.). Dalam ekstrak buah pare terkandung flavonoid yang diduga dapat berperan sebagai senyawa aktif sediaan antijerawat. Penelitian ini. Tujuan: untuk memformulasikan sediaan gel ekstrak buah pare dengan perbandingan basis carbopol 940 1,4%, 1,7%, 2% dan melakukan uji evaluasi sediaan gel memenuhi standar. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Evaluasi sediaan gel meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas, uji sineresis dan uji cycling test. Data yang diperoleh diolah dalam analisis statistika ANOVA one way dan Krusskal wallis untuk mengetahui adanya pengaruh variasi carbopol 940 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak buah pare dapat diformulasikan dalam sediaan gel dan memenuhi uji evaluasi sediaan. Ketiga Formulasi memenuhi syarat uji homogenitas hasil yang didapat homogen. Uji Ornanoleptik pada ketiga formulasi didapat hasil bau khas buah pare, warna coklat kekuningan, tekstur kekentalan sedang. Uji pH pada formulasi 1 dan 2 hasil dengan rata-rata pH 6,1 formulasi 3 dan kontrol (+) pH 6. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian bahwa penggunaan carbopol 940 sebagai basis berpengaruh terhadap kestabilan fisik dari viskositas, pH, daya lekat dan daya sebar sediaan gel.
Penetapan Kadar Tanin Dalam Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr) Perasan Dan Rebusan Dengan Spektrofotometer UV-Vis Lisna Listiana; Panji Wahlanto; Susan Sintia Ramadhani; Rian Ismail
Pharmacogenius Journal Vol 1 No 1 (2022): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.687 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v1i01.152

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Tanin merupakan senyawa aktif Tujuan penelitian ini untuketabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Daun mangkokan mengandung senyawa alkaloid, tannin, saponin dan flavonoid. Tujuan: Tujuan penelitian ini untukMengetahui berapa besar kadar tanin yang terkandung dalam daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr) Perasan dan rebusan. Metode: Daun mangkokan di ekstraksi dengan perasan dan rebusan lalu diuji kualitatif dengan pereakasi FeCl3 lalu di identifikasi menggunakan metode spektrofotometer. Pengukuran absorbansi untuk mengetahui aktivitas Panjang gelombang maksimum yaitu 675 nm. Hasil: Berdasarkan hasil skrining fitokimia rebusan daun mangkokan dan perasan daun mangkokan mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu tanin ditandai dengan warna hijau kehitaman. Pada uji kuantitatif panjang gelombang maksimum asam galat dengan pelarut aquades yaitu 675 nm, sehingga diperoleh kurva baku asam galat adalah y = 0,1081x + 0,1352 dengan nilai r = 0,9903. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh kadar tanin metode rebusan daun mangkokan 0,38% ; 0,30% ; 0,29% dengan rata-rata 0.32%. Kesimpulan: metode perasan 0,86% ; 0,61% ; 0,52% dengan rata-rata 0.66%. Perbandingan dari kedua metode yang digunakan lebih tinggi senyawa tanin yang terkandung adalah pada metode perasan.
Uji Aktivitas Antijamur Fungi Endofit Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap Jamur Candida albicans. Wulan Yuliani; Rian Ismail
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 1 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.751 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i1.172

Abstract

Pendahuluan: Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit. Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Spesies Candida albicans penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans dapat menyerang mulut, kulit, kuku, paru-paru. Tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) dapat digolongkan ke dalam bahan yang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, alternatif pengobatan atau pencegahan pada sariawan, keputihan, endometriosis, yang disebabkan oleh jamur Candida abicans. Tujuan: untuk mengetahui karakteristik makroskopik dan mikroskopik Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) terhadap Candida albicans, untuk mengetahui aktivitas antijamur fungi endofit yang terdapat pada Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) terhadap Candida albicans , untuk mengetahui fungi endofit Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) mempunyai aktvitas antijamur terhadap Candida albicans. Metode: jenis penelitian eksperimen, dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara Random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis fungi endofit tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) yang tumbuh dari penanaman selama 14 hari. Jika fungi endofit yang tumbuh < 3 jenis maka dibuat konsentrasi 1,5% dan 3%. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi agar sumuran dengan Candida albicans sebagai jamur uji serta 5 jenis fungi endofit tumbuhan sarang semut sebagai kelompok uji, serta kontrol positif nystatin dan kontrol negatif aquadest Hasil: Hasil yang akan didapatkan dari penelitian ini lebar daerah hambatan pertumbuhan jamur. Dari hasil penelitian didapatkan diameter fungi endofit kuning (X1) adalah (4,4 mm), fungi endofit putih (X2) adalah (5,1 mm), fungi endofit hijau (X3) adalah (5,0 mm), fungi endofit hitam (X4) adalah (4,8 mm), fungi endofit coklat (X5) adalah (4,9 mm), kontrol negatif (0 mm), Kontrol positif (6,1 mm). dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa fungi endofit tumbuhan sarang semut memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Candida albicans. Kesimpulan: Tidak ada jenis fungi endofit Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) yang paling baik sebagai antijamur terhadap Candida albicans.
Gambaran Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenorea Terhadap Perilaku Swamedikasi Primer Siswi Kelas Viii Smpn 1 Padaherang T.A 2022/2023 Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Widhy Rahmadilla Garnadi; Davit Nugraha; Nurhidayati Harun; Rian Ismail
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 3 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i3.298

Abstract

Pendahuluan: Di Indonesia tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita dismenorea, dikarenakan lebih banyak perempuan yang mengalami dismenorea tidak melaporkan atau berkunjung kedokter dan lebih memilih melakukan tindakan swamedikasi. Rasa malu ke dokter dan kecendrungan untuk meremehkan penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat dipastikan secara mutlak. Boleh dikatakan 90% perempuan Indonesia pernah mengalami dismenorea. Tujuan: Mengetahui gambaran swamedikasi dismenorea pada remaja SMPN 1. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Pre Experimental dengan desain one grup pretest-posttest. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi berupa wawancara pada suatu kelompok. pengukuran dilakukan dengan kuesioner yang sudah tervalidasi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sebelum penelitian kepada 238 responden yang dilakukan peneliti kepada 48 responden. Hasil: Uji validitas ini dilakukan oleh 48 responden kepada santri Pondok Pesantren Asy-Syifa Padaherang, karena responden memiliki kriteria yang hampir sama dengan siswi SMPN1 Padakherang. Syarat untuk dinyatakan valid apabila nilai r hitung hasilnya lebih besar dari r tabel. Jika nilai validitas setiap jawaban yang didapatkan ketika memberikan daftar pertanyaan nilainya lebih besar dari 0,3 maka item pertanyaan tersebut dikatakan valid. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan dan swamedikasi pada siswi SMPN 1 Padaherang, dengan mengambil 48 responden maka peniliti dapat menarik kesimpulan sebagai Tingkat pengetahuan swamedikasi pada siswi SMPN 1 Padaherang adalah cukup baik dengan persentase 64%. Tingkat pengetahuan dismenorea pada siswi SMPN 1 Padaherang adalah baik dengan persentase 70%. Adanya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi dismenorea (p=0,06) pada siswi SMPN 1 Padaherang Swamedikasi dismenorea pada siswi SMPN 1 Padaherang masing-masing mayoritas memilih Feminax sebagai pilihan obat, apotek sebagai sumber medapatkan obat, informasi teman /keluarga sebagai pertimbangan memilih obat, anggapan penyakit ringan sebagai alasan melakukan swamedikasi, memiliki sekala nyeri katagori ringan dan memperoleh hasil dari swamedikasi yaitu rasa sakit berkurang.
Determination of Vitamin C Levels in Limes (Citrus aurantifolia Swingle) and Lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) Using the UV Vis Spectrophotometric Method Gita Rizkasari; Rian Ismail
Ad-Dawaa : Journal of Pharmacy Vol. 1 No. 2 (2023): Ad-Dawaa: Journal of Pharmacy (November 2023)
Publisher : LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52221/dwj.v1i2.415

Abstract

Vitamin C or ascorbic acid is one of the vitamins needed by the body which functions to help the body's metabolic processes and plays a role in the formation of intercellular collagen. The source of vitamin C in food mostly comes from fresh vegetables and fruit. Limes and lemons are plants that contain vitamin C and have many benefits for the body. This research The aim was to determine the levels of vitamin C in limes (Citrus aurantifolia) and lemon (Citrus Limon) are planted in the area Situmandala Rancah District using UV-Vis Spectrophotometry at a wavelength of 400-600 nm. The samples for this research were limes and lemons. The results of this research showed that the vitamin C level in limes was 0.218% and in lemons it was 0.816%.