Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Korelasi Antara Kadar Hemoglobin dengan Indeks Produksi Retikulosit Contriwati Indricuan; Lucia Sincu Gunawan; Edy Prasetya
Conference on Innovation in Health, Accounting and Management Sciences (CIHAMS) Vol. 1 (2020): Proceeding 1st Setia Budi Conference on Innovation in Health, Accounting, and Managem
Publisher : Conference on Innovation in Health, Accounting and Management Sciences (CIHAMS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.928 KB) | DOI: 10.31001/cihams.v1i.11

Abstract

Darah merupakan cairan yang terdapat dalam tubuh manusia berperan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida serta sebagai media transportasi. Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah. Sel darah terdiri dari leukosit, trombosit, dan eritrosit. Eritrosit diproduksi oleh sumsum tulang, memiliki bentuk bikonkaf, tidak memiliki inti serta mengandung hemoglobin. Hemoglobin merupakan zat yang memberi warna pada darah dan berfungsi membawa O2 dan CO2. Pembentukan eritrosit dalam tubuh disebut eritropoesis. Produksi eritrosit diatur oleh hormon eritrpoetin. Eritropoetin merangsang colony forming unit eritroid untuk berpoliferasi menjadi normoblas, retikulosit, dan eritrosit matur. Retikulosit adalah sel muda eitrosit yang berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar hemoglobin dengan Indeks Produksi Retikulosit. Penelitian ini merupakan peneltian observasional, dilakukan di Laboratorium Hematologi Universitas Setia Budi dengan jumlah sampel 30 mahasiswi. Sumber data penelitian ini berupa data primer yang dikumpulkan secara langsung dari subyek yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji korelasi pearson. Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan tidak adanya korelasi antara kadar hemoglobin dengan indeks produksi retikulosit. Hal ini dikarenakan sampel darah yang dijadikan sebagai subjek penelitian tidak tergolong dalam kasus anemia, sehingga sumsum tulang tidak begitu banyak memproduksi retikulosit, akibat kadar hemoglobin yang tidak rendah. Penelitian ini dapat disimbulkan bahwa tidak adanya korelasi yang signifikan antara kadar hemoglobin dan indeks produksi retikulosit (p= 0,482).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri Anita Nurfaiz; Lucia Sincu Gunawan; Edy Prasetya
Conference on Innovation in Health, Accounting and Management Sciences (CIHAMS) Vol. 1 (2020): Proceeding 1st Setia Budi Conference on Innovation in Health, Accounting, and Managem
Publisher : Conference on Innovation in Health, Accounting and Management Sciences (CIHAMS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.173 KB) | DOI: 10.31001/cihams.v1i.18

Abstract

Anemia menurut World Health Organization (WHO) didefiniskan sebagai suatu kondisi dimana hemoglobin dalam darah kurang dari normal, terlepas dari penyeba. Prevalensi anemia sangat tinggi (80-90%) pada anak-anak prasekolah, gadis remaja yang hamil dan menyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Pencarian literature menggunakan google scholar, mendeley dan SINTA. Jurnal dipilih sesuai topik penelitian dan selanjutnya dipilih dengan kisaran tahun 2015-2020 (5 tahun terakhir), didapatkan sekitar 39 jurnal kemudian disaring kembali sehingga didapatkan 18 jurnal. Dimana ditemukan 6 jurnal nasional, 6 jurnal akreditasi- SINTA, 6 jurnal internasional. Hasil dari literature di kelompokkan ke dalam 7 tabel, yang memuat: status gizi; pola konsumsi dan suplementasi; pengetahuan remaja, prestasi remaja dan pendidikan orangtua; sikap remaja dan aktivitas fisik; menstruasi dan usia menarche; tempat tinggal, status ekonomi, pendapatan dan pekerjaan orangtua dan kejadian infeksi. Berdasarkan studi literature, ditemukan bahwa Faktor- faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian anemia pada remaja putri adalah pola konsumsi dan suplementasi dengan faktor pendukung lainnya status gizi, sikap dan aktivitas fisik, penghasilan orangtua, kejadian infeksi parasit cacing golongan STH dan protozoa.