Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KEWAJIBAN MENGHADIRKAN SAKSI DALAM TALAK DI PENGADILAN AGAMA DAN RELEVANSINYA DENGAN PANDANGAN IBNU HAZM Joshua Suherman; Muhammad Hafis
JAS : Jurnal Ahwal Syakhshiyyah Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah (JAS)
Publisher : Fakultas Agama Islam UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jas.v4i2.18909

Abstract

Divorce is a way out provided by Islamic law and its position as an emergency exit in family problems that cannot be resolved, so that if the marriage continues and is forced it will cause damages, both with respect to rights and obligations. Therefore, it can be said that in essence, the existence of the shari'atan divorce is a consummation of the marriage order. This is because if a marriage is no longer good in it, then divorce is the solution. The problem in some communities is why the implementation (pledge) of divorce must be before the panel of judges at the Religious Court and before the pronouncement of divorce must be heard by witnesses, in this case the opinion of Ibn Hazm who said that the presence of witnesses in the process of imposing divorce is an obligation. this is a difference with the results of ijma' among jumhur fuqaha', therefore in this study the authors analyze how if the opinion of Ibnu Hazm and this jumhur is related to its relevance to the divorce process in the Religious Courts, more precisely in the Pekanbaru Religious Court. This type of research is field research supported by library data, to fully and in-depth describe the author uses a juridical and philosophical approach. In conclusion, that there is relevance between the regulations that are carried out in court by presenting witnesses and Ibnu Hazm's opinion. Keywords: Witnesses in Divorce, Ibn Hazm, Religious Courts. KEWAJIBAN MENGHADIRKAN SAKSI DALAM TALAK DI PENGADILAN AGAMA DAN RELEVANSINYA DENGAN PANDANGAN IBNU HAZM Abstrak Talak merupakan jalan keluar yang disediakan oleh syari’at Islam dan posisinya sebagai pintu darurat dalam permasalahan keluarga yang tidak bisa dicarikan solusinya, sehingga apabila pernikahan terus dilanjutkan dan dipaksakan akan menimbulkan kerusakan-kerusakan, baik itu yang berkenaan dengan hak maupun kewajiban. Oleh karena itu dapat dikatakan pada hakikatnya dengan adanya pensyari’atan talak merupakan penyempurnaan bagi tatanan pernikahan. Hal itu dikarenakan apabila sebuah pernikahan tidak lagi ada kebaikan di dalamnya, maka dengan cara berpisah (talak) adalah solusinya. Yang menjadi permasalahan di sebagian masyarakat adalah kenapa pelaksaan (ikrar) talak harus dihadapan majelis hakim Pengadilan Agama dan sebelum pengucapan talak harus didengarkan kesaksian saksi-saksi, dalam hal ini pendapat Ibnu Hazm yang mengatakan bahwa kehadiran saksi di dalam proses penjatuhan talak adalah sebuah kewajiban, hal ini terdapat perbedaan dengan hasil ijma’ dalam kalangan jumhur fuqaha’, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menganalisa bagaimana apabila pendapat Ibnu Hazm dan jumhur ini dikaitkan dengan relevansinya dengan proses perceraian di Pengadilan Agama, lebih tepatnya di Pengadilan Agama Pekanbaru. Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan data perpustakaan, untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam penulis menggunakan pendekatan yuridis dan pilosofis. Kesimpulannya, bahwa terdapat relevansi antara regulasi yang dijalankan dalam persidangan dengan menghadirkan saksi dengan pendapat Ibnu Hazm tersebut. Kata Kunci: Saksi Dalam Talak, Ibnu Hazm, Pengadilan Agama.
PERSEPSI KELUARGA SAKINAH BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BELUM MEMILIKI ANAK (Studi Kasus Di Dusun Lebanisuko Desa Lebanisuko Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik) Novi Mayangsari; Muhammad Hafis
JAS : Jurnal Ahwal Syakhshiyyah Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah (JAS)
Publisher : Fakultas Agama Islam UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jas.v4i2.19007

Abstract

This study aims to determine the concept of sakinah family in Islamic law, aims to determine the concept of sakinah family according to the perspective of married couples who have not had children in Lebanisuko Village, Wringianom, Gresik, and to find out what efforts the couple has made to keep their sakinah family. This type of research is using data collection techniques used are interview and documentation. Analysis of study using deductive analysis which begins with expressing general theories or facts, then draw conclusions to explain the case in the field. The conclusion of this study is that families who have not had children indicated as less knowledge regarding to the Sakinah family. Most of them only know these aspects not in detail, even they don't know the concepts of the Sakinah family at all. A family that does not yet have a child says that a child is as a trial. Therefore, that couples who already have children should not feel conceited. The presence of children in the middle of the family has a role as the next generation and help the family finances. The effort made to maintain a family is by greeting each other. Even though there are problems, tried yield and understanding to each other, be patient in facing problems and always pray to Allah Key Word: Perception, Marriage, Sakinah Family, Children PERSEPSI KELUARGA SAKINAH BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BELUM MEMILIKI ANAK Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep keluarga sakinah dalam pandangan Hukum Islam,  bertujuan untuk mengetahui konsep keluarga sakinah dalam pandangan pasangan yang belum di karuniai keturunan, serta untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh pasangan keluarga yang belm dikaruniai keturunan untuk menjaga kesakinahan dalam rumah tangga di Dusun Lebanisuko Desa Lebanisuko Kecamatan Wringinanim Kabupaten Gresik. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Analisis pembahasan menggunakan analisis deduktif yang diawali dengan mengemukakan teori-teori atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan untuk menjelaskan kasus-kasus di lapangan.  Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keluarga yang belum mempunyai anak masih sangat minim pengetahuan tentang keluarga sakinah, sebagian hanya mengetahui sekilas saja dan bahkan ada yang tidak mengetauhi sama sekali mengenai konsep keluarga sakinah. Keluarga yang belum dikaruniai seorang anak juga mengatakan bahwa anak adalah ujian, sehingga seseorang yang mempunyai anak tidak layak untuk menyombongkan. Selain sebagai ujian, juga sebagai penerus generasi serta membantu perekonomian keluarga. Adapun upaya yang dilakukan untuk mempetahankan keluarganya adalah saling sapa meskipun sedang ada masalah, saling mengalah, bersabar dalam menghadapi masalah saling mengerti satu dengan yang lain saling memahami serta selalu berdoa kepada Allah swt. Kata Kunci : Persepsi, Perkawinan, Keluarga Sakinah, Anak