Rando Carrolina
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN ANGKA RAWAN PANGAN DAN PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA TAHUN 2018 Rando Carrolina
Jurnal Kesehatan Terpadu Vol 4, No 1 (2020): JURNAL KESEHATAN TERPADU
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.822 KB)

Abstract

Kajian mengenai angka rawan pangan (ARP), prevalensi stunting, dan hubungan kedua variabel tersebut di Indonesia dirasa masih belum banyak dilakukan. Adapun penelitian sejenis yang sudah dilakukan hanya mencakup sebagian kecil wilayah tertentu saja. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan mengingat stunting dan rawan pangan masih menjadi isu global yang mendapat sorotan utama dunia saat ini. Hal ini tercermin dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) yang menempatkan tanpa kelaparan dan ketahanan pangan pada tujuan 2, tepatnya target 2.1. dan target 2.2. stunting dikatakan menjadi masalah karena mampu meningkatkan risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan motorik terlambat, serta terhambatnya pertumbuhan mental. Kerawanan pangan menjadi masalah karena jumlah penduduk yang terus meningkat, namun luas lahan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan semakin berkurang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Selain itu, digunakan teknik analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui hubungan antara angka rawan pangan (ARP) dengan prevalensi stunting. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik serta dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Temuan yang didapatkan menggambarkan bahwa angka rawan pangan di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 8,23 persen, sedangkan prevalensi stunting mencapai 30,8 persen. Lebih dari 50 persen provinsi di Indonesia memiliki nilai ARP di atas ARP Indonesia. Begitu juga halnya dengan prevalensi stunting. Sebaran ARP dan prevalensi stunting hampir merata di keempat kuadran. Lebih lanjut, nilai R2 antara ARP dan prevalensi stunting hanya sebesar 0,094 yang berarti bahwa hampir tidak ada hubungan yang nyata antara ARP dengan prevalensi stunting. Meski demikian, penelitian ini masih masih memerlukan analisis yang lebih komprehensif.
HUBUNGAN ANGKA RAWAN PANGAN DAN PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA TAHUN 2018 Rando Carrolina
Jurnal Kesehatan Terpadu Vol. 4 No. 1 (2020): JURNAL KESEHATAN TERPADU
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jkt.v4i1.891

Abstract

Kajian mengenai angka rawan pangan (ARP), prevalensi stunting, dan hubungan kedua variabel tersebut di Indonesia dirasa masih belum banyak dilakukan. Adapun penelitian sejenis yang sudah dilakukan hanya mencakup sebagian kecil wilayah tertentu saja. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan mengingat stunting dan rawan pangan masih menjadi isu global yang mendapat sorotan utama dunia saat ini. Hal ini tercermin dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) yang menempatkan tanpa kelaparan dan ketahanan pangan pada tujuan 2, tepatnya target 2.1. dan target 2.2. stunting dikatakan menjadi masalah karena mampu meningkatkan risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan motorik terlambat, serta terhambatnya pertumbuhan mental. Kerawanan pangan menjadi masalah karena jumlah penduduk yang terus meningkat, namun luas lahan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan semakin berkurang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Selain itu, digunakan teknik analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui hubungan antara angka rawan pangan (ARP) dengan prevalensi stunting. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik serta dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Temuan yang didapatkan menggambarkan bahwa angka rawan pangan di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 8,23 persen, sedangkan prevalensi stunting mencapai 30,8 persen. Lebih dari 50 persen provinsi di Indonesia memiliki nilai ARP di atas ARP Indonesia. Begitu juga halnya dengan prevalensi stunting. Sebaran ARP dan prevalensi stunting hampir merata di keempat kuadran. Lebih lanjut, nilai R2 antara ARP dan prevalensi stunting hanya sebesar 0,094 yang berarti bahwa hampir tidak ada hubungan yang nyata antara ARP dengan prevalensi stunting. Meski demikian, penelitian ini masih masih memerlukan analisis yang lebih komprehensif.