Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IDENTIFIKASI KUALITAS WARNA BUAH NAGA (Hylocerecus) DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN MICROWAVE-ASSISTED EXTRACT (MAE) Mimi Harni; Tuty Anggraini; Rini B; Irfan Suliansyah
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 27, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jtpa.27.1.104-109.2023

Abstract

Buah naga merupakan jenis buah yang kaya dengan zat warna.  Warna ini dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam mengatasi penggunaan pewarna buatan di masyarakat yang diluar ambang batas sehingga menimbulkan resiko bagi kesehatan.  Selain itu warna yang dihasilkan juga  mengandung senyawa polifenol yang merupakan sumber antioksidan.  Penggunaan metode dengan Microwave-Assisted Extract (MAE) dengan tujuan agar kualitas warna lebih baik dan dapat mempertahankan senyawa polifenol yang terdapat dalam buah naga tersebut.  Dari hasil penelitian didapatkan kualitas warna terbaik berasal dari kulit buah naga daging merah dengan uji kualitas  sebagai berikut : polifenol 623,1 mg GAE/100 gram, aktivitas antioksidan 41,18%, antosianin 84 mg/100 gram, betasianin 0,75 mg/100 gram dan warna 21,18.
PENGARUH METODA EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK EKSTRAK PEKAT PIGMEN ANTOSIANIN DARI BUAH SENDUDUK (Melastoma malabathricum L.) SERTA KAJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDANNYA Nurzarrah Tazar; Fidela Violalita; Mimi Harni
LUMBUNG Vol. 17 No. 1 (2018): Januari
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.657 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metoda ekstraksi yang terbaik dalam pembuatan ekstrak pekat pigmen antosianin dari buah senduduk. Faktor-faktor yang akan ditentukan diantaranya suhu ekstraksi, jenis pelarut dan konsentrasi asam sitrat. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama bertujuan untuk menentukan suhu ekstraksi pigmen antosianin buah senduduk. Suhu ekstrasi yang dilaksanakan adalah ekstraksi pada suhu dingin (8oC) dan ekstraksi pada suhu kamar (25oC). Tahap kedua bertujuan untuk menentukan jenis pelarut dan konsentrasi asam sitrat dalam ekstraksi antosianin bubuk buah senduduk. Jenis pelarut yang digunakan adalah aquades dan etanol, konsentrasi asam sitrat yang digunakan adalah 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Parameter yang diamati adalah konsentrasi antosianin, pH dan total asam. Perlakuan terbaik akan diuji aktivitas antioksidannya. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa suhu yang paling optimal dalam ekstraksi pigmen antosianin buah senduduk adalah ekstraksi pada suhu kamar (25oC) dengan konsentrasi antosianin sebesar 27.095 mg/L. Penelitian tahap kedua, ekstraksi antosianin dengan menggunakan pelarut aquades yang ditambahkan asam sitrat 1% merupakan perlakuan terbaik dalam mengekstraksi antosianin dari buah senduduk dengan konsentrasi antosianin 13.2214 mg/L, pH 2.30, total asam 11.49% dan aktivitas antioksidan sebesar 65.17%.
PENGARUH PENGGUNAAN UBI KAYU (Manihot utillisima) DALAM PEMBUATAN KWETIAU Mimi Harni; Sri Kembaryanti Putri; Gusmalini Gusmalini
LUMBUNG Vol. 19 No. 2 (2020): Agustus
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.754 KB) | DOI: 10.32530/lumbung.v19i2.208

Abstract

Kwetiau adalah sejenis mi berwarna putih yang berasal dari Tionghoa namun dengan ukuran yang lebih lebar. Mi ini berbahan baku tepung beras, dengan karakteristik tidak kenyal seperti mi biasa dari terigu. Hal ini memungkinkan kita untuk mengganti pati dari tepung beras dengan pati dari ubi kayu. Walaupun demikian penggantian bahan ini diharapkan tidak mengurangi nilai gizi pada kwetiau yang dihasilkan. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan gizi yang terkandung pada kwetiau yang dihasilkan. Jumlah ubi kayu yang ditambahkan dimulai dari 0-40%. Penambahan ubi kayu akan mengurangi penggunaan tepung beras. Pada penelitian ini ada 5 perlakuan dengan 1 kontrol tanpa penambahan ubi kayu dan ulangan 3. Rancangan yang digunakan adalah RAL dengan uji lanjutan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Pengamatan yang dilakukan adalah uji proksimat. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan terbaik adalah (D) penambahan ubi kayu 30%.
Artikel Review : Pengaruh Proses Pengolahan terhadap Sifat Fungsional Pati Mimi Harni; Rivo Yulse Viza
Agroteknika Vol 7 No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v7i2.256

Abstract

Umbi-umbian merupakan komoditi dalam negeri yang mengandung karbohidrat. Komoditi ini ternyata dapat digunakan sebagai bahan pangan fungsional yang sebelumnya hanya digunakan sebagai sumber energi saja. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi mengenai sifat fungsional yang dapat dimanfaatkan dari umbi ini. Artikel ini dibuat dengan tujuan sebagai informasi bahwa umbi ini selain sebagai sumber energi juga dapat memberi manfaat bagi kesehatan. Metode dari penelitian ini berdasarkan studi literatur dari jurnal maupun literatur ilmiah lainnya. Dari penelusuran literatur ternyata sifat fungsional tidak hanya berasal dari umbi saja namun dengan pengolahan juga dapat mempertahankan bahkan meningkatkan nilai fungsional ini. Senyawa fungsional yang terdapat dalam umbi-umbian berupa senyawa bioaktif. Beberapa senyawa bioaktif yang terdapat dalam umbi-umbian diantaranya saponin, protein bioaktif, senyawa fenolik, glikoalkaloid, asam fitat, karotenoid, dan asam askorbat. Kandungan ini umumnya banyak terdapat pada umbi-umbian yeng belum dibudidayakan secara khusus oleh masyarakat diantaranya discorea, colocasia ataupun maranta. Beberapa proses pengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sifat fungsional pada umbi-umbian khususnya pati adalah pati resisten, modifikasi dan Microwave Assisted Extract (MAE). Sifat fungsional yang terdapat dalam umbi selain terkandung dalam umbi juga dapat berasal dari proses pengolahan yang dilakukan dalam umbi-umbian ini.