Totok Suprijo
Kelompok Keahlian Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengembangan Awal Formula Empiris Berbasis Proses Penyebaran Sedimen Tersuspensi Di Perairan Pesisir Tanara Delilla Suhanda; Totok Suprijo; Budhy Soeksmantono
Journal of Marine Research Vol 12, No 2 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i2.35692

Abstract

Transport sedimen tersuspensi adalah salah satu proses yang terjadi di wilayah pesisir khususnya estuari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui algoritma pengukuran konsentrasi sedimen tersuspensi menggunakan data citra Landsat yang sesuai untuk Perairan Tanara berdasarkan pengukuran in-situ. Metode purposive sampling dipilih untuk menentukan lokasi sampling di enam stasiun pada tanggal 10 April 2012. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan bottle sampler (botol Nansen) secara langsung pada kedalaman 0,2d. Pengolahan sampel lapangan diolah dengan metode SNI 03-3961-1995 untuk mengetahui jumlah berat sedimen melayang dalam air. Selanjutnya pengolahan data citra satelit menggunakan Landsat 8 dilakukan dengan koreksi radiometrik, atmosferik, dan aplikasi algoritma sedimen tersuspensi yang telah dikembangkan oleh Budhiman (2004) untuk mengetahui hasil yang paling mendekati nilai data lapangan dari ketiga algoritma tersebut. Dari hasil pengolahan data dan analisa validasi menggunakan Root Mean Square Error (RMSE) dari data in-situ dengan ketiga algoritma tersebut bernilai 16,85. Setelah dilakukan modifikasi algoritma yang dikembangkan oleh Budhiman (2004) nilai RMSE menjadi 8,61. Modifikasi algoritma diaplikasikan pada data citra dari tahun 2013–2015. Sebaran konsentrasi sedimen tersuspensi di Perairan Tanara yang dipengaruhi dominan oleh aliran debit sungai. Suspended sediment transport is one process that occurs in coastal areas, especially estuaries. This study aimed to determine the algorithm for measuring suspended sediment concentration using Landsat imagery data that was suitable for Tanara Waters based on in-situ measurements. The purposive sampling method was chosen to determine sampling locations at six stations on April 10, 2012. Sampling was carried out using a bottle sampler (Nansen bottle) directly at a depth of 0.2d. Field samples were processed using the SNI 03-3961-1995 method to determine the water's total weight of suspended sediment. Furthermore, the processing of satellite image data using Landsat 8 is carried out with radiometric correction, atmospheric correction, and the application of the suspended sediment algorithm that has been developed by Budhiman (2004)) to find out the results that are closest to the value. Field data from the three algorithms. From the data processing and validation analysis results using the Root Mean Square Error (RMSE) from in-situ data with the three algorithms, the value is 16.85. After modification of the algorithm developed by Budhiman (2004), the RMSE value became 8.61. Algorithm modification was applied to image data from 2013 – 2015. Spontaneous sediment concentration distribution in Tanara Waters is influenced by river flow.
IDENTIFIKASI PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN PERANGKAT COASTSAT, STUDI KASUS SEGMEN PANTAI NUSA DUA, BALI Ima Nurmalia Permatasari; Totok Suprijo; Budhy Soeksmantono
JURNAL TEKNIK HIDRAULIK Vol 14, No 1 (2023): JURNAL TEKNIK HIDRAULIK
Publisher : Pusat Litbang Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32679/jth.v14i1.719

Abstract

ABSTRACTNusa Dua Beach, Bali, is morphologically dynamic because it is constantly changing due to erosion and accretion. In 2003, the efforts were made to develop groins, where this one of the solutions to overcome erosion. Analysis of shoreline changes needs to be carried out to see the effectiveness of groin development by looking at the shoreline before and after construction using Landsat imagery data for 26 years. This research method utilizes the Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) algorithm to separate water from land features, classify images into four classes: sand, water, foam, and land features using the Coastsat toolkit and calculate wave energy flux. Before the construction, The GA1-GA2 groins experienced successive erosion in 1996-2002. After construction of the coastal groins, it still shows a decline in the coastline both during the west monsoon, which is 63.68 m and the east monsoon which is 36.21 m. In the east monsoon, the wave energy flux is most significant, with a maximum value of 4.9 x 10³ N/s, and in the west monsoon 3.4 x 10³ N/s. The effect of the significant wave energy flux that occurs in the east monsoon causes more longshore sediment transport, and the coast experiences a maximum shoreline advance in the east monsoon of 65.24 m compared of the west monsoon shoreline, which is 58.28 m. The toolkit can identify with better accuracy by validating estimation and observation data with an RMSE value of 4.79 m, a bias of 2.62 m, and an R2 of 0.97.Keywords: Shoreline, Erosion, Landsat, Wave Energy Flux  ABSTRAKPantai Nusa Dua, Bali dapat dikatakan secara morfologi dinamis dikarenakan selalu mengalami perubahan akibat erosi dan akresi. Tahun 2003 telah dilakukan upaya pembangunan groin yang merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi terjadinya erosi. Analisis perubahan garis pantai perlu dilakukan untuk melihat efektivitas dari pembangunan groin dengan melihat garis pantai sebelum dan sesudah pembangunan dengan memanfaatkan data citra Landsat selama 26 tahun. Metode penelitian ini memanfaatkan algoritma Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) untuk memisahkan air dari fitur daratan, mengklasifikasi citra menjadi empat kelas: pasir, air, buih dan fitur lahan dengan menggunakan toolkit Coastsat serta menghitung fluks energi gelombang. Sebelum pembangunan groin GA1-GA2, pantai mengalami erosi pada tahun 1996-2002. Setelah pembangunan groin pantai masih menunjukkan terjadi kemunduran garis pantai pada saat musim barat 63,68 m maupun musim timur 36,21 m. Pada musim timur fluks energi gelombang terbesar dengan nilai maksimum 4,9 x 10³ N/s dan pada musim barat fluks energi maksimum yaitu sebesar 3,4 x 10³ N/s  Efek dari besarnya fluks energi gelombang yang terjadi di musim timur menyebabkan angkutan sedimen sejajar pantai lebih besar dan pantai mengalami kemajuan garis pantai maksimum di musim timur 65,24 m dibandingkan dengan musim barat 58,28 m. Toolkit coastsat mampu mengindentifikasi garis pantai lebih efisien dengan ketelitian lebih baik dengan validasi data estimasi dan observasi bernilai RMSE 4,79 m, bias 2,62 m dan R2 0,97.Kata Kunci: Garis Pantai, Erosi, Landsat, Fluks Energi Gelombang