Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca ) Sebagai Bahan Pembuatan Pulp Dengan Proses Organosolv Lestari, Ajeng Rahayu; Arum Astuti, May Sagi; Fuadi, Ahmad M
Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal Vol. 2 No. 2 (2024): Multidiciplinary Scientifict Journal
Publisher : Al Makki Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57185/mutiara.v2i2.133

Abstract

Kulit pisang merupakan tumbuhan yang memiliki kadar selulosa yang tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku dasar pembuatan pulp. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh waktu pemasakan dan konsentrasi larutan etanol dan larutan metanol terhadap penurunan kadar lignin pulp dari kulit pisang dengan proses organosolv. Larutan pemasak yang digunakan adalah larutan C2H6O dan larutan CH3OH. Dengan variasi kedua larutan (50%, 75%, dan 100%) dan waktu pemasakan (60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 menit). Pada pelarut metanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesar 1,649% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,990% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrai 100%. Kemudian pada pelarut etanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesat 1,050% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,510% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrasi 100%. Kesimpulannya yaitu Konsentrasi metanol dan etanol dengan waktu pemasakan berpengaruh terhadap kadar lignin yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi pelarut yang digunakan maka kadar lignin yang didapatkan semakin rendah.
Penelitian Pemanfaatan Pelepah Pisang (Musa Paradisiaca) Sebagai Bahan Pembuatan Pulp Dengan Metode Organosolv Arum Astuti, May Sagi; Lestari, Ajeng Rahayu; Fuadi, Ahmad M
Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal Vol. 2 No. 2 (2024): Multidiciplinary Scientifict Journal
Publisher : Al Makki Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57185/mutiara.v2i2.134

Abstract

Industri pulp dan kertas di Indonesia semakin bertambah dan berkembang pesat. Hal itu dapat memberikan dampak negative terhadap lingkungan karena sebagian besar bahan baku pembuatan pulp berasal dari kayu yang berada di hutan. Oleh karena itu persediaan kayu yang ada di hutan akan semakin menipis. Maka dari itu, perlu ditemukan suatu penemuan bahan baku alternatif yang dapat mengurangi dampak negative tersebut terutama dengan harga yang murah, mudah ditemukan, dan ramah lingkungan.  Pelepah Pisang merupakan bahan baku non-wood yang berharga untuk produksi pulp dan kertas sehinga dapat menjadi pendekatan ramah lingkungan untuk pengelolaan limbah. Pembuatan pulp Pelepah Pisang menggunakan proses organosolv dengan bahan kimia yang digunakan dalam proses ini adalah C2H6O dan CH3OH yang mampu mengurangi dampak kecil bagi lingkungan seperti tidak menimbulkan pencemaran seperti gas-gas berbau yang disebabkan oleh belerang seperti pada proses kraft, serta cairan pemasaknya lebih mudah untuk dimurnikan kembali. Variasi yang digunakan yaitu konsentrasi (50%, 75%, dan 100%) dan waktu pemasakan (60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 menit). Pada pelarut metanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesar 1,749% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,820% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrai 100%. Kemudian pada pelarut etanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesat 0,950% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,340% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrasi 100%.
Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca ) Sebagai Bahan Pembuatan Pulp Dengan Proses Organosolv Lestari, Ajeng Rahayu; Arum Astuti, May Sagi; Fuadi, Ahmad M
Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal Vol. 2 No. 2 (2024): Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal
Publisher : Al Makki Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57185/mutiara.v2i2.133

Abstract

Kulit pisang merupakan tumbuhan yang memiliki kadar selulosa yang tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku dasar pembuatan pulp. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh waktu pemasakan dan konsentrasi larutan etanol dan larutan metanol terhadap penurunan kadar lignin pulp dari kulit pisang dengan proses organosolv. Larutan pemasak yang digunakan adalah larutan C2H6O dan larutan CH3OH. Dengan variasi kedua larutan (50%, 75%, dan 100%) dan waktu pemasakan (60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 menit). Pada pelarut metanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesar 1,649% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,990% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrai 100%. Kemudian pada pelarut etanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesat 1,050% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,510% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrasi 100%. Kesimpulannya yaitu Konsentrasi metanol dan etanol dengan waktu pemasakan berpengaruh terhadap kadar lignin yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi pelarut yang digunakan maka kadar lignin yang didapatkan semakin rendah.
Penelitian Pemanfaatan Pelepah Pisang (Musa Paradisiaca) Sebagai Bahan Pembuatan Pulp Dengan Metode Organosolv Arum Astuti, May Sagi; Lestari, Ajeng Rahayu; Fuadi, Ahmad M
Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal Vol. 2 No. 2 (2024): Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal
Publisher : Al Makki Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57185/mutiara.v2i2.134

Abstract

Industri pulp dan kertas di Indonesia semakin bertambah dan berkembang pesat. Hal itu dapat memberikan dampak negative terhadap lingkungan karena sebagian besar bahan baku pembuatan pulp berasal dari kayu yang berada di hutan. Oleh karena itu persediaan kayu yang ada di hutan akan semakin menipis. Maka dari itu, perlu ditemukan suatu penemuan bahan baku alternatif yang dapat mengurangi dampak negative tersebut terutama dengan harga yang murah, mudah ditemukan, dan ramah lingkungan.  Pelepah Pisang merupakan bahan baku non-wood yang berharga untuk produksi pulp dan kertas sehinga dapat menjadi pendekatan ramah lingkungan untuk pengelolaan limbah. Pembuatan pulp Pelepah Pisang menggunakan proses organosolv dengan bahan kimia yang digunakan dalam proses ini adalah C2H6O dan CH3OH yang mampu mengurangi dampak kecil bagi lingkungan seperti tidak menimbulkan pencemaran seperti gas-gas berbau yang disebabkan oleh belerang seperti pada proses kraft, serta cairan pemasaknya lebih mudah untuk dimurnikan kembali. Variasi yang digunakan yaitu konsentrasi (50%, 75%, dan 100%) dan waktu pemasakan (60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 menit). Pada pelarut metanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesar 1,749% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,820% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrai 100%. Kemudian pada pelarut etanol diperoleh kadar lignin tertinggi sebesat 0,950% pada waktu pulping 60 menit dengan konsentrasi 50%. Sedangkan kadar lignin terendah sebesar 0,340% pada waktu pulping 360 menit dengan konsentrasi 100%.
EDUKASI PEMBUATAN SABUN CAIR CUCI PIRING PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ SURAKARTA Fuadi, Ahmad M; Lestari, Ayu; Ath-Tariq, Muhammad Arhab; Fitri, Zada Almira
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 19th University Research Colloquium 2024: Bidang Pengabdian Masyarakat
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The types and characteristics of mental disorders are very diverse, one of which is oftentreated is schizophrenia. At the Surakarta Regional Mental Hospital (RSJD) thenumber of schizophrenia patients is relatively large. It is estimated that more than 90%of schizophrenia patients experience hallucinations. To minimize the impact ofhallucinations, appropriate treatment is needed. Group activity therapy is a therapeuticmodality which is an effort to facilitate nurses or psychotherapists with a number ofpatients at the same time. The aim of this service activity is to provide provisions topatients and provide therapeutic activities to increase the level of hallucinations inpatients. The educational activity of making liquid dishwashing soap is an alternativeto fulfill this activity. The activity was carried out at RSJD Surakarta.
Pembuatan Kertas dari Limbah Jerami dan Sekam Padi dengan Metode Organosolv Fuadi, Ahmad M; Ataka, Faiz
Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri 2020: Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.914 KB)

Abstract

Penelitian yang telah dilakukan tentang pembuatan kertas dari Limbah Sekam Padi dan Jerami yang dilakukan bertujuan mendaur ulang limbah pertanian yang dinilai kurang di manfaatkan dengan Metode Organosolv yang merupakan metode yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan yang organik yaitu pada penelitian ini adalah Metanol. Penelitian ini dilakukan uji bilangan kappa, uji tarik, dan uji gramatur pada variasi waktu delignifikasi (120,180,210,240 menit), variasi komposisi jerami (J) dan sekam padi (S) pada A (J:S = 1:1), B (J:S = 3:2), dan C (J:S = 2:3) dan variasi adanya pemberian ekstrak pektin sbeelum proses delignifikasi. Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji bilangan kappa yang mendapatkan hasil terbaik sebesar 0.155% pada variasi pemberian ekstrak pektin dengan waktu delignifikasi 240 menit dan hasil uji tarik didapatkan sebesar 1.05 kg pada variasi pektin dengan waktu 120” dengan gramatur 0.483 gram. Kertas yang dihasilkan bertujuan untuk digunakan sebagai kertas bungkus yang telah sesuai dengan standar kekuatan tarik kertas SNI.
Pengaruh Konsentrasi Serta Waktu Proses Fiksasi Ekstrak Kayu Jambal (Pheltophorum pterocarpum) Pewarnaan Batik Ditinjau dari Ketahanan Luntur dan Ketajaman Warna Anggita, Nabila Tria; Haerudin, Agus; Fuadi, Ahmad M
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 41 No. 1 (2024): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v41i1.8163

Abstract

Pewarnaan kain batik yang dilakukan dengan menggunakan pewarna alami serta pewarna sintesis atau buatan. Pada umumnya pewarna sintesis memiliki beberapa keunggulan antara lain: memiliki warna yang beragam, dijamin kecerahan warnanya, stabil, tidak mudah pudar, tahan pada berbagai kondisi lingkungan, memiliki kekuatan warna yang baik, mudah didapatkan, harganya ekonomis. Namun, penggunakan pewarna sintetis dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan dikarenakan sifatnya yang karsinogenik. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk menghasilkan pewarna alami yang dapat digunakan untuk menggantikan pewarna sintetis. Kulit kayu jambal berpotensi sebagai pewarna alami karena mengandung senyawa (+)-leucocyanidin-3-O--D-galactopyranoside. Penelitian ini menggunakan kulit kayu jambal dengan pengaruh jenis konsentrasi dan waktu proses fiksasi dengan konsentrasi  20 g/L, 50 g/L, 70 g/L dan 90 g/L. dari hasil penelitian yang dilakukan guna mengetahui kelayakan dari bahan alami Kulit Kayu Jambal (Peltophorum Pterocarpum) dilakukanlah penelitian dengan uji luntur warna kain dan L*a*b* Hasailnya, untuk diuji pencucian menggunakan sabun (kelunturan) mendapatkan nilai 4-5 atau baik
Pengaruh Komposisi Zat Fiksasi (Kapur-Tunjung) dan Waktu Fiksasi Terhadap Kualitas Warna Kain Batik Menggunakan Pewarna Alami dari Kayu Tingi (Ceriops tagal) Fauziah, Maya; Haerudin, Agus; Fuadi, Ahmad M
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 40 No. 2 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v40i2.8165

Abstract

Pewarnaan kain batik dapat menggunakan pewarna alami dari kayu Tingi karena adanya kandungan kapur pekat jenis proanthocyanidin yang menghasilkan warna coklat kemerahan atau cokelat. Untuk mendapatkan warna kain yang berkualitas diperlukan proses fiksasi untuk mempertajam warna dan menahan agar tidak mudah luntur. Tulisan ini membahas pengaruh kombinasi zat fiksasi terhadap kualitas warna kain batik dengan pewarna alami dari kayu Tingi. Jenis zat fiksasi yang digunakan adalah kapur dan tunjung yang dikombinasikan dengan variasi volum tertentu dan dengan variasi waktu fiksasi 2, 5,10, dan 15 menit. Pengujian yang dilakukan adalah uji arah warna L*,a*,b* dan uji ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian sabun. Hasil uji menunjukkan bahwa pada waktu fiksasi 10 menit variasi kombinasi terbaik menghasilkan nilai 4‒5 atau baik