Kebijakan perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah pada September 2022 lalu menimbulkan kontroversi pengguna sosial media termasuk Twitter. Untuk memahami bagaimana perubahan kenaikan harga BBM apakah mempengaruhi persepsi dan emosi masyarakat di Twitter maka dalam penelitian ini dilakukan analisis sentimen menggunakan algoritma Support Vector Machine (SVM) dengan tiga jenis kernel berbeda, yaitu linier, RBF (Radial Basis Function), dan polinomial. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tweet-tweet sebagai positif, negatif, atau netral, serta membandingkan kinerja ketiga kernel SVM tersebut. Penelitian ini juga mencoba mengatasi ketidakseimbangan kelas dengan menerapkan teknik SMOTE (Synthetic Minority Over-sampling Technique) oversampling pada dataset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna Twitter dominan memberikan reaksi negatif terhadap kenaikan harga BBM. Dalam mengaplikasikan algoritma SVM, kernel RBF menghasilkan kinerja terbaik yaitu sebesar 87% menggunakan pembobotan kata TF-IDF. Selain itu, penggunaan pembobotan kata TF-IDF memiliki hasil akurasi terbaik dibandingkan dengan model pembobotan kata BoW. Penerapan teknik SMOTE oversampling dalam kernel polynomial pembobotan kata TF-IDF pada pembagian data 70:30 dan 80:20 berhasil meningkatkan kinerja algoritma sebesar 2%. Hasil penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang pandangan masyarakat terhadap kebijakan harga BBM dan memungkinkan pengambil keputusan publik serta industri untuk merancang kebijakan yang lebih responsif dan berpihak kepada kepentingan rakyat.