Syahrul Qodri
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ANALISIS PENYIMPANGAN KEKUASAAN DAN AGAMA DALAM NOVEL PRINCESS: KISAH TRAGIS PUTRI KERAJAAN ARAB SAUDI KARYA JEAN P. SASSON: PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Wasilatul Jannah; M. Natsir Abdullah; Syahrul Qodri
Kopula: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.675 KB) | DOI: 10.29303/kopula.v1i2.2557

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyimpangan kekuasaan dan agama yang terdapat di dalam novel Princess: Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi karya Jean P. Sasson berdasarkan perspektif Emile Durkheim. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dengan teknik catat. Analisis data menggunakan metode desktriptif analitik dan teknik analisis isi.Data disajikan secara deskriptif dengan metode informal. Berdasarkan hasil analisis peneliti tentang novel Princess: Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudikarya Jean P. Sasson Perspektif Emile Durkheim, disimpulkan bahwa Arab Saudi merupakan tipe masyarakat solidaritas mekanis. Pandangan Durkheim terhadap ancaman yang muncul di dalam tipe solidaritas mekanis berupa perpecahan kelompok kecil. Di dalam kondisi masyarakat tersebut, terdapat penyimpangan kekuasaan dan agama. Penyimpangan ini terjadi dalam bentuk legitimasi kekuasaan dan dominasi laki-laki terhadap perempuan, serta efeknya memunculkan kemarahan kolektif yang pada akhirnya memunculkan tindakan abnormal atau anomi yang salah satunya bunuh diri fatalistis. Penyimpangan kekuasaan membuktikan bahwa kekuasaan dimanfaatkan sebagai senjata untuk meruntuhkan hukum, tradisi, atau aturan primitif dalam negara yangmengagungkan nilai Islam. Begitu pun sebaliknya dengan agama, menurut Durkheim dianggap sebagai institusi penting yang menopang integrasi sosial, dimanfaatkan untuk menundukkan pihak lain