Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Indramayu Dengan Metode Gyssens Sabrina Aisyah Putri; Dina Melia Oktavilantika
Jurnal Farmasi dan Farmakoinformatika Vol 1, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jff.2023.v1i1.8066

Abstract

Demam tifoid merupakan penyakit endemis yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Terapi antibiotik diperlukan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dengan prinsip terapi yang rasional guna menghindari terjadinya resistensi antibiotik, kematian, serta memperpanjang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik serta rasionalitas penggunaan antibiotik pada terapi demam tifoid. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian kemudian di analisis menggunakan metode Gyssens dan di uji menggunakan teknik Chi-square menggunakan SPSS 26 version untuk melihat hubungan kriteria pasien dengan rasionalitas penggunaan antibiotik. Hasil penelitian didapatkan pola penggunaan antibiotik ialah antibiotik yang paling banyak digunakan sefotaksim sebanyak 40%, seftriakson sebanyak 33,8%, levofloksasin sebanyak 6,2%. Sebanyak 65 sampel pasien yang diteliti didapatkan sebanyak 55 pasien (84,6 %) mendapatkan pengobatan antibiotik yang rasional dan termasuk dalam kategori 0, sementara sisanya sebanyak 10 pasien (15,4 %) mendapatkan pengobatan yang tidak rasional meliputi kategori IIA sebanyak 3 pasien (4,6%), kategori IIB sebanyak 1 pasien (1,5%), kategori IIIA sebanyak 2 pasien (3,1%), kategori IIIB sebanyak 2 pasien (3,1%) dan kategori IVB sebanyak 2 pasien (3,1%). Nilai Chi-square di dapatkan usia memiliki hubungan terhadap pemilihan regimen antibiotik (p= 0,000b), dan pengujian LOS terhadap kerasionalan penggunaan antibiotik (p= 0,024b), lama pemberian antibiotik terhadap terhadap kerasionalan penggunaan antibiotik (p= 0,021b) dimana dapat disimpulkan bahwa terhadap hubungan yang signifikan antara LOS, lama pemberian antibiotik empiris terhadap kerasionalan penggunaan antibiotik.
FORMULASI, EVALUASI, DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI CLAY MASK EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUS ROXB.) TERHADAP BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNES Larasati Ayuni Wananggari; Dina Melia Oktavilantika
Jurnal Farmasi dan Farmakoinformatika Vol 2, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jff.2024.v2i1.9729

Abstract

Jerawat merupakan kondisi peradangan kronik pada kulit dimana salah satu penyebabnya adalah bakteri Propionibacterium acnes. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) telah sering digunakan karena memiliki berbagai manfaat salah satunya adalah efek sebagai pelembab untuk kulit dan antibakteri karena mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, dan tanin. Penggunaan ekstrak daun pandan wangi secara langsung tidak lazim dilakukan, sehingga untuk mempermudah penggunaan, ekstrak dibuat kedalam bentuk sediaan clay mask. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi basis (kaolin dan bentonit) terhadap sifat fisik dan stabilitasnya setelah cycling test, serta aktivitas antibakteri sediaan clay mask ekstrak daun pandan wangi dalam menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes. Sediaan clay mask diformulasikan menjadi F1 (kaolin 25%; bentonit 3%), F2 (kaolin 30%; bentonit 4%), dan F3 (kaolin 35%; bentonit 5%) serta konsentrasi ektsrak yang digunakan 15% karena memiliki stabilitas yang optimal ketika dibuat menjadi sediaan. Pengujian aktivitas antibakteri sediaan clay mask dilakukan dengan metode sumuran dengan kontrol positif klindamisin 1% dan kontrol negatif basis sediaan. Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan menunjukkan semua formulasi memberikan daya hambat terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan rata-rata diameter zona hambat berkategori sedang sebesar 9,00 mm (F1), 9,07 mm (F2), dan 9,55 mm (F3). Hasil pengujian evaluasi stabilitas sediaan setelah cycling test (6 siklus) menunjukkan tidak adanya perubahan bermakna sehingga sediaan dikatakan stabil dan masih memiliki sifat fisik yang baik.
Pengendalian Kualitas Produk Sari Buah Markisa Dengan Label “Luxury Seeowrens” Melalui Analisis Kadar Vitamin C, Kalsium Dan Aktivitas Antioksidan Untuk Mitra Markisa Manis Mampang, Pancoran Mas,Kota Depok, Jawa Barat Hotlina Nainggolan; Dina Melia Oktavilantika; Harits Atika Ariyanta; Dyah Mieta Setyawati
Jurnal Insan Pengabdian Indonesia Vol. 1 No. 4 (2023): Desember: Jurnal Insan Pengabdian Indonesia
Publisher : PT. ALHAFI BERKAH INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62007/jouipi.v1i4.130

Abstract

Community Service Activity Program, Gunadarma University Pharmacy Study Program in collaboration with Gunadarma University LPM, seeks to control the quality of passion fruit juice drink products with the label "Luxury Seeowren" for Mitra Passion Fruit Manis Mampang, Depok City through analysis of nutritional content in the form of vitamin C levels, calcium and antioxidants. The method used in implementing community service is a community development model based on local communities. Change techniques for building community capacity are education, participation, guidance, counseling, research and others. The methods used in vitamin C analysis are titimetry, the calcium test method with ICP-OES, and antioxidant activity measurements carried out using the DPPH method with a UV spectrophotometer. The results of the analysis showed that the calcium content was 9.56 mg/100g, vitamin C 239,335 mg/L, the average antioxidant IC 50 value was 68489.04 mg/L. Based on the results of the nutritional analysis of the passion fruit juice product with the label "Luxury Seeowren" in the form of calcium levels, vitamin C levels and antioxidant activity, it can be concluded that it still does not meet the daily nutritional needs. In the future, it is hoped that we can formulate the right composition for packaged products and can also carry out further tests on product stability and expiration date.