Nor Afiyah
Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENDAMPINGAN PEMBUATAN BATIK IKAT SISWA MTS SUNAN DRAJAT BANJARWATI PACIRAN LAMONGAN Siti Aminah; Alfi Zakiyatul Fakhiroh; Amirotul Azmi; Nur Indah Elviana; Alivia Dewi Intan; Kartika Novi Astuti; Nor Afiyah
Keris: Journal of Community Engagement Vol. 1 No. 2 (2021): Desember : KERIS : Journal of Community Engagement
Publisher : Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55352/keris.v1i2.299

Abstract

Pada era revolusi industri tingkat perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi, serta seni, membawa kebaikan timbal balik bagi perkembangan batik tradisional di Indonesia. Batik sebagai salah satu ciri khas negara Indonesia saat ini semakin diminati berbagai kalangan. Begitu pula diantara jenis batik yaitu batik Jumputan yang merupakan batik dengan cara pengerjaannya diikat celup. Oleh karena itu guna melestarikan kerajinan batik, penulis mencoba mendampingi siswa MTs Sunan Drajat Banjarwati Paciran Lamongan dalam pembuatan batik ikat yang akan dipelajari dalam ekstrakurikuler hasta karya. Tujuan diadakannya pendampingan pembuatan batik ikat siswa MTs Sunan Drajat adalah sebagai upaya menunjang pengembangan kreativitas siswa dalam menghasilkan suatu produk. Adapun metode pelaksanaan Kegiatan pendampingan ini penulis menggunakan pendekatan ABCD (Asset Bassed Community Development). Kegiatan tersebut meliputi: komunikasi awal, identifikasi mimpi, merancang langkah-langkah, menentukan tujuan dan langkah implementasi. Ini mengacu pada langkah-langkah pendekatan ABCD: penemuan, mimpi, desain, definisi, dan takdir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi aset mendorong anggota komunitas menyadari kekuatan aset. Dengan adanya pendampingan ini, maka mereka akan segera mewujudkan mimpi dengan membuat rencana dan merancang prosedur untuk mencapainya, menetapkan tujuan dan mulai membangun komunitas. Mereka siap menjadi fasilitator dan motivator sebaya. Pendampingan ini bisa menjadi kegiatan pengembangan berkelanjutan dan melibatkan lebih banyak anggota komunitas.