Latar belakang: Transisi gizi merupakan pergeseran pola konsumsi makanan dan pengeluaran kalori yang seiring dengan perubahan demografi, ekonomi dan epidemiologi. Transisi di Indonesia gizi digambarkan dengan peningkatan konsumsi lemak dan gula serta penurunan konsumsi serat serta diikuti dengan rendahnya aktivitas fisik. Tingkat permasalahan obesitas penduduk dewasa di Indonesia pada tahun 2018 merupakan masalah kesehatan masyarakat kategori sedang dengan persentase 20,53% (≥20%). Belum diketahui hubungan antara komponen transisi gizi yang mencakup asupan energi penduduk, asupan protein penduduk, inaktivitas fisik penduduk dan konsumsi makanan berisiko penduduk dengan tingkat permasalahan obesitas wilayah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat permasalahan obesitas di seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2018. Selain itu, untuk mengetahui hubungan komponen transisi gizi yang mencakup asupan energi penduduk, asupan protein penduduk, inaktivitas fisik penduduk dan konsumsi makanan berisiko penduduk dengan tingkat permasalahan obesitas wilayah kabupaten/kota. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan jumlah sampel 514 kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2018. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan Riskesdas tahun 2018 dan olahan data Badan Pusat Statistik tahun 2018. Data dianalisis secara deskriptif dan uji bivariat menggunakan uji kai kuadrat. Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan tingkat permasalahan obesitas penduduk dewasa di wilayah kabupaten/kota adalah asupan protein penduduk (OR=2,397; 95%CI 1,604-3,580), tingkat inaktivitas fisik penduduk (OR=2,027; 95% 1,281-3,207), konsumsi makanan manis harian penduduk (OR=2,237; 95% 1,118-4,478), dan konsumsi makanan berlemak harian penduduk (OR=1,634; 95% 1,106-2,415). Sementara nilai p >0,05 menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kejadian obesitas pada tingkat kabupaten/kota. Hal ini terlihat pada asupan energi penduduk memiliki p= 0,631, proporsi penduduk dengan konsumsi minuman manis p sebesar 0,523, dan proporsi penduduk dengan konsumsi makanan berpenyedap memiliki nilai p sebesar 0,598. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein, proporsi penduduk inaktivitas fisik, proporsi penduduk dengan konsumsi makanan manis harian, dan proporsi penduduk dengan konsumsi makanan berlemak terhadap kejadian obesitas pada tingkat kabupaten/kota. Perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan terkait dengan pentingnya aktivitas fisik, gizi seimbang, konsumsi makanan berisiko dalam jangka panjang untuk mencegah kejadian obesitas pada setiap tingkat kabupaten/kota.