Muhammad Tarobin, Muhammad
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KITAB NūR AL-ṢALāH KARYA TENGKU MUHAMMAD SALEH (1901-1966): INTERNALISASI “SALAT” PERSPEKTIF TRADISI MELAYU Tarobin, Muhammad
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.265 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.45

Abstract

This paper presents the study results of the N?r al-?al?h book by Tengku Muhammad Saleh (1901-1966), a Moslem scholar in Lingga Island, Riau Islands. Through intertextual study of that book and several other opuses, this paper proves that the fiqh books writing in the Malay-Indonesian region, especially in Lingga Island and its surroundings, it is not much different from the fiqh books writing in other Malay regions, which are more dominant in using fiqh books references written by Malay Moslem scholars and written using Malay. This is done so that the books are easily understood and impregnated by Malay readers. However, more than just a translation effort, the author makes an effort to instill an understanding and value which is in a sociological perspective known as internalization. When trying to internalize the values ??prayer spirit, Tengku Muhammad Saleh did several things: first, writing using Malay. Second, translating reading texts when praying into Malay, every word and /or phrase. Third, completing with an theosophy explanation behind every movement, reading or a certain amount of movement when praying. When explaining the importance of prayer, TMS built the argument that prayer is a form of gratitude to Allah. Tulisan ini menyajikan hasil kajian terhadap kitab N?r al-?al?h karya Tengku Muhammad Saleh (1901-1966), seorang ulama di Pulau Lingga, Kepulauan Riau. Melalui studi intertekstual atas kitab tersebut dan beberapa karya lainnya, tulisan ini membuktikan, bahwa penulisan kitab fikih di wilayah Melayu-Indonesia, khususnya di Pulau Lingga dan sekitarnya, tidak jauh berbeda dengan penulisan kitab fikih di wilayah Melayu lainnya, yakni lebih dominan menggunakan referensi kitab-kitab fikih yang dikarang oleh ulama Melayu dan ditulis menggunakan bahasa Melayu. Hal tersebut dilakukan agar kitab-kitab tersebut mudah difahami dan diresapi oleh pembaca dari kalangan Melayu. Namun, lebih dari sekedar upaya penerjemahan, pengarang melakukan upaya menanamkan suatu paham dan nilai yang dalam perspektif sosiologis dikenal sebagai internalisasi. Ketika melakukan upaya internalisasi nilai dan spirit ibadah salat, Tengku Muhammad Saleh melakukan beberapa hal: pertama; menulis dengan menggunakan--- bahasa Melayu. Kedua, menerjemahkan teks bacaan-bacaan ketika salat ke dalam bahasa Melayu, setiap kata dan/atau frasa. Ketiga, melengkapi dengan penjelasan teosofi dibalik setiap gerakan, bacaan atau jumlah tertentu gerakan ketika salat. Saat menjelaskan pentingnya ibadah salat, TMS membangun argumentasi bahwa salat merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT.
SENI “SARAFAL ANAM” DI BENGKULU: MAKNA, FUNGSI DAN PELESTARIAN Tarobin, Muhammad
Jurnal Bimas Islam Vol 8 No 2 (2015): Jurnal Bimas Islam
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.358 KB)

Abstract

Abstract This article describes about  the art of Sarafal anam in Bengkulu. This is important because the value of the history of the art. Transcription of the poem of Sarafal anam displayed in Bengkulu community tradition proves that the text of the Sarafal anam different from Sharf al-anam text is in Arabic tradition. Meanwhile, some of the poems  indicating closeness between Syi?ah and Sunni Islamic tradition. This article also describes three Sarafal anam meaning of art in  Bengkulu society such as: togetherness, beauty, religiousity. The meaning of togetherness with tradition is still upheld in customary of Bengkulu, that is bimbang tradition. While the beauty of this art looks in appearance of the accompaniment of musical instruments like drum when it reached to the stage of a blow "rentak kudo". As well as the religious value of this art representing Malay Islamic art.   Abstraksi  Tulisan ini mengkaji seni Sarafal anam di Bengkulu. Hal ini penting karena nilai sejarah dari kesenian ini. Transkripsi terhadap syair Sarafal anam yang ditampilkan dalam tradisi masyarakat Bengkulu ini membuktikan bahwa teks Sarafal anam tersebut berbeda dengan teks Sharf al-anam yang ada dalam tradisi Arab. Sementara itu, beberapa syair jawabnya mengindikasikan kedekatan antara tradisi Islam Syi?ah dan Sunni. Artikel ini juga menjelaskan tentang tiga makna seni Sarafal anam dalam masyarakat Bengkulu yakni: kebersamaan, keindahan, religiusitas. Makna kebersamaan sejalan dengan tradisi yang masih dijunjung tinggi dalam adat Bengkulu, yakni tradisi bimbang. Sedangkan keindahan tampak dalam penampilan kesenian ini dengan iringan alat musik gendang ketika mencapai tahap pukulan ?rentak kudo?. Demikian juga nilai religius dari kesenian ini menggambarkan kesenian Melayu yang Islami.
"Sakaratul Maut" Karya 'Abd al-Ra'ūf al-Fanṣūrī : Teks Dan Doktrin Sakratulmaut Di Jawi Abad XVII-XVIII Tarobin, Muhammad
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 18 No 2 (2020): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 18 No. 2 Tahun 2020
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.467 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v18i2.827

Abstract

Sakaratul Maut is a Malay translation of Lubb al-Kasyf wa al-Bayān limā yarāhu al-Muḥtaḍar bi al-'Iyān  manuscript by 'Abd al-Ra'ūf ibn 'Alī al-Jāwī al-Fanṣūrī  (d. 1693 AD). A study of this manuscript is important to identify the sakratulmaut doctrine that developed in Jawi in the XVII-XVIII centuries. This study aims to: first, make comparisons of several copies of the Sakaratul Maut manuscripts with the Sakrat al-Maut manuscript collected in Nagara, South Kalimantan which is claimed to be the work of 'Abd al-Ra'ūf ibn 'Alī al-Jāwī al-Fanṣūrī . This was done because contents of the last manuscript was presumed to be different from the existing manuscripts. Second, to identify the sakratulmaut doctrine that developed in the Jawi. Based on the philological approaches, this study finds that: first, based on the study of text structure it is known that the Sakrat al-Maut text in the Nagara collection have many differents content structures from the Sakaratul Maut text by al-Fanṣūrī. Second, a comparative analysis with texts that have existed before and after Sakaratul Maut found that sakratul­maut doctrines in Jawi was conveyed with a narrative classifications of the four and five patterns, namely by connecting four or five colors as representations of creatures accompanied by four or five kinds recitation of zikir. Keywords: Philology; Jawi; Neo-Sufism; Sakratulmaut; Traditional Sakaratul Mautmerupakan naskah terjemahan Melayu dari naskah Lubb al-Kasyf wa al-Bayān limā yarāhu al-Muḥtaḍar bi al-‘Iyān karya‘Abd al-Ra’ūf ibn ‘Alī al-Jāwī al-Fanṣūrī (w. 1693 M). Kajian terhadap naskah ini penting untuk melakukan identifikasi terhadap doktrin sakratulmaut yang berkembang di Jawi pada abad XVII-XVIII. Tulisan ini bertujuan untuk: pertama, melakukan perbandingan atas beberapa salinan naskah Sakaratul Mautdengan naskah Sakrat al-Mautkoleksi Nagara, Kalimantan Selatan yang diklaim sebagai karya ‘Abd al-Ra’ūf al-Fanṣūrī. Hal ini dilakukan karena isi naskah terakhir diduga berbeda dengan naskah-naskah yang telah ada. Kedua, untuk melakukan identifikasi terhadap ajaran sakratulmaut yang berkembang di Jawi. Berdasarkan pendekatan filologi, studi ini menemukan bahwa: pertama, berdasarkan kajian strukturteks diketahui bahwa naskah Sakrat al-Mautkoleksi Nagara memiliki struktur isi yang berbeda dengan naskah Sakaratul Maut karya al-Fanṣūrī. Kedua, analisis perbandingan dengan teks-teks yang telah ada sebelum dan sesudah Sakaratul Maut menemukan bahwa doktrin sakratulmaut di Jawi disampaikan melalui narasi klasifikasi pola empat dan lima, yakni dengan menghubungkan empat ataulima warna sebagai representasi makhluk disertai dengan empat atau lima macam bacaan zikir. Kata Kunci: Filologi; Jawi, Neo-Sufisme; Sakratulmaut; Tradisional.