ABSTRAK Serangan jantung di luar rumah sakit merupakan penyebab utama kematian, dengan frekuensi 67 hingga 170 per 100.000 orang. Tingkat kelangsungan hidup sangat rendah jika saksi mata yang melihat kejadian secara langsung terlambat memberikan pertolongan. Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi bantuan hidup dasar (BHD) kepada remaja untuk meningkatkan pengetahuan remaja menghadapi situasi darurat henti jantung. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini menggunakan metode penyuluhan, demonstrasi, serta praktek RJP pada manekin. Kegiatan didahului pre-test, kemudian dilanjutkan dengan edukasi mengenai materi BHD, demonstrasi resusitasi jantung paru (RJP) pada manekin, praktek langsung RJP pada manekin oleh setiap peserta, diskusi, kemudian diakhiri dengan post-test. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara nilai pre-test dan post-test. Semua peserta mengalami peningkatan nilai post-test dibandingkan dengan nilai pre-test. Nilai rata-rata pre-test adalah 35,19, sedangkan nilai rata-rata post-test adalah 82,96. Uji Wicoxon mendapatkan p-value 0,000 yang menandakan ada perbedaan signifikan antara nilai pre-test dan post-test. Kegiatan edukasi BHD pada remaja di Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara berhasil meningkatkan pengetahuan remaja dalam menghadapi situasi darurat henti jantung. Kata Kunci: Bantuan Hidup Dasar, Remaja, Situasi Darurat, Henti Jantung ABSTRACT Out-of-hospital cardiac arrest is the leading cause of death, with a frequency of 67 to 170 per 100,000 people. The survival rate is very low if bystanders who see the incident directly are late in providing Basic Life Support (BLS). This activity aims to provide BLS education to teenagers to increase their knowledge of dealing with emergency situations of cardiac arrest. This PKM activity uses counseling methods, demonstrations, and cardiopulmonary resuscitation (CPR) practice on mannequins. The activity was preceded by a pre-test, then continued with education regarding BHD material, demonstration of CPR on a mannequin, direct practice of CPR on a mannequin by each participant, discussion, and then ended with a post-test. Evaluation is carried out by comparing the results of the pre-test and post-test. All participants experienced an increase in post-test scores compared to pre-test scores. The average pre-test score was 35.19, while the average post-test score was 82.96. The Wilcoxon test obtained a p-value of 0.000, indicating a significant difference between the pre-test and post-test scores. BLS educational activities for teenagers in Siantan Hilir Village, North Pontianak District, increased teenagers' knowledge in dealing with emergency situations of cardiac arrest. Keywords: Basic Life Support, Teenager, Emergency, Cardiac Arrest