Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MODEL REKONSTRUKSI RUMAH PASCA GEMPA DI YOGYAKARTA DAN KLATEN Handayani, Titi
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.775 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i1.1047

Abstract

The research’s aim is to evaluate the conditions of 2006 post earthquake houses (PEH) in Bantul, Sleman, and Klaten. Evaluation includes building design, structure, and construction management. The characteristics of 13 PEH models are compared to find new better models. There are three types of PEH: core house, earthquake-response house, and fixed house. Core houses is the best choice since it gives opportunities to the users to develop the house suitable to their needs and budget. Three types of structures found are concrete frame, non-concrete frame (wooden, bamboo, and steel frame), and dome. Concrete and steel frames are the best choices in terms of the earthquake response, construction process and development, material availabity, and maintenance. Prefabrication of construction will shorten the construction process. However, dome house is not appropriate related to the climate as well as social and cultural condition of the community. There are three types of construction management: full participation, semi-participation, and no-participation. All types can be applied depend on the condition of the community. The higher the participation level, the better, but it takes more time. The research finds that core house with various alternatives of design development using reinforced concrete structure is the best choice, while the model of construction management more depends on the condition of local communities.Keywords: design, structure, construction management, model developmentAbstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rumah bantuan pasca gempa 2006 di Bantul dan Sleman (DIY) serta Klaten (Jawa Tengah). Evaluasi meliputi desain bangunan, struktur bangunan, dan pengelolaan pembangunan. Metoda komparatif digunakan untuk membandingkan karakteristik 13 model rumah untuk membuat model rekonstruksi yang lebih baik. Ada tiga jenis desain rumah, yaitu: rumah inti, rumah tahan gempa, dan rumah jadi. Rumah inti adalah pilihan yang terbaik karena memberi kebebasan pada penghuni untuk mengembangkan rumahnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan. Ditinjau dari strukturnya ada tiga jenis, yaitu: rangka beton, rangka non-beton (kayu, bambu, dan baja ringan), dan dome. Rangka beton atau baja ringan adalah pilihan terbaik terkait dengan ketahanannya terhadap gempa, kemudahan pengerjaan dan pengembangan, ketersediaan bahan, keawetan, dan kemudahan pemeliharaan. Konstruksi beton prefab akan mempersingkat waktu pengerjaan, sedangkan struktur dome adalah pilihan yang kurang tepat terkait dengan kondisi alam dan sosial budaya masyarakat. Ditinjau dari pengelolaan pembangunannya ada tiga jenis, yaitu: partisipasi penuh, semi-partisipasi, dan tanpa partisipasi. Ketiganya dapat diterapkan sesuai dengan kondisi masyarakat. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat, maka akan semakin baik hasilnya, tetapi membutuhkan waktu lebih banyak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa desain rumah inti dengan berbagai alternatif pengembangan desain yang dibangun dengan struktur beton bertulang merupakan pilihan yang terbaik, sedangkan model pengelolaan pembangunan sangat bergantung pada kondisi masyarakat setempat.Kata kunci: desain, struktur, pengelolaan pembangunan, pengembangan model
Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Desa Jati Wetan Handayani, Titi
Jurnal Educatio FKIP UNMA Vol. 10 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/educatio.v10i1.6576

Abstract

Penelitian ini menginvestigasi dampak pandemi COVID-19 terhadap sistem pendidikan dan pembelajaran, yang mengarah pada pembatasan akses pendidikan secara tatap muka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk memahami persepsi orang tua terhadap pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) di Desa Jati Wetan, Kudus. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan penggunaan angket kepada enam orang tua anak SD. Hasil menunjukkan variasi persepsi terhadap PTM, dari pandangan terbatasnya waktu di sekolah hingga kombinasi pembelajaran di rumah dan di sekolah dengan waktu yang singkat. Orang tua juga menghadapi tantangan, seperti kesulitan mendampingi anak dalam belajar, kendala kuota internet, serta perbedaan kemampuan dalam membimbing anak dalam pelajaran yang sulit. Respon positif juga muncul, di mana orang tua merasa lebih dekat dengan anak dan lebih perhatian dalam keluarga. Angket menunjukkan bahwa orang tua telah aktif mengontrol kegiatan belajar anak selama PTM, membantu menyelesaikan masalah belajar, serta tugas-tugas sekolah. Kesimpulannya, terdapat tantangan yang dihadapi orang tua dalam mendukung PTM, terutama terkait informasi yang diterima, kesulitan dalam mendampingi anak belajar, dan keterbatasan teknologi. Perlu kesadaran lebih tinggi dalam menerima informasi serta upaya yang lebih baik dalam mendukung anak dalam pembelajaran.