Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PRODUKTIVITAS JARING INSANG HANYUT BERDASARKAN WAKTU TANGKAP PAGI DAN SORE DI TELUK AMBON DALAM Delly D P Matrutty; Hansje Matakupan; Welem Waileruny; Lartje Tamaela
Pattimura Proceeding 2020: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2019
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/PattimuraSci.2020.SNPK19.137-145

Abstract

Aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan drift gill net di Teluk Ambon Dalam biasanya dilakukan nelayan pada waktu pagi dan sore hari, tanpa memperhitungkan pengorbanan yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Tujuan penelitian adalah menganalisa komposisi jenis dan ukuran ikan yang tertangkap pada waktu pagi dan sore, dan membandingkan produktivitas penangkapan pada waktu pagi dan sore menggunakan drift gill net. Percobaan penangkapan dilakukan selama 24 trip untuk masing-masing waktu penangkapan. Jumlah jenis dan ukuran ikan dianalisa secara deskriptif, sedangkan perbedaan hasil tangkapan pada waktu pagi dan sore dianalisa dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Analisa produktivitas sumberdaya ikan (SDI) diketahui dengan membandingkan jumlah produksi dan jumlah upaya (trip); produktivitas Tenaga Kerja (TK) dianalisa dengan membandingkan produksi dan jumlah TK; produktivitas waktu dianalisa dengan membandingkan produksi dan lama waktu penangkapan (actual fishing), dan produktivitas pendapatan dianalisa dengan membandingkan nilai produksi dan jumlah TK per trip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 sepesies ditemukan pada waktu pagi, sedangkan 20 spesies pada waktu sore. Persentase individu tertinggi pada waktu pagi adalah spesies Sellaroides dengan panjang rata-rata 21.42 cm TL (total length), sedangkan pada waktu sore adalah spesies Selar dengan panjang rata-rata 19.48 cm TL. Hasil uji terhadap 3 spesies yang mendominasi hasil tangkapan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil tangkapan pada waktu penangkapan pagi dan sore untuk spesies Rastreliger dan Selaroides, sedangkan untuk spesies Selar ada perbedaan, dimana peluang spesies ini tertangkap lebih besar pada waktu sore hari. Produktifitas SDI, produkstivitas TK dan pendapatan TK lebih tinggi pada waktu sore dibandingkan waktu pagi.
MODEL PEMILIHAN UNIT PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BERBASIS TEKNOLOGI DAN EKONOMI DI KOTA AMBON Hansje Matakupan; Welem Waileruny
Pattimura Proceeding 2020: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2019
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/PattimuraSci.2020.SNPK19.159-171

Abstract

Penangkapan ikan pelagis di Kota Ambon oleh nelayan masih berlangsung hingga saat ini dengan menggunakan 7 (tujuh) jenis alat penangkap ikan. Pada umumnya faktor teknologi penangkapan ikan dan ekonomi perikanan merupakan kriteria yang dipertimbangkan oleh nelayan untuk memilih penggunaan unit penangkapan ikan. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk memilih unit penangkapan ikan pelagis yang paling baik digunakan di Kota Ambon. Data lapangan dikumpulkan pada 16 (enam belas) lokasi dengan metode RRA dan PRA juga dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran obyek yang diteliti, serta data sekunder dari berbagai sumber terpercaya. Faktor teknologi penangkapan ikan yang dianalisis adalah daerah penangkapan ikan, alat dan metode penangkapan ikan, dan kapal penangkap ikan. Faktor ekonomi yang dianalisis adalah biaya-biaya dan kriteria investasi. Bila pemilihan unit penangkapan ikan pelagis hanya berdasarkan faktor teknologi saja, maka yang terpilih adalah huhate (pole and line) dengan nilai 0,233. Bila hanya berdasarkan faktor ekonomi saja, maka yang terpilih adalah pancing tangan (hand line) dengan nilai rasio 0,195. Hasil analisis secara keseluruhan berdasarkan faktor teknologi penangkapan ikan dan ekonomi perikanan terhadap 17 (tujuh belas) faktor penentu alternatif unit penangkapan ikan pelagis, menyatakan bahwa huhate (pole and line) adalah unit penangkapan ikan yang terpilih dengan nilai rasio 0,193