Perawat jiwa merupakan salah satu profesi kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan klien gangguan jiwa yang memiliki perilaku berbeda dengan klien biasa. Terdapat pasien gangguan jiwa yang agresif dan terkadang melakukan tindakan kekerasan terhadap perawat. Pekerjaan perawat jiwa lebih monoton dibandingkan perawat bangsal lain, sehingga hal – hal tersebut menyebabkan perawat jiwa lebih mudah mengalami burnout syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian burnout syndrome pada perawat jiwa ruang rawat inap RSJ Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Penentuan sampel menggunakan total sampling sehingga jumlah sampel yaitu 183 perawat jiwa ruang rawat inap RSJ Provinsi Jawa Barat. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory Human Services Survey (MBI-HSS). Hasil data dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah perawat jiwa ruang rawat inap (73,8%) mengalami burnout pada kategori sedang, lebih dari setengah responden (64,5%) mengalami kelelahan emosional pada kategori ringan, lebih dari setengah responden (66,15%) mengalami depersonalisasi pada kategori sedang, dan sebagian besar responden (89,6%) mengalami penurunan pencapaian pribadi pada kategori sedang. Simpulan dari penelitian ini yaitu adanya perawat jiwa ruang rawat inap yang mengalami burnout kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi perawat untuk terus meningkatkan motivasi kerja agar dapat mencegah terjadinya burnout syndrome pada kategori yang lebih tinggi.