Buha Aritonang, Buha
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN SUBORDINASI DAN SEMANTIS DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA DAYAK LUNDAYEH Aritonang, Buha
Aksara Vol 29, No 1 (2017): Aksara, Edisi Juni 2017
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.455 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i1.102.75-87

Abstract

Penelitian ini membicarakan kalimat. Salah satu kalimat dimaksud adalah kalimat majemuk bertingkat yang berkaitan dengan hubungan subordinasi dan semantis. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriftif dengan sampel penelitian bahasa Dayak Lundayeh dialek Tanjung Lapang. Pengumpulan data menggunakan teknik pemancingan dengan pemanfaatan instrumen penelitian. Pengolahan data sintaksis diawali dengan pengklasifikasian data-data sintaksis dan dilanjutkan dengan analisis setiap kelompok data dengan kriteria fungsi, kategori, dan peran terhadap satuan-satuan sintaksis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran umum kehidupan masyarakat Dayak Lundayeh; peringkat, keutamaan, dan wilayah pengunaan bahasa Lundayeh; cara menghubungkan klausa; dan hubungan subordinasi yang dapat menentukan jenis hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat bahasa Dayak Lundayeh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sejarah kehidupan masyarakat Dayak Lundayeh hampir sama dengan masyarakat pribumi yang berdomisili di Pulau Kalimantan yang tergolong sebagai masyarakat yang sangat menghormati tradisi dan budaya nenek moyang; (2) bahasa Lundayeh masuk peringkat ke-15 sebagai bahasa daerah dominan, tergolong sebagai salah satu bahasa daerah utama, dan digunakan di lima kecamatan; (3) cara menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk bertingkat dapat dilakukan dengan hubungan subordinasi; dan (4) hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat/subordinatif ditentukan oleh jenis subordinator yang digunakan dan makna leksikal dari kata atau frasa dalam klausa masing-masing sehingga dikenal sebagai kalimat majemuk bertingkat dengan hubungan semantis waktu bersamaan dengan hubungan subordinator kereb ‘ketika’, syarat/pengadaian dengan subordinator kudeng ‘kalau’; konsesif dengan subordinator agan ‘meskipun’, dan tujuan dengan subordinator fele ‘supaya’. 
Klitik Klausa Pasif Bahasa Manggarai Dialek Barat Buha Aritonang Aritonang, Buha
Buletin Al-Turas Vol. 24 No. 1 (2018): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab and Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/bat.v24i1.7191

Abstract

Clitics is one of the language systems retained in the Western dialect of Manggarai. The clitics in that language is a bound form that phonologically has no stress and its form can not be regarded as a bound morpheme. To analyze it is used clitics theory. The purpose of this study is to describe the type of clitics, the proclitics form, and its manifestation in the passive clause of Western dialect of Manggarai language. The research method used is descriptive-qualitative method. The results of this study indicate that (1) the type of clitics in the Manggarai language of the Western dialect is classified into a prestigious prestigious proclitics, pronominal genetic encryption, and the pronominal enclosure of the subject; (2) the proximal pronounced pronominal form de= alomorfed with d= and belongs to the prestigious pronominal possessive. The form of de proclitics follows the / h / consonant, whereas d= follows the vowel form; proximal pronominal to the proper noun in the form of di=; the name of pronoun is de =, and the name of office (social status) is de =; and (3) the pronominal and genetic encryption of pronominal subjects can be manifested in the construction of the Western Manggarai dialect's passive clause.---Klitik merupakan salah satu sistem bahasa yang terdapat dalam bahasa Manggarai dialek Barat. Klitik dalam bahasa itu merupakan bentuk terikat yang secara fonologis tidak memiliki tekanan sendiri dan bentuknya tidak dapat dianggap sebagai  morfem terikat. Untuk menganalisinya digunakan teori morfologi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis klitik, bentuk proklitik, dan perwujudannya dalam klausa pasif bahasa Manggarai dialek Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) jenis klitik dalam bahasa Manggarai dialek Barat diklasifikasikan menjadi proklitik pronominal posesif, enklitik pronominal genetif, dan enklitik pronominal subjek; (2) bentuk proklitik pronominal posesif de= beralomorf dengan d= dan tergolong sebagai proklitik pronominal posesif. Bentuk proklitik de= mengikuti bentuk berawalan konsonan /h/, sedangkan d= mengikuti bentuk vokal; proklitik pronominal posesif untuk nama diri insan berupa di=; nama diri bukan insan berupa de=, dan nama jabatan (status sosial) berupa de=; dan (3) enklitik pronominal genetif dan enklitik pronominal subjek dapat diwujudkan dalam kontruksi klausa pasif bahasa Manggarai dialek Barat. DOI :  10.15408/bat.v24i1.7191