Banyak penelitian perilaku mendasarkan kesimpulannya pada data yang dikumpulkan lewat kuesioner self-report. Walaupun memiliki berbagai keunggulan dan favorit, metode pengumpulan data ini memiliki kelemahan, yang utama adalah kerentanannya pada bias social desirability (SD). Peneliti perlu mengontrol bias tersebut agar tidak mempengaruhi penarikan kesimpulan penelitian. Salah satu cara untuk mengontrolnya adalah menggunakan alat ukur SD. Penelitian ini memvalidasi alat ukur SD Strahan-Gerbasi (1972) yang sangat populer di kalangan peneliti perilaku (Thompson & Phua, 2005) dengan metode validasi kriteria dan melibatkan dua kelompok responden, Kelompok A dan B. Kelompok A diminta mengisi kuesioner seideal mungkin (SD tinggi), sedangkan Kelompok B diminta mengisi kuesioner tidak seideal mungkin (SD rendah). Hasil validasi menunjukkan bahwa alat ukur ini memiliki validitas yang baik (r = 0,88), kendati salah satu itemnya gugur. Kemudian, alat ukur diuji-cobakan pada sampel karyawan tetap sebuah organisasi untuk pemeriksaan reliabilitas. Hasilnya menunjukkan reliabilitas yang tidak tinggi (r = 0,68), namun dapat diterima mengingat jumlah itemnya yang sedikit. Walaupun terbukti valid, alat ukur ini memiliki berbagai keterbatasan selain reliabilitasnya yang tidak tinggi. Maka juga dibahas berbagai metode untuk mengurangi keterbatasan dan meningkatkan reliabilitas alat ukur ini.Kata kunci: social desirability (SD), metode penelitian self-report, alat ukur, khas Indonesia (indigenous).