Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULLICA) UNTUK MENURUNKAN SALINITAS AIR PAYAU A. Artiningsih; Kasim Kasmuddin
ILTEK : Jurnal Teknologi Vol. 16 No. 01 (2021): ILTEK : Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47398/iltek.v16i01.40

Abstract

Air payau adalah air yang salinitasnya lebih rendah dari pada salinitas rata-rata air laut normal (<35 permil) dan lebih tinggi dari pada 0,5 permil yang terjadi karena pencampuran antara air laut dengan air tawar baik secara alamiah maupun buatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu Menentukan jumlah penambahan optimum kitosan dari cangkang bekicot (Achatina Fulica) untuk mendapatkan penurunan kadar garam air payau terendah dan menentukan waktu optimum pengadukan yang dibutuhkan untuk mendapatkan penurunan kadar garam air payau terendah agar mengetahui potensi penggunakan kitosan dari cangkang bekicot (Achatina Fullica) sebagai absorpben salintas air payau. Kitosan dilarutkan dalam asam asetat 1% dan aquades dengan konsentrasi 1.000 mg / L. Dibuat sampel campuran larutan kitosan dan air payau dengan variasi konsentrasi dari 0 hingga 3.85% volume tetap yaitu 260 ml dan diaduk selama 20 menit. Kadar Salinitas dalam sampel air payau diuji menggunakan alat Salonimeter. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa Kitosan Cangkang Bekicot mampu berperan sebagai absorpben salinity air payau dan ini dibuktikan berdasarkan efisiensi yang dihasilkan pada penurunan salinity sebesar 5,78% untuk kitosan asam asetat 1% dan penurunan salinity sebesar 8,09% untuk kitosan aquadest. Sedangakan untuk lama waktu pengadukan selama 40 menit merupakan waktu pengadukan yang optimum.
Modifikasi Kitosan Dari Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Kitosan Kulit Udang (Penaeus Monodon) Terlapis Pasir Besi Dan Silika Dengan (3-Chloroprophyl) Trimethoxysilane (Cptms) Sebagai Adsorben Magnetik Marwiah Marwiah; Ummu Kalsum; A. Artiningsih
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 1 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i1.8652

Abstract

Karakterisasi adsorben dilakukan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX) serta analisa gugus fungsi dengan FTIR (Fourier Transform Infrared). Berdasarkan hasil FTIR, variasi rasio antara 3-chloropropyltrymethoxysilane (CPTMS) dan Kitosan yaitu (0:4, 1:4, 2:4, 3:4, 4:4) mmol tidak banyak mempengaruhi gugus fungsi dari adsorben magnetik yang dihasilkan karena memberikan spektrum IR dan pita IR yang sesuai dengan vibrasi deformasi amina sekunder yang cukup mirip. Hasil SEM-EDX menunjukkan struktur morfologi permukaan pada rasio 0:4 dan 1:4 cukup homogen, dimana kedua adsorben magnetik tersebut memiliki bentuk yang tidak beraturan dan tidak ada perbedaan morfologi yang signifikan. Komposisi permukaan Fe secara signifikan menurun dan sebaliknya Si meningkat, menunjukkan bahwa permukaan partikel magnetik hampir seluruhnya tertutup oleh lapisan silika. Adsorben sangat stabil dalam larutan asam dengan pH 3 atau lebih tinggi. Semakin tinggi perbandingan CPTMS menyebabkan sedikit peningkatan stabilitas. Uji Adsorpsi dengan sistem Batch terhadap logam as dan Pb dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi adsorbat 5, 10, 20, 30 dan 40 mg/L. Konsentrasi As dan Pb dianalisis menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Efisiensi penyisihan logam As yang didapatkan adalah 18.5−48.7% dan Kapasitas adsorpsi 2,31− 8,21 ug/g, Sedangkan Efisiensi penyisihan untuk logam Pb yang didapatkan adalah 69.5−129.3% dan Kapasitas adsorpsi 1.73− 19.98 ug/g, Dengan demikian perbandingan rasio 1 mmol CPTMS terhadap 4 mmol kitosan pada pH 5 memberikan adsorben magnetik terbaik dalam hal stabilitas dan kapasitas adsorpsi, dimana maksimum adalah 8,21 ug/g untuk logam As dan 19.98 ug/g untuk logam Pb.