This article focuses on the discussion of the “autoethnography” approach, which is a form of qualitative research that has not been widely found in art study. Research using autoethnog- raphy method is a study that aims to understand certain cultural experiences through self-narrative and personal experiences. Criticism for this method is mainly due to its high subjectivity and lack of analysis, has made autoethnography approach is less popular in Indonesia, especially in pho- tography research.Research that examines visuals such as photography generally uses a semiotic approach, so this paper becomes a pre-eleminary research on the use of autoetnography methods in photography research that I am currently doing. This article departs from a literature review of art- based research, which is still underdeveloped in Indonesia art schools. I am trying to map how au- toethnography method is applied in photography study, so that it can become an alternative method that is academic, valid and analytical in art research.Artikel ini membahas fotografi melalui pendekatan autoetnografi yang merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif yang belum banyak ditemukan dalam kajian seni. Penelitian dengan metode autoetnografi merupakan riset yang bertujuan untuk memahami pengalaman budaya tertentu melalui naratif diri dan pengalaman personal. Riset ini menggunakan metode studi kepustakaan melalui pendekatan berbasis seni (art-based research) pada beberapa foto keluarga. Lewat penelitian ini, penulis mencoba memetakan bagaimana metode autoetnografi digunakan dalam kajian fotografi untuk dapat mengungkap peran dan posisi laki-laki sebagai “ayah rumah tangga”. Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa foto keluarga, didapatkan fakta bahwa ayah selalu tampil pada posisi sentral dan dominan serta sejajar dengan ibu meskipun dalam kesehariannya berperan sebagai “ayah rumah tangga”. Hal itu menunjukkan sekaligus mengukuhkan bahwa posisi dan peran ayah di dalam keluarga sejatinya tidak dapat digantikan oleh siapa pun.