Ganjar Andaka
Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengambilan Zat Warna Antosianindari Ekstraksi Kulit Buah Rambutan (Niphelium Lappaceum L)sebagai Pewarna Alami Makanan Pengganti Pewarna Sintetis (Variabel Suhu Ekstraksi dan Waktu Ekstraksi) Dian Erawisti Trishadi; Ganjar Andaka
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman rambutan merupakan tanaman lokal yang banyak ditemukan di Indonesia. Selain memiliki tampilan buah yang menarik, kulit buah rambutan mengandung senyawa antosianin sebagai pigmen yang membuat warna kulitnya merah tua. Pada saat ini penggunaan zat pewarna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pengolahan pangan, khususnya jenis pewarna sintetis, maka dari itu diperlukan pewarna alami pengganti pewarna sintetis.Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti pewarna sintetis adalah kulit buah rambutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan zat warna antosianin dari kulit buah rambutan dan jumlah antosianin yang terekstrak. Penelitian ini dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol dengan perbandingan pelarut yang divariasikan (104.2 mL, 130.2 mL, 156.3 mL, 182.3 mL dan 208.4 mL) dan kecepatan pengadukan yang divariasikan(200 putaran/menit, 300 putaran/menit, 400 putaran/menit, 500 putaran/menit, 600 putaran/menit).pada bahan baku kulit buah rambutan 25 gram, suhu ekstraksi 550C dan waktu ekstraksi 180 menit. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang paling baik yaitu dengan kondisi operasi volume pelarut 156.3 mLdan kecepatan pengadukan 300 putaran/menit dengan jumlah antosianin terekstrak sebesar 19,4 mg. Diharapkan dari hasil penelitian ini zat warna antosianin dari kulit buah rambutan dapat dimanfaatkan sebagi pewarna alami pengganti pewarna sintetis.
PENGAMBILAN MINYAK KELAPA DENGAN MENGGUNAKAN ENZIM PAPAIN (VARIABEL WAKTU INKUBASI DAN BERAT ENZIM) Karomatul Fitri; Ganjar Andaka
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 2 (2017): September 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar. Minyak kelapa merupakan bagian yang berharga dari buah kelapa dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri atau sebagai minyak goreng. Pengambilan minyak dari daging buah kelapa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: cara basah, pres, dan ekstraksi pelarut. Salah satu cara yang berkembang saat ini yaitu pengambilan minyak kelapa cara basah dengan metode enzimatis. Salah satu enzim yang dapat digunakan yaitu enzim papain. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil minyak kelapa dari buah kelapa dengan metode enzimatis. Adapun variabel yang dipelajari yaitu berat enzim dan waktu inkubasi yang optimal pada pengambilan minyak kelapa dengan enzim papain. Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan berbagai variabel waktu yaitu 14 sampai 24 jam, dan berat enzim (1, 1,5, 2, 2,5, dan 3 g) diperoleh kondisi optimum yang dicapai yaitu waktu inkubasi selama 19 jam dan berat enzim papain 2 gram dengan jumlah minyak yang terambil sebanyak 30 mL.
PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI RIMPANG TEMULAWAK DENGAN PROSES EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT N-HEKSAN (Variabel Volume Pelarut dan Waktu Ekstraksi) Dwiki Novendratama; Ganjar Andaka
Jurnal Inovasi Proses Vol. 7 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jip.v7i2.4225

Abstract

Temulawak (Curcuma xantorrhiza Roxb.) merupakan salah satu jenis tanaman obat penting yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia. Rimpang temulawak mengandung zat kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa dan minyak. Di antara komponen tersebut yang paling banyak kegunaannya adalah pati, minyak atsiri dan kurkuminoid. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jumlah volume pelarut dan waktu ekstraksi dalam pengambilan minyak temulawak dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan. Temulawak dengan ukuran yang sudah terbentuk serbuk disiapkan. Kemudian serbuk temulawak ditimbang sebanyak 100 g untuk dilakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan dengan jumlah volume pelarut yang digunakan sebagai variabel sebanyak 300 - 500 mL dengan suhu yang digunakan 60-62oC dan kecepatan pengadukan yang digunakan 300 rpm selama 120 menit. Sedangkan untuk variabel waktu ekstraksi digunakan waktu selama 60-180 menit, dengan jumlah volume pelarut n-heksan sebanyak 500 mL. Setelah sampel selesai di ekstraksi, selanjutnya hasil ekstraksi difiltrasi. Hasil dari filtrasi kemudian dilakukan proses distilasi hingga didapatkan minyak yang tertinggal di labu distilasi (residu) dan sudah tidak ada yang menetes lagi di penampung hasil distilasi (distilat). Sampel dituang ke dalam botol penampung yang sudah diketahui beratnya. Sehingga dapat diketahui berat sampel yang terambil untuk mencari persentase minyak terambil. Dari hasil penelitian dengan jumlah bahan 100 g didapatkan bahwa semakin banyak jumlah volume pelarut yang digunakan maka persentase randemen semakin banyak dan semakin lama waktu ekstraksi maka persentase randemen semakin banyak juga. Pada variabel jumlah volume pelarut didapatkan jumlah volume pelarut yang optimal pada 500 mL n-heksan dengan persentase randemen sebesar 13,3%. Sedangkan untuk variabel waktu ekstraksi didapatkan kondisi optimal pada lama waktu ekstraksi 150 menit dengan persen minyak terambil sebesar 14%.