Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FIKIH SUFISTIK DALAM RISALAH RASAM PARUKUNAN Harisuddin, Ahmad
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 9, No 1 (2010)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.55 KB) | DOI: 10.18592/al-banjari.v9i1.918

Abstract

Dilatarbelakangi pentingnya holistisitas ilmu dalam Islam, tulisan ini bermaksud menganalisis pendekatan sufistik dalam Risalah Rasam Parukunan karya Tuan Guru Haji Abdurrahman bin Muhammad Ali Sungai Banar Amuntai. Kajian ini menemukan bahwa muatan tasawuf yang terkandung dalam Rasam Parukunan sangat bercorak akhlaki. Di antara contohnya yang penting adalah ketika penulis menguraikan konsep sembahyang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara makna sembahyang syariat, sembahyang thariqat, dan sembahyang hakikat sehingga suatu perbuatan sembahyang itu dapat dikatakan sempurna yang disebut sembahyang makrifat. Dengan begitu, tasawuf merupakan satu aspek inheren dalam setiap pelaksanaan ibadah lahir, yakni sebagai bentuk pelaksanaan ibadah batinnya. Ajaran semacam ini tentunya lebih dapat diterima secara lebih luas di kalangan umat Islam. Bahkan, tasawuf akhlaki yang tertuang sebagai indikator keimanan dan keislaman dalam rasam sangat efektif digunakan pada level individu sebagai wahana evaluasi diri (muhasabah al-nafs), meskipun kurang efektif jika digunakan sebagai indikator sosial untuk mengukur tingkat keberagamaan umat Islam.
FIKIH SUFISTIK DALAM RISALAH RASAM PARUKUNAN Harisuddin, Ahmad
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 9, No 1 (2010)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.55 KB) | DOI: 10.18592/al-banjari.v9i1.918

Abstract

Dilatarbelakangi pentingnya holistisitas ilmu dalam Islam, tulisan ini bermaksud menganalisis pendekatan sufistik dalam Risalah Rasam Parukunan karya Tuan Guru Haji Abdurrahman bin Muhammad Ali Sungai Banar Amuntai. Kajian ini menemukan bahwa muatan tasawuf yang terkandung dalam Rasam Parukunan sangat bercorak akhlaki. Di antara contohnya yang penting adalah ketika penulis menguraikan konsep sembahyang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara makna sembahyang syariat, sembahyang thariqat, dan sembahyang hakikat sehingga suatu perbuatan sembahyang itu dapat dikatakan sempurna yang disebut sembahyang makrifat. Dengan begitu, tasawuf merupakan satu aspek inheren dalam setiap pelaksanaan ibadah lahir, yakni sebagai bentuk pelaksanaan ibadah batinnya. Ajaran semacam ini tentunya lebih dapat diterima secara lebih luas di kalangan umat Islam. Bahkan, tasawuf akhlaki yang tertuang sebagai indikator keimanan dan keislaman dalam rasam sangat efektif digunakan pada level individu sebagai wahana evaluasi diri (muhasabah al-nafs), meskipun kurang efektif jika digunakan sebagai indikator sosial untuk mengukur tingkat keberagamaan umat Islam.
Islamic Spiritual Education in the Tradition of Bapalas Bidan In Banjar Tribe, Indonesia Harisuddin, Ahmad
Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan Dinamika Ilmu Vol 21 No 1, June 2021
Publisher : IAIN Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21093/di.v21i1.3050

Abstract

The multidimensional crisis that encourages the importance of developing a spiritual education model based on ethnopedagogy is the background of this research. The goal is to find the content of Islamic spiritual education in the tradition of bapalas bidan or batapung tawar, which is a rite of passage for the early life stage of the Banjar tribe. This qualitative research used an ethnometodological design in the Banjar Hulu and Banjar Batang Banyu areas represented by Hulu Sungai Selatan and Tapin Districts, with criteria-based subjects, combined quouta types and comparisons between cases. Data were collected by engaging observation and in-depth interviews; analyzed by modification of Spradley's cyclic model, which checked its validity according to the degree of trust, transferability, dependence, and certainty. This study found that the tradition of bapalas bidan can be categorized as a form of spiritual education based on the religion of Islam. At a philosophical level, this tradition symbolizes the trilogical relationship: God-man-nature through a process of meaning in the form of tabarruk and tafâ'ul towards the ideal Banjar personality, namely baiman, bauntung, and batuah. Psychologically, this tradition is an expression of gratitude and moral responsibility to prepare an initial environment that is conducive to human spiritual development. As for theoretical education, this tradition describes the transfer of knowledge and spiritual transfer of values which is supported by the findings of neuroscience so that it can be reconstructed in ethnopedagogy-based learning models.