Article Per Year (5 Year)
p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal MILLATI: Journal of Islamic Studies and Humanities Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism Islamika Inside: Jurnal Keislaman dan Humaniora At-Tafkir
Ayis Mukholik, Ayis
Unknown Affiliation
Religion Arts Humanities Law, Crime, Criminology & Criminal Justice Social Sciences Other

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

 1 
HUMAN SPIRITUALITY PHASES IN SUFISM The Study of Abu Nasr Al-Sarraj in The Book of al-Luma' Mukholik, Ayis
Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Humaniora - UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/tos.v6i1.1699

Abstract

This study discusses the phases that human beings must go through to achieve a noble degree in the sight of God. In Sufism, this topic is known as maqamat and ahwal. Maqamat is the spiritual position, that is, the existence of a person in the way of Allah by trying to practice the deeds to be closer to Allah. While ahwal is a condition or spiritual circumstance within heart bestowed by God because of the intensity of the dhikr (remembering God). To reach the highest level (ma'rifatullah), it can not be reached in a way that is easy and short time. Man must try to empty himself from sin and fill it with good deeds. For only with a holy soul, God gives much of His knowledge. This paper aims to describe and analyze the stages of human spirituality in the book of a classic Sufi figure, Abu Nasr Al-Sarraj. Through inner experience, Sarraj formulated the concept of being close to God. This thought is based on the social conditions of society at that time concerning with material matters rather than spiritual ones. Therefore, the question is how the spiritual phases should be achieved by Al-Sarraj? To answer this question, the researcher uses a qualitative method by examining the text and analyzing it to find the sequences of phases. The result of this research is that Al Sarraj formulates 7 levels of maqam and 9 levels ahwal. Humans who can run the phase are classified into Insan Kamil (perfect human) because there is no distance between him and God.
HERMENEUTIKA QURAN REFORMIS Mukholik, Ayis
At-Tafkir Vol 9 No 1 (2016): Vol. 9 No 1 Juni 2016
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini memiliki tiga kata kunci yang menjadi pokok kajian, yaitu Metodologi Quran Reformis, Biografi Penyusun Quran Reformis dan makna Islam dalam Quran Reformis. Terdapat kelompok muslim progresif, mereka adalah Edip Yuksel, Layth Saleh al-Shaiban dan Martha Schulte-Nafeh yang menggagas Qur’ān: A Reformist Translation. Karya unik ini berupaya memecahkan persoalan yang dihadapi Islam tersebut dengan menggabungkan antara pemikiran kontemporer dan tekstualitas al-Qur’ān. Mereka mempunyai orientasi yang searah dalam hal pembaharuan Islam. Hidup di dunia kontemporer dan sering bersinggungan dengan isu-isu Barat, mengarahkan pemikirannya banyak merespon realitas modern dan berusaha untuk mendialogkan antara Islam dan Barat.Mereka memberikan paradigma baru tentang pendekatan yang digunakan untuk menafsirkan al-Quran yaitu Cross-reference (referensi silang terhadap Bible). Mereka membuka peluang terhadap Bible (Kitab Samawi)  untuk digunakan sebagai salah satu hujjah yang mempunyai otoritas dalam kegiatan interpretasi. Hal ini bertujuan agar al-Quran tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Islam secara internal, namun agar dibaca oleh penganut agama lainnya. Hal ini dapat membuka kran dialogis dan inklusif. Salah satu implementasi produk tafsir mereka tentang islam adalah, islam merupakan sebuah konsep tentang mindset dan tindakan. Orang dengan agama dan aliran apapun selama mereka masih mendedikasikan diri kepada Tuhan, percaya kepada hari akhir, dan berbuat kebaikan, maka mereka layak untuk disebut sebagai muslim. Dengan paradigma seperti ini maka mereka dengan tegas membuka kembali tabu keagamaan yang semula eksklusif dan sektarian, menjadi inklusif dan pluralis.
HERMENEUTIKA QURAN REFORMIS Mukholik, Ayis
At-Tafkir Vol 9 No 1 (2016): Vol. 9 No 1 Juni 2016
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini memiliki tiga kata kunci yang menjadi pokok kajian, yaitu Metodologi Quran Reformis, Biografi Penyusun Quran Reformis dan makna Islam dalam Quran Reformis. Terdapat kelompok muslim progresif, mereka adalah Edip Yuksel, Layth Saleh al-Shaiban dan Martha Schulte-Nafeh yang menggagas Qur??n: A Reformist Translation. Karya unik ini berupaya memecahkan persoalan yang dihadapi Islam tersebut dengan menggabungkan antara pemikiran kontemporer dan tekstualitas al-Qur??n. Mereka mempunyai orientasi yang searah dalam hal pembaharuan Islam. Hidup di dunia kontemporer dan sering bersinggungan dengan isu-isu Barat, mengarahkan pemikirannya banyak merespon realitas modern dan berusaha untuk mendialogkan antara Islam dan Barat.Mereka memberikan paradigma baru tentang pendekatan yang digunakan untuk menafsirkan al-Quran yaitu Cross-reference (referensi silang terhadap Bible). Mereka membuka peluang terhadap Bible (Kitab Samawi)  untuk digunakan sebagai salah satu hujjah yang mempunyai otoritas dalam kegiatan interpretasi. Hal ini bertujuan agar al-Quran tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Islam secara internal, namun agar dibaca oleh penganut agama lainnya. Hal ini dapat membuka kran dialogis dan inklusif. Salah satu implementasi produk tafsir mereka tentang islam adalah, islam merupakan sebuah konsep tentang mindset dan tindakan. Orang dengan agama dan aliran apapun selama mereka masih mendedikasikan diri kepada Tuhan, percaya kepada hari akhir, dan berbuat kebaikan, maka mereka layak untuk disebut sebagai muslim. Dengan paradigma seperti ini maka mereka dengan tegas membuka kembali tabu keagamaan yang semula eksklusif dan sektarian, menjadi inklusif dan pluralis.
Nalar Sufistik dan Satire Nashruddin Hodja dalam Sastra Hikayat Jenaka Hefni, Wildani; Mukholik, Ayis
Islamika Inside: Jurnal Keislaman dan Humaniora Vol 7 No 2 (2021): DESEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/islamikainside.v7i2.159

Abstract

Abstract: This article explores the Sufistic thoughts of Nashruddin Hodja with a focus on the study of the moral and spiritual messages analyze which contained in the works of comical tales. One of humorous Sufis who implemented his Sufism work is Nashruddin Hodja. He used this approach to educate the public and criticize the unjust rulers at the time of the 13th-century Mongol invasion of Turkey. The primary source of this research is a book written by Hodja under the title The Turkish Jester or The Pleasantries of Cogia Nasr Eddin Effendi: 1984. The researchers used qualitative methods analyzed using Schleiermacher's hermeneutic approach, which is grammatical interpretation and psychological interpretation. The result of this research indicates Nashruddin Hodja has Sunni Sufistic thought in terms of text and his psychology. The topics raised are human attitudes to God, individual and social ethics. Then the result can be formulated as a new approach in Sufism likes purifying the soul and fostering morals with an esoteric humorous nuance.
Emha Ainun Nadjib's Qur'an Reception on Maiyah Community Mukholik, Ayis
Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 7, No 2 (2022): Decolonization of Islamic Thought, Social and Humanities Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/mlt.v7i2.7046

Abstract

This study is aimed to depict Emha Ainun Nadjib's reception of the Qur’an in a religious forum, Maiyah. This research is important to be discussed because Maiyah is an effective forum for transforming religious knowledge, especially the study of the Qur'an to his followers. The researcher uses qualitative research using an anthropological approach. Then, sources of the data were obtained from observations at the Maiyah Islamic forum which was held once a month. The researcher was directly involved in the Maiyah forum to observe Cak Nun and his followers' reception of the Qur'an. Ahmad Rafiq's theory which divides the reception of the Qur'an into three: exegetical reception, aesthetic reception, and functional reception is used to frame the direction of this research. The results of this study are as follows. First, exegetically, Cak Nun and followers of The Maiyah Community perceive the Qur'an as a strategic method of understanding the Qur'an which is comprehended and fit to the general people. Second, aesthetically, the Qur'an in Maiyah is displayed in recitations of the Qur'an and written works of mushaf tadabur which are expressions of Islamic art. Third, functional reception is seen through spiritual and intellectual transformation for followers.
Co-Authors Wildani Hefni