Frangky E. Kaparang
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kajian tentang intensitas cahaya dan konsumsi bahan bakar lampu gas LPG Greis S. Daruit; Frangky E. Kaparang; Fransisco P.T. Pangalila
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 5: Juni 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.5.2014.5795

Abstract

Pemanfaatan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak ditemukannya lampu listrik, akan tetapi minimnya ketersedian BBM menjadi faktor yang mempengaruhi operasi penangkapan ikan. Lampu gas berbahan bakar LPG telah hadir dipasaran sebagai alternatif pengganti lampu gas berbahan bakar minyak tanah. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang lampu gas ini dengan tujuan untuk membandingkan intensitas cahaya dan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan oleh lampu gas berbahan bakar LPG dengan menggunakan 3 (tiga) ukuran kaos lampu yang berbeda. Kaos lampu A (700-800 c.p.) memiliki nilai intensitas cahaya rata-rata sebesar 83 lux, kaos lampu B (500-600 c.p.) sebesar 74 lux dan kaos lampu C (300-400 c.p.) sebesar 37 lux. Konsumsi bahan bakar selama tiga hari untuk kaos lampu A rata-rata sebesar 733 g, kaos lampu B sebesar 766 g dan kaos lampu C sebesar 800 g. Kaos lampu A memiliki nilai intensitas cahaya yang lebih tinggi dari kaos lampu B dan kaos lampu C, serta memiliki nilai konsumsi bahan bakar paling sedikit.
Pengukuran tingkat kebisingan pada kapal ikan KM. Sumber Jaya (pukat cincin) bermesin tempel di perairan Teluk Manado Otniel T. Usior; Fransisco P.T. Pangalila; Frangky E. Kaparang
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6176

Abstract

Kapal purse seine bermesin tempel memiliki mesin penggerak utama maupun alat bantu menarik jarring. Hal ini menyebabkan timbulnya kebisingan yang disebabkan oleh getaran pada mesin kapal tersebut sewaktu dioperasikan. Tingkat kebisingan ini mempengaruhi tingkat kenyamanan dan kesehatan pendengara ABK dan nelayan sewaktu bekerja maupun jam istirahat. Untuk itu dilakukan pengukuran tingkat kebisingan di kapal ikan yang nantinya akan bandingkan dengan tingkat kebisingan yang diizinkan Departemen Kesehatan adalah 80 dB. Penelitian ini bersifat deskriptif dan experiment. Pengumpulan data tingkat kebisingan ini dilakukan pada kondisi sebagai berikut: perjalanan ke fishing ground, melepaskan alat (setting), menarik alat (hauling), kembali ke pangkalan. Pengambilan data kebisingan diukur pada tiap-tiap titik 1m yang berbeda di kapal dan tinggi sound desibel meter adalah 1 meter dari kapal. Data dianalisis dengan mengambarkan pola penyebaran kebisingan dengan mengunakan Software  Surver 10. Gambaran kondisi kebisingan akan dibandingkan dalam beberapa kondisi yang diukur. Dari pola penyebaran kebisingan tersebut akan terlihat daerah mana yang melebihi nilai ambang batas kebisingan. Penelitian dilaksanakan di kapal ikan pukat cincin kecil KM. Sumber Jaya yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Agustus sampai bulan Oktober 2014. Tingkat kebisingan yang tertinggi pada saat menuju ke fishing ground berada sebesar 97,8 dBdan nilai terendah  sebesar 48,7 dB.Tingkat kebisingan yang tertingggi pada saat alat tangkap dilepas berada sebesar 89,9 dB dan terendah sebesar 30,0 dB.Tingkatkebisingan yang tertinggi pada kondisialat tangkap ditarik sebesar 77,64 dB dan terendahsebesar 31,7 dB.Tingkat kebisingan yang tertinggi pada saat kembali ke Fishing basesebesar 99,7 dB, dan terendah sebesar 51,7 dB.
Hubungan jenis pelumas dengan suhu mesin induk KM. Tuna Lestari 16 Musthaqim Massora; Frangky E. Kaparang; Fransisco P.T. Pangalila
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6937

Abstract

Minyak pelumas adalah zat cair yang digunakan sebagai pelumas dalam suatu mesin untuk mengurangi keausan akibat gesekan, dan sebagai pendingin serta peredam suara, akan tetapi suhu yang tinggi pada mesin akan merusak daya lumas. Apabila daya lumas berkurang, maka gesekan akan bertambah dan selanjutnya panas yang timbul akan semakin banyak sehingga suhu terus meningkat. Berbagai jenis pelumas banyak dipasarkan. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan jenis pelumas dengan suhu mesin untuk membandingkan jenis pelumas mana yang dapat mempertahankan suhu mesin dengan baik dengan mengggunakan 3 jenis pelumas yang berbeda pada sebuah mesin induk. Untuk jenis pelumas MS, suhu pada kepala silinder relatif stabil dengan tidak mengalami perubahan suhu yang signifikan, pada blok silinder suhu mengalami perubahan pada pertengahan waktu tetapi pada akhir pencatatan suhu blok silinder mengalami penurunan suhu dari awal 63°C ke 62°C sedangkan pada suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-4 mengalami penaikan suhu sebanyak 4°C, tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 50°C. Untuk pelumas jenis JD, suhu pada kepala silinder relatif naik turun walaupun di jam terakhir kembali pada suhu awal. Pada blok silinder suhu mengalami kenaikan suhu sampai di jam terakhir sedangkan pada suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-4 mengalami penaikan suhu sebanyak 5°C tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 55°C. Untuk jenis pelumas CS, suhu pada kepala silinder relatif stabil walupun mengalami kenaikan suhu pada jam ke-5 tetapi pada akhir pencatatan suhu kembali ke awal. Pada blok silinder suhu mengalami penurunan yang tidak terjadi pada dua jenis pelumas sebelumnya, sedangkan suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-5 mengalami penaikan suhu sebanyak 4°C tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 50°C.
Studi ketertarikan ikan di keramba jaring apung terhadap warna cahaya lampu di perairan Sindulang I, Kecamatan Tuminting, Kota Manado Felix Urbasa; Frangky E. Kaparang; Henry J. Kumajas
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2: Edisi Khusus: Januari 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.0.2015.7020

Abstract

Pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan sesungguhnya sangat berkaitan dengan upaya nelayan dalam memahami perilaku ikan dan merespon perubahan lingkungan yang ada disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketertarikan ikan terhadap warna cahaya lampu yang berbeda, mempelajari jenis ikan dan bentuk gerombolan ikan yang tertarik pada warna cahaya lampu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Perairan Sindulang I, Kecamatan Tuminting Kota Manado. Pengamatan pada keramba jaring apung dilakukan secara langsung dan dengan menggunakan kamera. Untuk mengukur intensitas cahaya di dalam air maka, sensor lux meter dimasukkan dalam tabung kecil ukuran tinggi 5 cm lalu dicelupkan kedalam air sedalam 4 cm. Pada penelitian ini digunakan empat lampu LED modifikasi bawah laut. Ikan lebih tertarik pada warna putih dan hijau dibandingkan dengan warna biru dan merah. Warna yang paling disukai adalah warna putih.
Bathimetri di perairan pantai depan Sungai Bahu, Kecamatan Malalayang, Manado Wandasari Hamid; Frangky E. Kaparang; Heffry V. Dien
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8334

Abstract

ABSTRACT The word bathymetry come from the Greek. Bathy is depth and metry is the science of measurement. So bathymetry can be defined as the science of measuring and mapping the bottom of waters. It is necessary to have accurate data about the physical state of the waters like shape of the coastline, tidal height and the shape of seabed. So that the objectives of this study are: to map the shape of the coastline, the state of tides and to describe the contours of the seabed. Collecting data using a water depth transect pattern normal to coastline. Tidal height measured using a tide pole. Results showed that the length of the surveyed coastline was 1,327 meters stretching from position 1027'39.9 "-124049'13.7" N to 1027'34.0 "-124049'03.0" E. Sea level at high tide was 204 cm high at 05.00 pm and low tide (10 cm) occurred at 00.00 pm. Seabed of Malalayang coastal waters has two basic forms; at north the depth was more than 100 m and the contour was very steep, while at northwest of the study location had the depth of less than 100 m and shape sloping beaches with contour lines rather far apart. Keywords: bathymetry, Bahu River, Malalayang District   ABSTRAK Kata bathimetri berasal dari bahasa Yunani yaitu Bathy adalah kedalaman dan metry ialah ilmu tentang pengukuran. Sehingga Bathymetri dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang pengukuran dan pemetaan dasar perairan. Untuk itu diperlukan data yang akurat tentang keadaan fisik perairan seperti bentuk garis pantai, pasang surut kedalaman perairan dan bentuk dasar laut. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: untuk memetakan bentuk garis pantai, keadaan pasang surut dan menggambarkan kontur dasar laut. Survei dilakukan dengan menggunakan metode sounding. Pengambilan data kedalaman perairan mengikuti pola transek yang tegak lurus garis pantai. Tinggi pasang surut diukur dengan palem pasut. Hasil penelitian bahwa panjang garis pantai lokasi penelitian adalah 1.327 meter yang terbentang dari posisi 1027’39.9”-124049’13.7” LU sampai1027’34.0”-124049’03.0” BT. Tinggi permukaan air laut pada saat pasang tertinggi yaitu 204 cm pada pukul 17.00 WITA dan surut terendah (10 cm) terjadi pada pukul 00.00 WITA. Keadaan dasar perairan di pantai Malalayang memiliki 2 bentuk dasar perairan yakni dibagian utara memiliki tingkat kedalaman yang lebih besar dari 100 meter dan bentuk pantainya adalah lereng terjal dengan garis kontur yang berdekatan, sedangkan barat laut dari lokasi penelitian memiliki tingkat kedalaman yang kurang dari 100 meter dan bentuk pantainya landai dengan garis kontur yang agak berjauhan. Kata-kata kunci: bathimetri, Sungai Bahu, Kecamatan Malalayang
Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Andie Murtono; Patrice N.I. Kalangi; Frangky E. Kaparang
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 2: Desember 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.2.2015.10114

Abstract

Ikan adalah bahan organik yang sebagian besar sel penyusunannya terdiri atas enzim dan protein. Kedua zat ini merupakan media perkembang-biakan yang sangat baik bagi bakteri pembusuk. Setelah ditangkap, ikan harus diberi perlakuan tertentu untuk menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meletakkan ikan pada wadah atau ruang yang dingin yaitu cold storage. Tujuan penelitian adalah 1) menghitung besar kapasitas penyimpanan cold storage; 2) menghitung besar beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur. Kapasitas cold storage sesuai perhitungan dalah 123,5 ton tetapi yang digunakan hanya sampai 120 ton. Mesin pendingin melakukan 4 kali defrost secara otomat dalam sehari, masing-masing tiap setengah jam. Lama waktu mesin pendingin beroperasi (running time) dalam 1 hari adalah 22 jam. Total beban pendingin yang dibutuhkan adalah 82.717,32 Btu/hr. Kata-kata kunci: tuna, kapasitas, beban pendingin, cold storage, Bitung
Studi tentang kesehatan dan keselamatan kerja di atas kapal pole and line yang berpangkalan di Aertembaga Bitung (Study on health and safety on pole and liner based in Aertembaga Bitung) Yohanis Kalu; Frangky E. Kaparang; Vivanda O.J. Modaso
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 6 (2017): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.6.2017.17000

Abstract

Pole and line, an environmentally friendly fishing gear is important to support people's living needs. Many tools and materials are found as a result of technologi cal advances, but the teknology can be detrimental if not handled properly. In a fishery business, if less careful in the care and work resulting souls become victims, accidents do not happen by itself but there is a cause.  This study aims to analyze the application of study on health and safety, to know the availability and maintenance system of health and safety tools. This study used case study method, took 5 ships randomly as sample and data source, both qualitative and quantitative. Processed in tables, and compare the availability of health and safety in each vessel according to the regulation of the safety of life at sea (SOLAS).  Occupational safety equipment (A) is almost available on all ships. The buoy equipment (B) is also almost available on all ships except life raft only on 3 ships. Communication equipment (C) HF radio and state flags are available on all ships, while signal flag are only on 3 boats, firefighters (D) are available on all ships. hose, pump, hydrant and nozle are not available.In general, the application of study on health and safety on pole and line ship has not fulfilled SOLAS requirement.Keywords: health, safety,  pole and liner. ABSTRAKPole and line alat tangkap ramah lingkungan penting menunjang kebutuhan hidup masyarakat. Banyak alat dan bahan ditemukan sebagai hasil kemajuan teknologi, tapi kemajuan dapat merugikan bila tidak ditangani dengan baik. Pada usaha perikanan, jika kurang teliti dalam perawatan dan pekerjaannya mengakibatkan jiwa menjadi korban, kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada penyebabnya. Penelitian ini bertujuan menganalisa penerapan kesehatan dan keselamatan, mengetahui ketersediaan dan sistem pemeliharaan alat kesehatan dan keselamatan kerja. Penelitian ini menggunakan metode studikasus,mengambil5 kapal secara acak sebagai sampel dan sumber data, baik kualitatif maupun kuantitatif. Diolah dalam tabel, dan dianalisis membandingkan ketersediaan kesehatan dan keselamatan dari masing-masing kapal sesuai ketentuan safety of life at sea (SOLAS).  Alat keselamatan kerja (A) hampir tersedia di semua kapal, Peralatan pelambung (B) juga hampir tersedia di semua kapal. Untuk life raft hanya di 3 kapal. Peralatan komunikasi (C) HF radio dan bendera negara tersedia di semua kapal, sedangkan bendera isyarat hanya di 3 kapal, pemadam kebakaran (D) tersedia di semua kapal, sedangankan selang, pompa,  hidran dan nozle tidak tersedia. Secara umum penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di kapal pole and line belum memenuhi peryaratan SOLAS.Kata-kata kunci: kesehatan, keselamatan, pole and liner.