Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERILAKU HARIAN ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi) DI KANDANG REHABILITASI PUSAT KONSERVASI ELANG KAMOJANG GARUT Nurhayati Nurhayati; Iing Nasihin; Nurdin Nurdin
Journal of Forestry And Environment Vol 5, No 2 (2022): Journal of Forestry and Environment
Publisher : Faculty of Forestry and Environment, Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/jfe.v5i2.9045

Abstract

This research was done to find out the Javan eagle's daily habits, how long the rehabilitation process takes, and what factors influence the effectiveness of the procedure. The ad libitum approach is employed in this study, and every motion will be documented. Two birds with the names Mario and Tegar were the subject of the study. Compared to the Tegar individual, Mario, the Javan eagle, exhibits a behavior that is 51% more typical. The rate of hunting behavior is 51% in Mario individuals compared to 49% in Tegar individuals, which is higher. Mario people exhibit less social behavior than Tegar people: their respective rates are 49% and 51%, respectively. Hunting prowess and social behavior both necessary for life in the wild are the key elements in determining rehabilitation success. The process of rehabilitation is greatly influenced by environmental variables as well. The Javan eagle's rehabilitation will be interfered with by the volume of human activity near its cage. Mario and Tegar are still not ready to be released into the wild and still require rehabilitation because of some undesirable behaviors; if the eagle is released into the wild, it is anticipated.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku harian elang jawa, berapa lama waktu proses rehabilitasi dan faktor apa saja yang menjadi penentu keberhasilan. Metode yang digunakan yaituadlibitum, setiap pergerakan dicatat. Elang jawa yang diteliti berjumlah dua individu dengan nama Mario dan Tegar. Persentase perilaku berburu Tegar lebih kecil dari persentase berburu Mario yaitu 49% sedangkan Mario 51%. Persentase perilaku sosial Tegar lebih besar dari persentase sosial Mario yaitu sebanyak 51% sedangkan Tegar 49%. Persentase perilaku umum tegar lebih kecil dari persentase perilaku Mario yaitu sebanyak 49% sedangkan Mario 51%. Variabel yang jadi penentu kelayakan pelepasliaran yaitu kemampuan berburu dan perilaku sosial. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada proses rehabilitasi, banyaknya aktifitas manusia di sekitar kandang akan menghambat proses rehabilitasi. Mario dan Tegar masih belum siap dilepasliarkan dan masih membutuhkan waktu untuk proses rehabilitasi karena masih ada beberapa perilaku yang belum baik
Kebijakan dan Implementasi Manajemen Pembiayaan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Nurhayati Nurhayati; Pupu Saeful Rahmat
Journal of Economics and Business UBS Vol. 12 No. 4 (2023): Special Issue
Publisher : UniSadhuGuna Business School

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52644/joeb.v12i4.314

Abstract

Kebijakan selalu dikaitkan dengan publik. Kebijakan Publik (Bahasa Inggris: Public Policy) adalah keputusan yang mengikat bagi masyarakat pada tingkat strategis atau garis besar yang dibuat oleh pihak berwenang publik. Sementara itu, manajemen adalah proses keseluruhan dalam melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan atau diputuskan sebelumnya. Jadi, manajemen adalah instrumen pengaturan organisasi. Pembiayaan pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai biaya yang harus tersedia dan diperlukan dalam melakukan pendidikan untuk mencapai visi, misi, tujuan, objektif, dan strategi yang telah ditentukan. Pembiayaan pendidikan diperlukan untuk pengadaan gedung, infrastruktur dan peralatan, bimbingan, gaji guru, gaji karyawan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan peningkatan mutu yang berkelanjutan (continuos quality improvement). Hal ini merupakan formula atau pendekatan yang seharusnya menjadi paradigma Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management, SBM). Melalui pendekatan peningkatan mutu yang berkelanjutan diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya kualitas pendidikan yang tidak hanya mengandalkan pendekatan konvensional, tetapi memerlukan pendekatan untuk mengoptimalkan sumber daya dan dana. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan peningkatan mutu yang efektif, efisien, kreatif, dan inovatif. Arah pendekatan peningkatan mutu ini mengarahkan sekolah untuk mengenali dan menerapkan Total Quality Management (TQM). TQM adalah manajemen mutu terpadu yang dilakukan oleh setiap tingkat manajemen dan di dalam sistem/organisasi institusi dengan tujuan untuk memberikan layanan yang memuaskan kepada pelanggan/pengguna. Dengan demikian, setiap sekolah harus mengoptimalkan manajemennya untuk meningkatkan cakupan mutu. Keberhasilan manajemen sekolah terdiri dari empat hal, yaitu: (1) Siswa puas dengan pelayanan sekolah, (2) Orang tua puas dengan pelayanan terhadap anak-anak mereka, (3) Pihak pengguna puas karena lulusan menerima gelar dengan kualitas tinggi dan sesuai harapan, (4) Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah dalam bentuk: pembagian tugas, hubungan dan komunikasi antara guru/pimpinan, gaji/honorarium, dan layanan.