Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : El-HARAKAH : Jurnal Budaya Islam

Menyingkap Feminisme Perspektif Akuntansi Islam Ahmad Fahrudin Alamsyah
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 3, No 1 (2001): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1692.882 KB) | DOI: 10.18860/el.v3i1.4687

Abstract

Modern culture is actually dominated by masculine traits, such as material life, expansive rational, exploitative, competitive, egoistic, quantitative, and so on. Femininity will give a place to masculinity to power while femininity is behind. This is evident from the existence of a comparative study between mainstream accounting and Shari'ah accounting, in an attempt to expose the Ah-Shari'ah feminism that has been marginalized. This paper discusses Islamic accounting perspective as a new paradigm. The essence of Islamic accounting is essentially an attempt to deconstruct modern accounting into a more humanist and value-packed form. Shari'ah accounting is a new technology that shows that social, moral, and spiritual values are an important concern in determining the principles to be developed. Therefore, the concept of accountability in shari'a accounting is more emphasis on two mutually balanced sides of the concept of responsibility in the context of Hamblum minallah and Hamblum minannas. In the first concept is a form of manifestation of worship, which relates between human beings as being with Al-lah as-the Creator. While the second refers more to the existence of human beings as social beings. This form of accountability is manifested in the objectives of shari'ah accounting. Budaya modern sebetulnya didominasi oleh sifat maskulin, seperti kehidupan yang material, rasional ekspansif, eksploitatif, kompetitif, egois, kuantitatif, dan sebagainya. Femininitas akan memberikan tempat kepada maskulinitas untuk berkuasa sementara femininitas berada di belakang. Hal ini tampak dari adanya suatu studi komparatif antara akuntansi mainstream dengan akuntansi Syari’ah, sebagai upaya untuk menyingkap feminisme Ah-Syari’ah yang selama ini terpinggirkan. Tulisan ini membahas perspektif akuntansi Islam sebagai paradigma baru. Esensi dari akuntansi Islam pada dasarnya merupakan sebuah upaya mendekonstruksi akuntansi modem ke dalam bentuk yang lebih humanis dan sarat nilai. Akuntansi syari’ah merupakan suatu teknologi baru yang menunjukkan bahwa nilai sosial, moral, dan spiritual menjadi suatu perhatian penting dalam penetapan prinsip-prinsip yang akan dikembangkan. Oleh karena itu konsep akuntabilitas pada akuntansi syari’ah lebih menekankan pada dua sisi yang saling berimbang yakni konsep pertanggunggungjawaban dalam konteks Hamblum minallah dan Hamblum minannas. Pada konsep pertama merupakan bentuk manifestasi dari ibadah, yang berhubungan antara manusia sebagai mahluk dengan Al­lah sebagai-Sang Pencipta. Sedangkan yang kedua lebih mengacu pada eksistensi manusia sebagai mahluk sosial. Bentuk akuntabilitas tersebut dimanifestasikan dalam tujuan akuntansi syari’ah.
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dalam Perspektif Agency Theory Ahmad Fahrudin Alamsyah
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 8, No 3 (2006): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.326 KB) | DOI: 10.18860/el.v8i3.4604

Abstract

Since agency theory was found in 1970th by US accounting experts, the reliability of accountancy role as information media for people outside company was questioned. Agency theory explaining risk problem between principals and agents resulting from cooperation between principals and agents frequently discusses the role of accounting information as relating media between both sides. Although agents have the real and complete information on the operational and performance of the company, they would not expose them wholly to the principals. It is due to several factors such as information display, the management requirement to uncover any weakness, and time allotted. As a result, it brings the insight discrepancy between principals and agents and the information difference (assymetric) of agents that make them often report invalid information to earn expected advantages. This moral hazard urges the principals to implement controlling system to watch management behavior as trustable (amanah) holders. Sejak teori keagenan ditemukan pada tahun 1970 oleh ahli akuntansi AS, keandalan peran akuntansi sebagai media informasi bagi orang-orang di luar perusahaan dipertanyakan. Teori agensi yang menjelaskan masalah risiko antara pelaku dan agen akibat kerja sama antara pelaku dan agen sering membahas peran informasi akuntansi sebagai media yang saling terkait antara kedua belah pihak. Meskipun agen memiliki informasi yang nyata dan lengkap tentang operasional dan kinerja perusahaan, walaupun agen tersebut tidak akan mengekspos mereka sepenuhnya kepada prinsipal. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti tampilan informasi, persyaratan manajemen untuk mengungkap kelemahan, dan waktu yang dialokasikan. Akibatnya, hal itu membawa perbedaan wawasan antara pelaku dan agen dan perbedaan informasi (asimetris) yang membuat mereka sering melaporkan informasi yang tidak benar untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Bahaya moral ini mendesak para pelaku untuk menerapkan sistem pengendalian untuk mengawasi perilaku manajemen sebagai pemegang amanah.
Konstruksi Konsep Akuntansi Islam: Suatu Upaya Membangun Akuntansi Humanis Ahmad Fahrudin Alamsyah
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 1, No 3 (1999): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.659 KB) | DOI: 10.18860/el.v1i3.4696

Abstract

The economy of capitalism is born out of a view that the prosperity of society can only be achieved if the production activity is left to the individual who is detached from the ties of moral, spiritual values, so as to wriggle all his desires. Conventional accounting developed within the capitalist mindset, certainly not apart from the values of capitalism which became the basis of the concept/theory used. Islamic accounting is a new technology that shows that the social, moral, and economic value of Islam becomes an important concern in determining the principles that will be developed. Accounting methods that cover all accounting principles that govern the community as a whole. Islamic accounting ultimately depends on the goal to be achieved by a perfect Islamic society. Islamic accounting will be able to contribute greatly to the progress of world accounting. Islam as rahmatan lil 'alamin should also provide an accounting concept that provides benefits to all of nature. Ekonomi kapitalisme lahir dari suatu pandangan bahwa kemakmuran masyarakat hanya dapat tercapai jika kegiatan produksi diserahkan kepada individu yang terlepas dari ikatan nilai-nilai moral, spritual, sehingga dapat melampiaskan semua hasratnya. Akuntansi konvensional yang dikembangkan dalam lingkungan pemikiran kapitalisme, tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai kapitalisme yang menjadi dasar konsep/teori yang dipergunakannya. Akuntansi Islam merupakan suatu teknologi baru yang menunjukkan bahwa nilai sosial, moral, dan ekonomi Islam menjadi suatu perhatian penting dalam penetapan prinsip- prinsip yang akan dikembangkan. Metode akuntansi yang mencakup semua prinsip akuntansi yang mengatur masyarakat secara menyeluruh. Akuntansi Islam pada akhirnya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat Islam yang sempurna. Akuntansi Islam akan dapat meniberikan kontribusi yang besar pada kemajuan akuntansi dunia. Islam sebagai rahmatan lil ’alamiin mestinya juga akan memberikan konsep akuntansi yang memberikan manfaat untuk sekalian alam. 
Etika dalam Konteks Keagenan Organisasi Nirlaba Ahmad Fahrudin Alamsyah
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 8, No 2 (2006): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.482 KB) | DOI: 10.18860/el.v8i2.4753

Abstract

This study tries to dig ethic problems related to agent relationship between principal and agent. Agent relationship structure can be drawn in equity theory construction, based on SFAS No. 117 by three characteristic restricted net asset (unrestricted, temporary restricted, and permanently restricted). Ethics problems anticipated will be related/relevant with its storey; level restricted net asset, and the solution which on the market public monitored through financial reporting and audit as the standard. The complexity of non-profit organizations requires effective assessment of agent efficiency done not only quantitatively but also qualitatively so that the ethic approach is well suited to be applied at this organizational type Penelitian ini mencoba menggali masalah etika yang berkaitan dengan hubungan agen antara principal dan agent. Struktur hubungan agen dapat ditarik dalam konstruksi teori ekuitas, berdasarkan PSAK No. 117 oleh tiga aset bersih yang dibatasi penggunaannya (tidak dibatasi, dibatasi sementara, dan dibatasi secara permanen). Masalah etika yang diantisipasi akan terkait dengan lantai; tingkat aset bersih yang dibatasi, dan solusi yang dipasarkan dipantau publik melalui pelaporan keuangan dan audit sebagai standar. Kompleksitas organisasi nirlaba memerlukan penilaian efektif terhadap efisiensi agen yang dilakukan tidak hanya secara kuantitatif tetapi juga secara kualitatif sehingga pendekatan etika sesuai untuk diterapkan pada tipe organisasi ini.
Menyingkap Feminisme Perspektif Akuntansi Islam Alamsyah, Ahmad Fahrudin
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 3, No 1 (2001): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/el.v3i1.4687

Abstract

Modern culture is actually dominated by masculine traits, such as material life, expansive rational, exploitative, competitive, egoistic, quantitative, and so on. Femininity will give a place to masculinity to power while femininity is behind. This is evident from the existence of a comparative study between mainstream accounting and Shari'ah accounting, in an attempt to expose the Ah-Shari'ah feminism that has been marginalized. This paper discusses Islamic accounting perspective as a new paradigm. The essence of Islamic accounting is essentially an attempt to deconstruct modern accounting into a more humanist and value-packed form. Shari'ah accounting is a new technology that shows that social, moral, and spiritual values are an important concern in determining the principles to be developed. Therefore, the concept of accountability in shari'a accounting is more emphasis on two mutually balanced sides of the concept of responsibility in the context of Hamblum minallah and Hamblum minannas. In the first concept is a form of manifestation of worship, which relates between human beings as being with Al-lah as-the Creator. While the second refers more to the existence of human beings as social beings. This form of accountability is manifested in the objectives of shari'ah accounting. Budaya modern sebetulnya didominasi oleh sifat maskulin, seperti kehidupan yang material, rasional ekspansif, eksploitatif, kompetitif, egois, kuantitatif, dan sebagainya. Femininitas akan memberikan tempat kepada maskulinitas untuk berkuasa sementara femininitas berada di belakang. Hal ini tampak dari adanya suatu studi komparatif antara akuntansi mainstream dengan akuntansi Syari’ah, sebagai upaya untuk menyingkap feminisme Ah-Syari’ah yang selama ini terpinggirkan. Tulisan ini membahas perspektif akuntansi Islam sebagai paradigma baru. Esensi dari akuntansi Islam pada dasarnya merupakan sebuah upaya mendekonstruksi akuntansi modem ke dalam bentuk yang lebih humanis dan sarat nilai. Akuntansi syari’ah merupakan suatu teknologi baru yang menunjukkan bahwa nilai sosial, moral, dan spiritual menjadi suatu perhatian penting dalam penetapan prinsip-prinsip yang akan dikembangkan. Oleh karena itu konsep akuntabilitas pada akuntansi syari’ah lebih menekankan pada dua sisi yang saling berimbang yakni konsep pertanggunggungjawaban dalam konteks Hamblum minallah dan Hamblum minannas. Pada konsep pertama merupakan bentuk manifestasi dari ibadah, yang berhubungan antara manusia sebagai mahluk dengan Al­lah sebagai-Sang Pencipta. Sedangkan yang kedua lebih mengacu pada eksistensi manusia sebagai mahluk sosial. Bentuk akuntabilitas tersebut dimanifestasikan dalam tujuan akuntansi syari’ah.
Konstruksi Konsep Akuntansi Islam: Suatu Upaya Membangun Akuntansi Humanis Alamsyah, Ahmad Fahrudin
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 1, No 3 (1999): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/el.v1i3.4696

Abstract

The economy of capitalism is born out of a view that the prosperity of society can only be achieved if the production activity is left to the individual who is detached from the ties of moral, spiritual values, so as to wriggle all his desires. Conventional accounting developed within the capitalist mindset, certainly not apart from the values of capitalism which became the basis of the concept/theory used. Islamic accounting is a new technology that shows that the social, moral, and economic value of Islam becomes an important concern in determining the principles that will be developed. Accounting methods that cover all accounting principles that govern the community as a whole. Islamic accounting ultimately depends on the goal to be achieved by a perfect Islamic society. Islamic accounting will be able to contribute greatly to the progress of world accounting. Islam as rahmatan lil 'alamin should also provide an accounting concept that provides benefits to all of nature. Ekonomi kapitalisme lahir dari suatu pandangan bahwa kemakmuran masyarakat hanya dapat tercapai jika kegiatan produksi diserahkan kepada individu yang terlepas dari ikatan nilai-nilai moral, spritual, sehingga dapat melampiaskan semua hasratnya. Akuntansi konvensional yang dikembangkan dalam lingkungan pemikiran kapitalisme, tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai kapitalisme yang menjadi dasar konsep/teori yang dipergunakannya. Akuntansi Islam merupakan suatu teknologi baru yang menunjukkan bahwa nilai sosial, moral, dan ekonomi Islam menjadi suatu perhatian penting dalam penetapan prinsip- prinsip yang akan dikembangkan. Metode akuntansi yang mencakup semua prinsip akuntansi yang mengatur masyarakat secara menyeluruh. Akuntansi Islam pada akhirnya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat Islam yang sempurna. Akuntansi Islam akan dapat meniberikan kontribusi yang besar pada kemajuan akuntansi dunia. Islam sebagai rahmatan lil ’alamiin mestinya juga akan memberikan konsep akuntansi yang memberikan manfaat untuk sekalian alam.