Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dakwah Kultural (Adat Peucicap Aneuk Di Aceh Besar Tinjauan Komunikasi Nonverbal) Nisa Ul Hikmah; Reza Pahlevi
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 5 (2023): COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v3i5.959

Abstract

Adat Peucicap Aneuk di Aceh Besar telah menjadi bagian dari warisan budaya yang dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat Aceh Besar. Melalui pendekatan dakwah kultural, tokoh-tokoh masyarakat telah berhasil menghidupkan kembali budaya lokal yang memiliki nilai-nilai keislaman yang kental. Metode dakwah yang diterapkan yaitu metode dakwah bil hal, yang erat kaitannya dengan komunikasi nonverbal. Tiap simbol yang terdapat dalam Adat Peucicap Aneuk membawa pesan-pesan keislaman yang telah diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati proses Adat Peucicap Aneuk dan mengidentifikasi simbol-simbol yang merupakan bagian dari komunikasi nonverbal, dengan tujuan untuk lebih memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Simbol-simbol yang digunakan yaitu simbol kultural yang menjadi latar belakang bagi budaya daerah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber informasi, serta menerapkan metode historis dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan Adat Peucicap Aneuk, perlengkapan yang digunakan meliputi air Zamzam, kurma nabi atau zabit, buah-buahan, Al-Qur'an, paha dan hati ayam kampung yang telah dipanggang. Sebelum prosesi Adat Peucicap Aneuk dimulai, ada prosesi 'peusijuek' yang dilakukan terhadap bayi, dan Adat Peucicap Aneuk sendiri diadakan sebelum bayi mencapai usia 44 hari. Proses ini dilaksanakan dengan tata cara yang teratur. Selain itu, semua perlengkapan yang digunakan dalam Adat Peucicap Aneuk mengandung pesan-pesan dakwah kultural yang disampaikan melalui budaya lokal Aceh Besar oleh tokoh-tokoh masyarakat, agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Pendekatan dakwah ini dikenal sebagai dakwah bil hal, yang artinya kegiatan dakwah yang dilakukan melalui tindakan nyata atau perbuatan.  
Pengaruh Partai Politik Lokal Terhadap Keberlanjutan Dana Otonomi Khusus Aceh Reza Fahlevi; Nisa Ul Hikmah
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 5 (2023): COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v3i5.986

Abstract

Aceh adalah provinsi Indonesia yang memiliki status daerah otonomi khusus, dan hal ini memiliki dampak signifikan pada kebijakan Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA). DOKA diberikan kepada Aceh sebagai bagian dari penyelesaian konflik yang telah berlangsung selama 32 tahun. Dalam konteks ini, partai politik lokal di Aceh memiliki peran penting dalam mempengaruhi kebijakan terkait DOKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran partai politik lokal di Aceh dalam mempengaruhi kebijakan terkait DOKA, serta untuk memahami dinamika dan tantangan yang dihadapi dalam upaya memperpanjang masa pemberian DOKA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yang melibatkan analisis mendalam terhadap data dan informasi yang relevan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa partai politik lokal di Aceh memiliki peran penting dalam mempengaruhi kebijakan terkait DOKA. Mereka menggunakan sarana komunikasi dan lobi politik untuk memperjuangkan keberlanjutan DOKA. Ketergantungan Aceh terhadap DOKA masih tinggi, terutama dalam mendukung pembangunan infrastruktur, pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Meskipun terdapat masalah dalam penyerapan anggaran DOKA, partai politik lokal tetap berkomitmen untuk memperpanjang masa pemberian DOKA, bahkan ada yang mengusulkan agar DOKA diberikan tanpa batas waktu. Namun, tantangan yang dihadapi termasuk perluasan sumber pendanaan dan perbaikan pengawasan dalam penggunaan DOKA. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran partai politik lokal dalam kebijakan DOKA di Aceh, serta mengidentifikasi pentingnya mengurangi ketergantungan terhadap DOKA melalui sumber pendanaan alternatif dan pengawasan yang lebih ketat. Hal ini relevan untuk pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan dalam mengatasi tantangan pembangunan di Aceh.