Teni Supiyani
STIKes Respati

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PUS DALAM KELUARGA BERENCANA DI DUSUN GUNUNG KAWUNG DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2019 annisa Rahmidini; Teni Supiyani; Adam Akbar
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 2 No. 1 (2020): April 2020
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i02.285

Abstract

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2 dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014). Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang 2 relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan (2013) sebesar 248,8 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,48%. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan penduduk.Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB baru sebesar 7.761.961 (16,15%) meliputi suntik sebanyak 3.855.254 (49,67%), pil KB sebanyak 1.951.252 (25,14%), kondom sebanyak 441.141 (5,68%), implan sebanyak 826.627 (10,65%), IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 555.241 (7,15%), MetodeOperasi Wanita (MOW) sebanyak 116.384 (1,5%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 16.062 (0,2%). Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD sebanyak 3.896.081 (11,07%), MOW sebanyak 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak 241.642 (0,69%), implant sebanyak 3.680.816 (10,46%), kondom sebanyak 1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak 16.734.917 (47,54%), dan pil KB sebanyak 8.300.362 (29,58%) (Depkes RI, 2014).Dari hasil penelitian yang diketahui banyak alasan dikemukkan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi, antara lain karena menginginkan anak. Alasan yang cukup menonjol adalah karena efek samping dan masalah kesehatan, dengan pasangan yang menolak (10%), alasan karena agama (0,5%) dan alsan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya yang mahal (0,8%) (BKKBN,2010). Faktor ketidak berhasilan gerakan keluarga berencana dipengaruhi oleh faktor, umur pasangan usia subur (15- 49 tahun), pendidikan (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), pekerjaan (pertanian dan non pertanian), budaya5(faktor keturunan, banyak anak banyak rejeki, anak sebagai faktor ekonomi, kualitas pelayanan akseptor KB (pilihan metode kontrasepsi, kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan interpersonal, mekanisme pelayanan ketetapan konstelasi pelayanan akseptor KB, strategi penerapan pelaksanaan gerakan keluarga berencana). (BKKBN, 2016).Upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan penduduk dengan pembentukan Kampung KB, Pelayanan KB gratis untuk keluarga kurang mampu, pembinaan Generasi Berencana (GenRE), pembinaan kelompok kegiatan BKB, BKR, BKL dan UPPKS, pembinaan PIK-R serta pembinaan dan pelatihan - pelatihan tenaga penggerak desa.Dalam kurun satu tahun jumlah pertambahan penduduk di kabupaten tasikmalaya yang mempunyai 39 kecamtan mencapai 30 ribu jiwa tingkat pertumbuhan penduduk di kabupaten tasikmlaya cukup tinggi jika di persentasekan jumlah pertumbuhan penduduk 1,4% dari total populasi kabupaten tasikmalaya bahkan persentase nya hampir sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk secara nasional yang di angka 14 % Kepala dinas BKKBN Kabupaten Tasikmalaya jumlah penduduk sebanyak itu sudah sepadan dengan populasi sebuah kecamatan Untuk mengendalikan jumlah penduduk pihaknya terus menggiatkan sosialisasi program keluarga berencana kepada warga Kepala dinas BKKBN menyebut masih ada sekitar 47 Ribu pasangan usia subur di Kabupaten Tasikmlaya yang belum ber status akseptor KB . Jumlah tersebut mencapai 13 % dari total populasi pasangan usia subur Upaya nya terus mensosialisasi secara door to door ke masyarakat di desa desa agar semua kalangan bisa tersentuh ( BKKBN Kabupaten Tasikmlaya )Berdasarkan data Praktek Belajar Lapangan I (PBL I) yang dilakukan di Dusun Gunung Kawung Desa Cikunir Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2018, di dapatkan hasil frekuensi kontrasepsi Dari 61 Orang (60.6%) Pasangan Usia Subur terdapat 38 Orang (39.4%) wanita subur tidak Ber KB. Berdasarkan wawancara dengan kader, jenis KB yang di gunakan di dusun Gunung kawung mayoritas menggunakan KB suntik sebanyak 46 Orang (75.4%), berdasarkan alasan menggunakan KB di dusun Gunung kawung sebanyak 28 orang (45.9%) menjarangkan kehamilan sebanyak 18 Orang (29.5%) menunda kehamilan 15 orang (24.6%) Ketidak sesuaian jenis KB dengan alasan penggunaan KB terdapat 28 orang tujuan menjarangkan kehamilan menggunakan PIL kb 4 Orang (14.3%) menggunakan kondom 1 Orang (3.6%) yang menggunakan IUD 2 orang (11.1).
MENGHENTIKAN KEBIASAAN BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DENGAN KEGIATAN PEMICUAN DI RW 02 DUSUN GUNUNG KAWUNG DESA CIKUNIR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2019 Ade Yasin; Teni Supiyani; Dina Aolina
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 2 No. 1 (2020): April 2020
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i02.289

Abstract

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke 5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program Indonesia sehat selanjutnya menjadi program utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor HK 02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan statu gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatanBerdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2016 Pasal 3 menyatakan bahwa Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) memiliki 12 Indikator antara lain; keluarga mengikuti KB, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, bayi di beri ASI Eksklusif selama 6 bulan, pertumbuhan balita di pantau tiap bulan, penderita TB paru berobat sesuai standar, penderita Hipertensi berobat secara teratur, Gangguan jiwa berat tidak di telantarkan, Tidak ada anggota keluarga yg merokok, Keluarga memiliki/memakai air bersih, Keluarga memiliki jamban sehat dan sekeluarga menjadi anggota JKN/askes.Adapun tingkat pencapaian 12 Indikator Keluarga Sehat di Indonesia 2018, yaitu Keluarga memiliki Akses Sarana Air Bersih (95,5%) , Bayi mendapat Imunisasi dasar lengkap (91,7%), keluarga memiliki jamban keluarga (91,0%), pertumbuhan balita (86,9%), persalinan ibu di fasilitas kesehatan (86,4%), bayi mendapat ASI Ekslusif (79,4%), Keluarga memiliki JKN (47,3%) , Keluarga mengikuti program KB (44,5%), Anggota keluarga yang merokok (55,6%), Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar (34,7%), Penderita Hipertensi (23,8%) dan Penderita Gangguan Jiwa (15,8%) (KemKes RI).Salah satu permasalahan dalam Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) adalah ketersediaan jamban keluarga. Jamban keluarga merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk membuang atau mengumpulkan kotoran manusia, sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat dan tidak menjadi26penyebab atau penyebaran penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Depkes RI 2001).Berdasarkan data dan informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2016 persentase rumah tangga di Jawa Barat tempat buang air besar menggunakan jamban sendiri sebesar 78,21%, jamban bersama sebesar 10,24%, MCK komunal umum sebesar 3,88%, mempunyai jamban tetapi tidak digunakan sebesar 0,28% dan yang tidak memiliki jamban sebesar 7,39%. Persentase Desa di Jawa Barat yang sudah melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebesar 42.79% (Profil Kesehatan Indonesia 2017).Kabupaten Tasikmalaya akses jamban sehat sebesar 60.81% dengan persentase jamban komunal sebesar 46.56%, jamban leher angsa 79,60%, jamban plengsengan 73.00% dan jamban cemplung sebesar 31.43% (Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2016). Sedangkan persentase Desa dengan stop BABS (SBS) sebesar 5.13%. Kecamatan Singaparna merupakan kecamatan dengan cakupan kepemilikan jamban yang tergolong rendah. Penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) sebesar 51,1% dengan persentase jamban komunal sebesar 55,72%, jamban leher angsa 58,81%, jamban plengsengan sebesar 34,96% dan jamban cemplung 12,60% (Profil Kabupaten Tasikmalaya 2016).Desa Cikunir merupakan Desa dengan cakupan akses sanitasi layak (jamban sehat) yang rendah. Akses sanitasi layak (jamban sehat) sebesar 47% (Profil Kecamatan Singaparna 2016). Berdasarkan Data rekap kepemilikan jamban Desa Cikunir tahun 2018, kepemilikan jamban di Dusun Gunung Kawung dapat diketahui sebnyak 928 (82.4%) KK mempunyai jamban dan sebanyak 198 (17.6 %) tidak mempunyai jamban, dari total KK sebanyak 1.126 orang